NO REGULASI CATATAN
I UU No.13 Tahun 2003
1 PERUSAHAAN PEMBORONGAN PEKERJAAN DAN PERUSAHAAN
PENYEDIA JASA PEKERJA
1.1 PASAL 64
Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan Istilah Outsourcing (subkon atau
kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan pekerja dari perusahaan lain) sering
atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis. diucapkan dalam diskusi
1.2 Pasal 65
(1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain Ayat 8 mengatur sanksi kepada
dilaksanakan melalui perjanjian pem borongan pekerjaan yang perusahaan pemberi pekerjaan
dibuat secara tertulis.
(2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
b. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari
pemberi pekerjaan;
c. merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan;
dan
d. tidak menghambat proses produksi secara langsung.
(3) Perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
berbentuk badan hukum.
(4) Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada
perusahaan lain sebagaimana dimak-sud dalam ayat (2) sekurang-
kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja
pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(5) Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Menteri.
(6) Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis
antara perusahaan lain dan pekerja/buruh yang dipekerjakannya.
(7) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) dapat
didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian
kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 59.
(8) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat
(3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja
pekerja/buruh dengan perusahaan penerima pemborongan beralih
menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi
pekerjaan.
(9) Dalam hal hubungan kerja beralih ke perusahaan pemberi pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), maka hubungan kerja
pekerja/buruh dengan pemberi pekerjaan sesuai dengan hubungan
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (7).
1.3 Pasal 66
(1) Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak Ayat 4 mengatur sanksi kepada
boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan perusahaan pemberi pekerjaan
pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses
produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang Kegiatan jasa penunjang atau kegiatan
tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. yang tidak berhubungan langsung
(2) Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau dengan proses produksi adalah
kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi kegiatan yang berhubungan di luar
harus memenuhi syarat sebagai berikut : usaha pokok (core business) suatu
a. adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan perusahaan yang boleh diserahkan
penyedia jasa pekerja/buruh; kepada perusahaan lain.
b. perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana
dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja untuk waktu Kegiatan tersebut antara lain:
tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud - usaha pelayanan kebersihan
dalam Pasal 59 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu (cleaning service),
yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah - usaha penyediaan makanan bagi
pihak; pekerja/buruh catering,
c. perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta - usaha tenaga pengaman
perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan (security/satuan pengamanan),
penyedia jasa pekerja/buruh; dan - usaha jasa penunjang di
d. perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan pertambangan dan perminyakan,
perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa - serta usaha penyediaan angkutan
pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal- pekerja/buruh.
pasal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
(3) Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan bentuk usaha yang
berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan.
(4) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2)
huruf a, huruf b, dan huruf d serta ayat (3) tidak terpenuhi, maka
demi hukum status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan
kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan.
2.1 Pasal 4
(1) Asosiasi sektor usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) Alur proses produksi dibuat dan
huruf c harus membuat alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan disahkan oleh asosiasi sektor usaha
sesuai sektor usaha masing-masing.
(2) Alur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menggambarkan
proses pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai akhir serta memuat
kegiatan utama dan kegiatan penunjang dengan memperhatikan
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).
(3) Alur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipergunakan sebagai
dasar bagi perusahaan pemberi pekerjaan dalam penyerahan
sebagian pelaksanaan pekerjaan melalui pemborongan pekerjaan.
2.2 Pasal 5
Jenis pekerjaan penunjang yang akan diserahkan kepada perusahaan Alur proses produksi harus didaftarkan
penerima pemborongan harus dilaporkan oleh perusahaan pemberi ke Disnaker
pekerjaan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang SE.04/MEN/VIII/2013
ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pemborongan pekerjaan Perusahaan mengajukan alur proses
dilaksanakan. produksi dan ditetapkan oleh asosiasi
sektor usaha
2.3 Pasal 7
(1) Perusahaan pemberi pekerjaan dilarang menyerahkan sebagian Mengatur sanksi bagi perusahaan
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan penerima pemborongan pemberi pekerjaan.
apabila belum memiliki bukti pelaporan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6.
