Anda di halaman 1dari 7

PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA KONTRAK

PERUSAHAAN OUTSOURCING

Dosen Pengampu: Dr.Achmad Fitrian, SH.MH


Mata Kuliah: Perlindungan Tenaga Kerja

Disusun Oleh:
1.Okiwa Tentiriano (203103300030)
2. Hafshah Amanda Prameswari (203103300050)

UNIVERSITAS IBNU CHALDUN


FAKULTAS HUKUM
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Alih daya/ outsourcing adalah suatu penyerahan pekerjaan terhadap suatu perusahaan
kepada pihak lain yang mempunyai tujuan untuk mengurangi beban perusahaan.
Bisnis seperti ini biasanya dapat menguntungkan para pihak, baik pada perusahaan
maupun pada penerima pemborongan pekerjaan serta pekerja/buruh.
Keberadaan pemerintah sebagai pemegang otoritas dalam penyelenggaraan negara
untuk mengatur segala aspek kehidupan, seharusnya menjadi perlindungan, pembina,
pengawas dan penyidik dan sekaligus penjamin terpenuhinya hak-hak pekerja melalui
peraturan perundang-undangan yang memperhatikan pekerja. Tetapi yang terjadi
malah sebaliknya, kehadiran negara terkesan memberikan keleluasaan kepada
perusahaan untuk mengurus seluruh persoalan ketenagakerjaan. Salah satu contohnya
adalah legalisasi praktek Outsourcing oleh negara melalui Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Terdapat ada perubahan didalam UU Cipta
Kerja menghapus sejumlah pasal alih daya yang sebelumnya diatur dalam UU
Ketenagakerjaan yakni soal pemborongan pekerjaan dan penyedia jasa pekerja. UU
Cipta Kerja mengatur lebih tegas soal tanggung jawab perusahaan alih daya terhadap
perlindungan pekerja baik upah, kesejahteraan, syarat kerja, dan perselisihan yang
timbul. Ketentuan alih daya dalam UU Cipta Kerja mengadopsi putusan MK yang
intinya pengalihan perlindungan hak pekerja jika terjadi pergantian perusahaan alih
daya dan selama objek pekerjaannya tetap ada.
Mempekerjakan karyawan dalam ikatan kerja outsourcing nampaknya sedang menjadi
trend bagi pemilik perusahaan. Banyak perusahaan outsourcing yang bergerak di
bidang penyedia tenaga kerja, aktif menawarkan ke berbagai perusahan pemberi kerja,
sehingga perusahaan yang memerlukan tenaga kerja tidak perlu susah-susah mencari,
menyeleksi dan melatih tenaga kerja yang dibutuhkan.
Problematika ketenagakerjaan yang lahir sangat beragam dan yang paling banyak
ditemukan dilapangan adalah Persoalan pengupahan, diskriminasi, jaminan kesehatan,
keamanan dan keselamatan kerja (K3), jaminan sosial dan lain sebagainya.
Terdapat Permasalahan yang diungkapkan tersebut diatas ternyata tidak hanya
terjadi pada kota-kota besar, praktek outsourcing yang telah dilegalisasi melalui
undang-undang ketenagakerjaan, secara otomatis telah membawa praktek outsourcing
sampai kedaerah-daerah terpencil yang baru berkembang dan juga membawa
permasalahan yang sama. Penderitaannya pun tidak dapat disampaikan kepada
perusahaan, karena perusahaan outsourcing tidak mempunyai aset apapun, sehingga
percuma saja menuntut kepada perusahaan. Beberapa praktisi hukum ketenagakerjaan
banyak yang mengkritik sistem outsourcing ini, karena secara legal formal perusahaan
pemberi kerja tidak bertanggung jawab secara langsung terhadap pemenuhan hak-hak
karyawan yang bersangkutan.