(2) Apabila perusahaan pemberi pekerjaan menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan penerima pemborongan
sebelum memiliki bukti pelaporan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6, maka hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan
perusahaan penerima pemborongan beralih kepada perusahaan
pemberi pekerjaan.
2.5 Pasal 17
(1) Perusahaan pemberi pekerjaan dapat menyerahkan sebagian Pekerjaan yang dapat diserahkan
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh kepada perusahaan penyedia jasa
melalui perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara pekerja/buruh terbatas pada 5 usaha
tertulis. tidak dapat dikembangkan pada usaha
(2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penyedia jasa lain.
pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus merupakan
kegiatan jasa penunjang atau yang tidak berhubungan langsung dengan
proses produksi.
(3) Kegiatan jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. usaha pelayanan kebersihan (cleaning service);
b. usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh (catering);
c. usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan);
d. usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan; dan
e. usaha penyediaan angkutan bagi pekerja/buruh.
1.3 Pasal 19
(1) Dalam hal Perusahaan Alih Daya mempekerjakan Pekerja/Buruh Bila pekerja PKWT harus mensyaratkan
berdasarkan PKWT maka Perjanjian Kerja tersebut harus pengalihan pelindungan kepada
mensyaratkan pengalihan pelindungan hak bagi Pekerja/Buruh pekerja apabila terjadi pergantian
apabila terjadi pergantian Perusahaan Alih Daya dan sepanjang Perusahaan Alih Daya dan sepanjang
obyek pekerjaannya tetap ada. obyek pekerjaannya tetap ada.
(2) Persyaratan pengalihan pelindungan hak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan jaminan atas kelangsungan bekerja bagi
Pekerja/Buruh yang hubungan kerjanya berdasarkan PKWT dalam
Perusahaan Alih Daya.
(3) Dalam hal Pekerja/Buruh tidak memperoleh jaminan atas
kelangsungan bekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Perusahaan Alih Daya bertanggung jawab atas pemenuhan hak
Pekerja/Buruh.
1.4 Pasal 20
(1) Perusahaan Alih Daya harus berbentuk badan hukum dan wajib Tidak mengatur sanksi administrasi
memenuhi perizinan berusaha yang diterbitkan oleh Pemerintah bagi Perusahaan pemberi pekerjaan
Pusat. yang menggunakan perusahaan alih
(2) Syarat dan tata cara memperoleh perizinan berusaha dilaksanakan daya tidak berbentuk badan hukum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai dan tidak memiliki izin usaha.
norma, standar, prosedur, dan kriteria perrzinan berusaha yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
KESIMPULAN SAYA :
1. UU No.13 Tahun 2003 Jo. UU No.11 Tahun 2020 pasal 65 dicabut yang mengatur tentang
perusahaan pemborongan pekerjaan penunjang proses produksi dari perusahaan pemberi
pekerjaan.
2. UU No.13 Tahun 2003 Jo. UU No.2 Tahun 2022 pasal 64 dihidupkan kembali dengan perubahan
pada ayat (2) Pemerintah menetapkan sebagian pelaksanaan pekerjaan.
3. Apabila dalam PP yang baru penyesuaian UU No.2 Tahun 2022 bahwa sebagian pelaksanaan
pekerjaan dikembalikan pada hanya pekerjaan penunjang sesuai alur proses produksi yang
disahkan oleh Asosiasi sektor usaha, maka ATI perlu membuat perubahan alur proses produksi
(pokok dan penunjang) sesuai kondisi saat ini untuk dimintakan pengesahan oleh asosiasi sektor
usaha dan didaftarkan ke Disnaker.
4. PP No.35 tahun 2021 tentang perusahaan alih daya tetap berlaku sampai adanya pencabutan
oleh PP yang baru Jo. UU No.2 Tahun 2022.