B. Rumusan Malasah
1. Bagaimana Perlindungan hukum tenaga kerja karyawan Outsourcing ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap
tenaga kerja outsourcing.
BAB II
PEMBAHASAN

 Outsourcing adalah bisnis kemitraan yang tujuannya untuk memperoleh keuntungan


bersama, salah satu bentuk pelaksanaan outsourcing yaitu melalui suatu perjanjian
pemborongan pekerjaan. Outsourcing awalnya merupakan istilah untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja pada suatu perusahaan dengan cara mendatangkan dari luar
perusahaan. Kelebihan dari outsourcing ini adalah lebih efesien karena tidak perlu repot
lagi melakukan recruitment hanya untuk karyawan lain diluar core business (bisnis inti)
yang sedang dijalani sehingga tidak memakan biaya operasional lebih banyak lagi. Dan
lebih lagi hemat biaya, seperti yang diketahui bahwa outsourcing memiliki struktur
Economic Of Scale (suatu penghematan anggaran atau biaya yang dilakukan perusahan
untuk meningkatkan skala) maka dari itu outsourcing dapat menjadi pilihan yang lebih
efisien bagi perusahaan. Terdapat juga kekurangan yang ditimbulkan dari outsourcing
yaitu resiko kualitas yang kurang baik, karena biasanya akan ada biaya biaya tambahan
yang bisa membuat perusahaan mengeluarkan budget yang tidak sesuai dengan budget
yang sudah diatur atau sudah disediakan.
 Pegawai kontrak adalah karyawan yang bersedia menandatangani Perjanjian Waktu Kerja
Tertentu selama jangka waktu tertentu dan dapat diperpanjang lagi sesuai kondisi dan
kebutuhan perusahaan.

Hubungan Kerja Dalam Alih daya / Perusahaan outsorsing yaitu berdasarkan :


Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Secara pengertian, PKWT atau Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu adalah perjanjian kerja yang mengikat karyawan dalam waktu tertentu
Perjanjian kerja Waktu Tidak tertentu perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha
untuk mengadakan hubungan Kerja yang bersifat tetap, tidak ada batasan waktu.

Perlindungan Hukum Hak-hak Pekerja Kontrak


Dalam rangka melindungi karyawan yang ditempatkan di perusahaan tersebut ditentukan
beberapa persyaratan untuk meminimalisasi dampak negatif dari system outsourcing ini.
Syarat-syarat tersebut wajib dipenuhi oleh perusahaan penyedia jasa pekerja maupun
perusahaan pemberi kerja, agar pekerja yang bersangkutan tetap terlindungi hak-haknya dan
tidak mengalami eksploitasi secara berlebihan. Syarat-syarat yang wajib dipenuhi adalah
sebagai berikut :
1. Perusahaan penyedia jasa pekerja merupakan bentuk usaha berbadan hukum dan
memiliki izin dari instansi yang berwenang.
2. Pekarja/karyawan yang ditempatkan tidak boleh digunakan untuk melaksanakan
kegiatan pokok yang berhubungan langsung dengan proses produksi.
3. Adanya hubungan kerja yang jelas antara pekerja dengan perusahaan penyedia jasa
pekerja, sehingga pekerja yang ditempatkan tesebut mendapatkan perlindungan kerja
yang optimal sesuai standar minimum ketenagakerjaan.
4. Hubungan kerja harus dituangkan dalam perjanjian secara tertulis, yang memuat
seluruh hak dan kewajiban para pihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan ketenagakerjaan.
Pengaturan outsourcing bila dilihat dari segi hukum ketenagakerjaan adalah untuk
memberikan kepastian hukum pelaksanaan outsourcing dan dalam waktu bersamaan
memberikan perlindungan kepada pekerja. Dengan demikian adanya anggapan bahwa
hubungan kerja pada outsourcing selalu menggunakan perjanjian kerja waktu
tertentu/kontrak, sehingga mengaburkan hubungan industrial adalah tidak benar.

Pelaksanaan hubungan kerja para outsourcing telah diatur secara jelas dalam Pasal 65 ayat
(6) dan (7) dan Pasal 66 ayat (2) dan (4) Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan
dalam Pasal 64 sampai dengan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Pasal 64 disebutkan perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa
pekerja/buruh.
Pasal 65 yang menyatakan bahwa penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara
tertulis.
Pasal 66 mengatakan bahwa pekerjaan yang dapat dijadikan dalam perjanjian outsourcing
adalah pekerjaan yang tidak berhubunganlangsung dengan kegiatan pokok atau proses
produksi dari suatuperusahaan, kecuali untuk kegiatan yang tidak berhubungan langsung
dengan proses produksi.
Lahirnya UU Cipta Kerja memberikan warna baru bagi ketentuan hukum dalam UU
Ketenagakerjaan, yakni dengan menghapus Pasal 64 dan Pasal 65 UU Ketenagakerjaan
tersebut, hal ini yang kemudian diatur lebih lanjut dalam turunan UU Cipta Kerja, yakni
dalam PP No.35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu
Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja, yang mana didalamnya
mengatur mengenai hak dan kewajiban perusahaan alih daya dengan pekerjaannya.
apa saja hak pekerja outsourcing tersebut? Yakni sebagaimana diatur juga dalam Pasal 19 PP
35/2021 yaitu :
1. Dalam hal Perusahaan Alih Daya mempekerjakan Pekerja/Buruh berdasarkan PKWT
maka Perjanjian Kerja tersebut harus mensyaratkan pengalihan pelindungan hak bagi
Pekerja/Buruh apabila terjadi pergantian Perusahaan Alih Daya dan sepanjang obyek
pekerjaannya tetap ada.
2. Persyaratan pengalihan pelindungan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
jaminan atas kelangsungan bekerja bagi Pekerja/Buruh yang hubungan kerjanya
berdasarkan PKWT dalam Perusahaan Alih Daya.
3. Dalam hal Pekerja/Buruh tidak memperoleh jaminan atas kelangsungan bekerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Perusahaan Alih Daya bertanggung jawab atas
pemenuhan hak Pekerja/Buruh.

Apa saja kewajiban pemberi kerja?

 Kewajiban memberi upah.


 Kewajiban memberi kesempatan yang sama.
 Kewajiban memberikan Pelatihan kerja.
 Kewajiban Penetapan waktu kerja yang manusiawi.
 Kewajiban memberikan Fasilitas keselamatan Kerja.
 Kewajiban Untuk Mendengarkan Aspirasi

Selain itu dalam PP 35/2021 ini juga mengatur mengenai pemenuhan kesejahteraan yang juga
menjadi hak pekerja outsourcing yang diantaranya meliputi upah minimum, hak cuti, dan
waktu isitirahat, oleh karena itu dengan adanya PP ini hubungan kerja antara Perusahaan Alih
Daya dengan Pekerja/Buruh yang dipekerjakan, sudah didasarkan pada PKWT atau PKWTT
yang dibuatkan secara tertulis diantara keduanya atau dengan kata lain pekerja outsourcing
dapat dilibatkan terhadap pekerjaan utama.
KESIMPULAN
Perusahaan penyedia jasa seharusnya sebagai mitra kerja bagi perusahaan pemberi kerja,
bukan sebagai pelayan perusahaan pemberi pekerjaan (subordinasi). Dalam kondisi demikian
pekerja outsourcing dapat dirugikan, bahkan akan tercipta apa yang disebut dengan
perbudakan modern, yang pada gilirannya menimbulkan perselisihan hak, kepentingan, serta
pemutusan hubungan kerja. Jika demikian kondisinya, maka hukum dan penegakan hukum
sebagai solusinya.
Hukum ketenagakerjaan mendorong terciptanya jalinan kerja antara pekerja dengan
perusahaan penyedia jasa melalui kontrak kerja pada satu sisi, dan mempunyai hubungan
kerja dengan pemberi kerja berdasarkan “perintah kerja” dari perusahaan penyedia jasa
pekerja atas dasar perjanjian/ kontrak kerja tersebut, dan disini keberadaan hukum
ketenagakerjaan menciptakan hubungan kerja, serta mitra kerja yang mempunyai fungsi
pokok, yakni
1. sebagai pedoman dan pengendalian masyarakat, khususnya bagi kepentingan para
pekerja dan pengusaha agar tercipta keteraturan dan kepastian hukum yang bernilai
manfaat.
2. Sarana pembaharuan dari alam tradisional ke arah era modernisasi, di mana yang
semula segala ikatan hubungan kerja antara pekerja dengan pengusaha hanya
menggunakan kata lisan, bergeser ke arah hukum tertulis. Hal ini untuk menjamin
adanya ketertiban maupun kepastian hukum. Dengan jaminan serta penegakan hukum
yang konsekuen, maka akan tercipta nilai manfaat bagi pengusaha maupun pekerja
outsourcing

Saran
Pengaturan outsourcing Ketenagakerjaan berikut peraturan pelaksanaannya dimaksudkan
untuk memberikan kepastian hukum dan sekaligus memberikan perlindungan bagi pekerja.
Bahwa dalam prakteknya ada yang belum terlaksana sebagaimana mestinya adalah masalah
lain dan bukan karena aturannya itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menjamin terlaksananya
secara baik sehingga tercapai tujuan untuk melindungi pekerja diperlukan pengawas
ketenagakerjaan maupun oleh masyarakat disamping perlunya kesadaran dan itikad baik
semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai