Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEMINAR MANAJEMEN
“OUTSOURCING”

Diajukan dalam Presentasi Mata Kuliah Seminar Manajemen


(bentuk kuliah Daring dengan menggunakan aplikasi Zoom)

Dosen Pengampu : Dr.Priscilla Uning,SE,MM

Oleh Kelompok III :


1. Nurul Fatwa Anggraeni (201702012)
2. Rhohmi Islamwati (201702013)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)


WIJAYA MULYA SURAKARTA
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Outsourcing (alih daya) adalah salah satu pilihan strategis dalam mendukung proses
bisnis di perusahaan. Selain dalam rangka efisiensi, perusahaan pengguna dimanjakan
dengan beberapa keuntungan / manfaat dari kegiatan outsourcing. Satu yang terpenting
diantaranya adalah perusahaan pengguna dapat lebih fokus pada strategi perusahaan,
sehingga proses pencapaian tujuan perusahaan dapat terkontrol, terukur dan akhirnya
tercapai. Dalam outsourcing, khususnya outsourcing tenaga kerja di Indonesia, dari sisi
regulasi dan penerapannya selalu menjadi fenomena menarik. Isu outsourcing selalu
hangat, dan bahkan menghangat. Hal ini terjadi karena dampak kehidupan ketenagakerjaan
yang sangat dinamis. Di satu sisi, perusahaan ingin memberdayakan sumber daya dari luar
(Outsourcing), tetapi di sisi lain pekerja (buruh) keberatan dan menolak, karena praktiknya
diduga merugikan pihak tertentu.
Beberapa hal yang dinilai merugikan buruh tersebut diduga atau terkait dengan
penyelenggara / penyedia jasa outsourcing yang menerapkan beberapa hal seperti adanya
sejumlah pungutan biaya sebelum bekerja, pemotongan gaji, mekanisme jamsostek dan
pajak penghasilan yang tidak jelas, perhitungan gaji / lembur yang tidak transparan,
mekanisme hubungan kerja yang tidak jelas, atau hal – hal lain yang berpotensi merugikan
atau menyalahgunakan status pekerja/buruh. Atau setidaknya memperlemah posisi
pekerja/buruh dalam hubungan kerja. Hal-hal tersebut yang menjadi dasar pekerja/serikat
bahu-membahu dan terus menerus bersuara keras untuk membubarkan atau melarang
praktek outsourcing di Indonesia.
Dalam setiap momentum gerakan buruh, isu outsourcing seolah selalu menjadi yang
pertama dan utama dalam setiap aksi. Seolah tidak afdhol sebuah gerakan, jika
menanggalkan isu tersebut, walau untuk sementara. Namun demikian apakah sudah
selayakanya praktek outsourcing seperti ini, atau sudah pantas-kah outsourcing harus
dibubarkan? Untuk opsi pertama, jelas setiap pihak sepakat bahwa idealnya
praktek outsourcing tidak-lah demikian, karena jelas akan merugikan salah satu pihak.
Jika outsourcing merupakan alat (instrument) bisnis, tentu alat tersebut harus bermanfaat,
bukan menghadirkan kerugian. Untuk opsi kedua, tentang pembubaran atau
larangan outsourcing, inilah yang selalu menghangat menjadi isu yang
sangat debatable dan menarik perhatian banyak pihak. Sepanjang para pihak memandang
dari persepsi iternal, maka selamanya isu outsourcing akan selalu menjadi bahan
perdebatan yang tidak ada muara atau titik temunya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Outsourcing
Outsourcing tebagi atas dua suku kata : out dan sourcing. Sourcing berarti
mengalihkan kerja, tangggung jawab dan keputusan kepada orang lain. Ousourcing
dalam bahasa Indonesia berarti alih daya. Dalam dunia bisnis, ousourcing atau alih daya
dapat diartikan sebagai penyerahan sebagai pelaksanaan pekerjaan yang sifanya non-
core atau penunjangan oleh suatu perusahaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerja/buruh.
Di dalam undang-undang tidak menyebutkan secara tegas mengenai istilah
outsourcing. Tetapi pengertian outsourcing dapat dilihat dalam ketentuan pasal 64
Undang-Undang ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, yang isinya menyatakan bahwa
Outsourcing adalah suatu perjanjian kerja yang dibuat antar pengusaha dengan tenaga
kerja, dimana perusahaan tersebut dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjan
kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat
secara tertulis.
Dari pengertian diatas maka dapat ditarik suatu definisi operasional mengenai
outsourcing yaitu suatu bentuk perjanjian kerja antara perusahaan penyedia jasa,
dimana perusahaan pengguna jasa meminta kepada perusahaan penyedia jasa untuk
menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk bekerja di perusahaan pengguna jasa
dengan membayar sejumlah uang dan upah atau gaji tetap dibayarkan oleh penyedia
jasa.
Dengan menggunakan tenaga kerja outsourcing, perusahaan tidak perlu repot
menyediakan fasilitas maupun tunjangan makan, hingga asuransi kesehatan. Sebab,
yang bertanggung jawab adalah perusahaan outsourcing itu sendiri.
Atau dengan kata lain outsourcing atau alih daya merupakan proses pemindahan
tanggung jawab tenaga kerja dari perudahaan induk ke perusahaan lain diluar
perusahaan induk. Perusahaan diluar perusahaan induk bisa berupa vendor, koperasi
ataupun instansi lain yang diatur dalam suatu kesepakatan tententu. Outsourcing dalam
regulasi ketengagakerjaan bisa hanya mencakup tenaga kerja pada proses pendukung
(non-core business unit) atau secara praktek semua ini kerja bisa dialihkan sebagai unit
outsourcing.
Pola perjanjian kerja dalam bentuk outsourcing secara umum adalah ada beberapa
pekerjaan kemudian diserahkan ke perusahaan lain yang telah berbadan hukum, dimana
perusahaan yang satu tidak berhubungan secara langsung dengan pekerja tetapi hanya
kepada perusahaan penyalur atau pengerah tenaga kerja. Pendapat lain menyebutkan
bahwa outsourcing adalah pemberian pekerjaan dari satu pihak kepada pihak lain dalam
2 bentuk, yaitu:
1. Menyerahkan dalam bentuk pekerjaan,
2. Pemberian pekerjaan oleh pihak 1 dalam bentuk jasa tenaga kerja. Perjanjian
outsourcing dapat disamakan dengan perjanjian pemborongan pekerjaan.
Di bidang ketenagakerjaan, outsourcing dapat diterjemahkan sebagai pemanfaatan
tenaga kerja untuk memproduksi atau melaksankan suatu pekerjaan oleh suatu
perusahaan, melalui perusahaan penyedia atau pengerah tenaga kerja. Ini berarti ada
dua perusahaan yang terlibat, yakni perusahaan yang khusus menyeleksi, melatih dan
memperkejakan tenaga kerja yang menghasilkan suatu produk atau jasa tertentu untuk
kepentingan perusahaan lainnya. Dengan demikian perusahaan yang kedua tidak
mempunyai hubungan kerja langsung dengan tenaga kerja yang bekerja padanya,
hubungan hanya melalui perusahaan penyedia tenaga kerja.
Kebijakan outsourcing yang tercantum dalam Pasal 64 – 66 UU Ketenagakerjaan
telah mengganggu ketenangan kerja bagi buruh/pekerja yang sewaktu-waktu dapat
terancam pemutusan hubungan kerja (PHK) dan men-downgrading-kan mereka sekedar
sebagai sebuah komoditas, sehingga berwatak kurang protektif terhadap buruh/pekerja.
Artinya, UU Ketenagakerjaan tidak sesuai dengan paradigma proteksi kemanusiaan
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 dan bertentangan dengan Pasal 27 ayat
(2) UUD 1945.

B. Landasan Hukum
Landasan hukum outsourcing adalah Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan:
Pasal 64
Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan
lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa Pekerja/Buruh
yang dibuat secara tertulis.
Berdasarkan ketentuan pasal di atas, outsourcing dibagi menjadi dua jenis:
1. Pemborongan pekerjaan
Yaitu pengalihan suatu pekerjaan kepada vendor outsourcing, dimana vendor
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pekerjaan yang dialihkan beserta hal-hal
yang bersifat teknis (pengaturan oerasional) maupun hal-hal yang bersifat non-
teknis (administrasi kepegawaian). Pekerjaan yang dialihkan adalah pekerjaan yang
bisa diukur volumenya, dan fee yang dikenakan oleh vendor adalah rupiah per
satuan kerja (Rp/m2, Rp/kg, dsb.). Contoh: pemborongan pekerjaan cleaning
service, jasa pembasmian hama, jasa katering, dsb.
2. Penyediaan jasa Pekerja/Buruh
Yaitu pengalihan suatu posisi kepada vendor outsourcing, dimana vendor
menempatkan karyawannya untuk mengisi posisi tersebut. Vendor hanya
bertanggung jawab terhadap manajemen karyawan tersebut serta hal-hal yang
bersifat non-teknis lainnya, sedangkan hal-hal teknis menjadi tanggung jawab
perusahaan selaku pengguna dari karyawan vendor.

C. Tujuan Outsourcing
Kebijakan Outsourcing diterapkan karena kebijakan tersebut dinilai dapat
memberikan beberapa keuntungan bagi perusahaan, antara lain yaitu sebagai berikut:
a. Fokus pada kompetensi jalur bisnis utama
Dengan melakukan Outsourcing, perusahaan dapat fokus pada bisnis utama
(core business) mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaharui strategi dan
merestrukturisasi sumber daya yang ada. Perusahaan akan mendapatkan keuntungan
dengan memfokuskan sumber daya ini untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan
meningkatkan keuntungan perusahaan, dengan cara mengalihkan pekerjaan
penunjang di luar bisnis utama perusahaan kepada vendor Outsourcing.
b. Penghematan dan Pengendalian Biaya Operasional
Salah satu alasan utama melakukan Outsourcing adalah peluang untuk
mengurangi dan mengontrol biaya operasional. Perusahaan yang mengelola SDM-
nya sendiri akan memiliki struktur pembiayaan yang lebih besar daripada
perusahaan yang menyerahkan pengelolaan SDM-nya kepada vendor outsourcing.
c. Memanfaatkan Kompetensi Vendor Outsourcing
Karena core-business-nya di bidang jasa penyediaan dan pengelolaan SDM,
vendor Outsourcing memiliki sumber daya dan kemampuan yang lebih baik di
bidang ini dibandingkan dengan perusahaan. Kemampuan ini didapat melalui
pengalaman mereka dalam menyediakan dan mengelola SDM untuk berbagai
perusahaan. Saat menjalin kerja sama dengan vendor outsourcing yang profesional,
perusahaan akan mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan keahlian vendor
outsourcing tersebut untuk menyediakan dan mengelola SDM yang dibutuhkan oleh
perusahaan.
d. Perusahaan menjadi lebih ramping dan gesit dalam merespon Pasar
Setiap perusahaan, baik besar maupun kecil, pasti memiliki keterbatasan sumber
daya. Dengan melakukan Outsourcing, perusahaan dapat mengalihkan sumber daya
yang terbatas ini dari pekerjaan-pekerjaan yang bersifat non-core dan tidak
berpengaruh langsung terhadap pendapatan dan keuntungan perusahaan kepada
pekerjaan-pekerjaan strategis core-business yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan, pendapatan dan keuntungan perusahaan.
e. Mengurangi Resiko
Dengan melakukan outsourcing, perusahaan mampu mempekerjakan lebih
sedikit karyawan, dan dipilih yang intinya saja. Hal ini menjadi salah satu upaya
perusahaan untuk mengurangi risiko terhadap ketidakpastian bisnis di masa
mendatang. Jika situasi bisnis sedang bagus dan dibutuhkan lebih banyak karyawan,
maka kebutuhan ini tetap dapat dipenuhi melalui Outsourcing.

D. Kelebihan dan Kekurangan Outsourcing


1. Bagi Perusahaan
a. Kelebihan Outsourcing bagi Perusahaan
Ada beberapa keuntungan dari outsourcing, yaitu:
1) Fokus pada kompetensi utama
Perusahaan dapat fokus pada core-business. Hal ini dapat dilakukan dengan
memperbaharui strategi dan merestrukturisasi sumber daya (SDM dan
keuangan) yang ada.
2) Penghematan dan Pengendalian biaya operasional
Salah satu alasan utama melakukan outsourcing adalah peluang untuk
mengurangi dan mengontrol biaya operasional. Perusahaan yang mengelola
SDM-nya sendiri akan memiliki struktur pembiayaan yang lebih besar
daripada perusahaan yang menyerahkan pengelolaan SDM-nya kepada
vendor outsourcing. Hal ini terjadi karena vendor outsourcing bermain
dengan “economics of scale” (ekonomi skala besar) dalam mengelola SDM.
3) Memanfaatkan kompetensi vendor outsourcing
Karena core-business-nya dibidang jasa penyediaan dan pengelolaan SDM,
vendor outsourcing memiliki sumber daya dan kemampuan yang lebih baik
dibidang ini dibandingkan dengan perusahaan. Kemampuan ini didapat
melalui pengalaman mereka dalam menyediakan dan mengelola SDM untuk
berbagai perusahaan. Bila tidak ditangani dengan baik, pengelolaan SDM
dapat menimbulkan masalah dan kerugian yang cukup besar bagi
perusahaan, bahkan dalam beberapa kasus mengancam eksistensi
perusahaan.
4) Perusahan dapat merespon pasar dengan cepat
Jika dilakukan dengan baik, outsourcing dapat membuat perusahaan
menjadi lebih ramping dan cepat dalam merespon kebutuhan pasar.
Kecepatan merespon pasar ini menjadi competitive advantage (keunggulan
kompetitif) perusahaan dibandingkan kompetitor. Setelah melakukan
outsourcing, beberapa perusahaan bahkan dapat mengurangi jumlah
karyawan mereka secara signifikan karena banyak dari pekerjaan rutin
mereka menjadi tidak relevan lagi.
5) Mengurangi Resiko
Perusahaan mampu mempekerjakan lebih sedikit karyawan, dan dipilih
yang intinya saja. Hal ini menjadi salah satu upaya perusahaan untuk
mengurangi resiko terhadap ketidakpastian bisnis di masa mendatang. Jika
situasi bisnis sedang bagus dan dibutuhkan lebih banyak karyawan, maka
kebutuhan ini tetap dapat dipenuhi melalui outsourcing. Sedangkan jika
situasi bisnis sedang memburuk dan harus mengurangi jumlah karyawan,
perusahaan tinggal mengurangi jumlah karyawan outsourcingnya saja,
sehingga beban bulanan dan biaya pemutusan karyawan dapat dikurangi.
b. Kekurangan Outsourcing bagi Perusahaan
Ada pula kekurangannya bagi perusahaan, yaitu:
1) Kehilangan kontrol manajerial
Kontrol manajerial akan menjadi milik perusahaan lain karena perusahan
outsourcing tidak akan mendorong perusahaan melainkan didorong untuk
membuat keuntungan dari layanan yang mereka sediakan.
2) Adanya biaya tersembunyi
Setiap hal yang tidak tercamtum dalam kontrak akan menjadi dasar
perusahaan untuk membayar biaya tambahan
3) Ancaman keamanan dan kerahasian
Perusahaan outsourcing dapat menerima informasi tentang catatan gaji,
medis dan rahasia lainnya.
4) Kualitas
Kontrak akan mengalami spesifikasi dan akan ada biaya tambahan yang
akan dikeluarkan oleh perusahaan kepada perusahaan outsourcing.

2. Bagi Karyawan
a. Kelebihan Outsourcing bagi Karyawan
Ada beberapa keuntungan dari outsourcing, yaitu:
1) Memudahkan calon karyawan fresh graduate untuk mendapatkan
pekerjaan. Dengan sistem outsourcing mereka tidak perlu bersusah payah.
memasukkan lamaran pekerjaan ke banyak perusahaan karena justru
perusahaan outsourcing yang akan menyalurkan mereka.
2) Mendapat pelatihan memadai dari perusahaan penyedia jasa karyawan
outsourcing. Sebelum ditempatkan di perusahaan para pencari kerja
tentunya harus mendapat pelatihan sehingga pengalaman tentang dunia
kerja menjadi bertambah.
3) Memudahkan pencari kerja yang memiliki keahlian khusus memilih
perusahaan yang akan mempekerjakan mereka nanti sekaligus menentukan
gaji yang akan mereka dapatkan karena para pencari kerja dengan keahlian
khusus seperti ini tentunya jarang sehingga menjadi rebutan perusahaan-
perusahaan besar.
b. Kekurangan Outsourcing bagi Karyawan
Ada pula kekurangannya bagi karyawan yaitu:
1) Masa kerja yang tidak jelas karena sistem kontrak. Sebagian besar
karyawan outsourcing khawatir jika ada PHK maka tidak mudah
mendapatkan pekerjaan kembali.
2) Tidak ada jenjang karir. Karena sistem outsourcing memberlakukan kontrak
mengakibatkan karyawan susah memegang jabatan tinggi.
3) Tidak mendapat tunjangan. Sebagian besar perusahaan outsourcing tidak
memberikan tunjangan seperti THR, asuransi dan jaminan hari tua untuk
karyawan outsourcing.
4) Pemotongan penghasilan karyawan outsourcing yang tidak jelas. Rata-rata
gaji yang dipotong untuk karyawan outsourcing berkisar dia angka 30
persen dari seharusnya yang mereka terima seandainya menjadi karyawan
tetap di perusahaan mereka saat ini bekerja.

E. Contoh Pekerjaan Karyawan Outsourcing


1. Penjaga kebersihan (Office Boy atau Office Girl)
2. Keamanan (Satpam, Bodyguard, anjing pelacak, penjaga loket parkir dan lain-
lain).
3. Penyedia makanan (catering)
4. Petugas call center atau customer service
5. Petugas Front Desk (Resepsionis)
6. Pekerja di pabrik, kurir atau supir, hingga
7. Petugas manajemen fasilitas (facility management).

F. Praktik Outsourcing di Indonesia

Di Indonesia sendiri praktik outsourcing sudah berkembang begitu pesat sejak


beberapa tahun belakangan. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya perusahaan yang
beroperasi di Indonesia sehingga membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
Namun, perusahaan tidak mampu bekerja sendirian dalam menyeleksi calon
karyawannya, maka supplier pun satu per satu mulai berdiri. Agar penyelenggaraan
outsourcing berjalan dengan baik, maka pemerintah membuat aturan yang tertuang
dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 dan Peraturan
Menakertrans Nomor 19 Tahun 2012.
Ada satu hal yang hingga kini menjadi dilema, terutama bagi tenaga kerja
outsourcing di Indonesia. Di satu sisi, mereka harus menaati aturan perusahaan
penyalur, tetapi disisi lain mereka juga harus patuh pada aturan di mana mereka
bekerja.
Apabila mereka (tenaga kerja) dirasa mematuhi kedua aturan itu, barulah
mendapatkan upah dari perusahaan penyalur. Beda halnya dengan karyawan yang
langsung berada di perusahaan, mereka akan memperoleh gaji dari perusahaan
dimana dia bekerja.
Sementara, bagi tenaga kerja outsourcing, mereka harus menunggu perusahaan
supplier mendapatkan pembayaran dari perusahaan di mana dia bekerja, barulah
mendapatkan upah.
Dilema inilah yang menjadi tantangan bagi perusahaan di Indonesia, namun jika
dikelola dengan baik tantangan ini tentu akan menjadi sebuah harapan baru di era
pasar bebas.

G. Tantangan dan Harapan Outsourcing


Selain mengenai pembayaran upah seperti dijelaskan sebelumnya, tantangan
yang dihadapi oleh perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja outsourcing kian
komplek.
Terkadang banyak tenaga kerja yang menolak sistem outsourcing ini, mereka
beranggapan tidak dapat mendapatkan hak-haknya seperti tunjangan dan lainnya dari
perusahaan di mana dia bekerja.
Sebenarnya permasalahan ini kebanyakan terletak pada perusahaan supplier itu
sendiri. Pihak perusahaan inti membayar upah ke perusahaan supplier sudah sesuai
ketentuan.
Namun, terkadang masih dipotong dengan biaya administrasi dan sebagainya
sehingga upah yang diterima pekerja menjadi berkurang. Idealnya, dalam perjanjian
kontrak, pekerja outsourcing mendapatkan upah kerja 90%, sementara 10% merupakan
manajemen fee untuk perusahaan supplier.
Selain itu, masih ada beberapa ketentuan lainnya yang terkadang dilanggar oleh
perusahaan supplier maupun perusahaan yang mempekerjakan karyawan outsourcing.
Maka dari itu, harus ada semacam fungsi pengawasan oleh pihak pemerintah
dan lembaga terkait agar tidak ada lagi pelanggaran. Harapannya adalah untuk
menciptakan iklim industri yang sehat dengan tenaga kerja outsourcing yang memiliki
keahlian dan keterampilan.
Baik perusahaan maupun tenaga kerja juga harus mengetahui perjanjian maupun
peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan cara edukasi secara sistematis agar
tercipta sebuah win win solution baik bagi perusahaan, tenaga kerja, dan pemerintah di
era pasar bebas yang semakin kompetitif.

H. Contoh Kasus Outsourcing di Indonesia


Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menyebut empat
perusahaan pelat merah yang masih banyak menggunakan tenaga alihdaya
(outsourcing). Keempat BUMN itu yaitu PT PLN (Persero), PT Bank Rakyat Indonesia
Tbk (BBRI), PT Pos Indonesia dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
"Mungkin PLN 50 ribu orang, di BRI 40 ribu orang, Bank Mandiri kurang lebih sama.
PT Pos Indonesia juga," ungkap Dahlan saat berbincang dengan Liputan6.com
Dalam penyelesaian masalah outsourcing, Dahlan mengaku dirinya
menyerahkannya ke masing-masing BUMN. Dahlan menilai persoalan
utama outsourcing yaitu perasaan gelisah dari karyawan akan ketidakpastian apakah
tahun depan masih dipakai lagi atau tidak.
Tentu soal besar-kecilnya gaji juga masalah, namun yang utama adalah
ketidakpastian itu.Persoalan lainnya yaitu status. Mereka menginginkan status
kekaryawanan yang jelas. Bukan sekadar menjadi tenaga cabutan.
"Saya lebih cenderung tidak bicara soal eksistensi, tapi perlakuan terhadap
outsourcing. Saya pengalaman ini di PLN, inti dari outsourcing itu gaji kecil.
Tapi ada yang lebih inti persoalan lagi yaitu perasaan tidak adil," tutur dia.
Dahlan sudah memutuskan agar masing-masing BUMN memperbaiki secara
mendasar. Misalnya kontrak outsourcing itu biasanya satu tahun, Dahlan minta
minimal 5 tahun, yang bisa otomatis diperpanjang beberapa kali.
"Itu dampaknya ke perusahaan baik. Misalnya dulu waktu saya di
PLN, outsourcing untuk pemangkasan pohon yang ganggu mati lampu yang ganggu
jaringan, itu satu tahun, sehingga tahun depan harus tender lagi.
Karena seperti itu, akhirnya perusahaan outsourcing-pun tidak mau beli
peralatan yang baik karena belum tentu menang tender lagi," papar Dahlan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan :
Outsourcing di Indonesia merupakan system kerja kontrak yang didalamnya
terdapat pemberi kerja dan pekerja. Berdasarkan UU no.13 tahun 2003 memberi dasar
pertimbangan tentang UU ketenagakerjaan.Dilihat dari UU ketenagakerjaan kaitan
dengan perspektif HAM adalah kesinambungan kepentingan khususnya kepentingan
pekerja dan kepentingan pengusaha dalam mekanisme ekonomi pasar. Salah satu
pertentangan tentang UU ketenagakerjaan bertentangan dengan konvensi ILO tentang
hak fundamental pekerja yang berkenaan dengan hak asasi serta kebebasan berserikat
dan berorganisasi dan untuk melakukan perundingan kolektif yang termaktub dalam
konvensi ILO No.87 dan 98.
Namun, sistem outsourcing dan kerja kontrak itu sendiri bertentangan dengan
HAM dan tidak bisa diterapkan pada siapa pun tanpa kecuali. Buruh cleaning
service, catering, satpam, buruh usaha angkutan pekerja dan buruh jasa penunjang di
pertambangan serta perminyakan juga memiliki hak yang sama dengan buruh-buruh di
bagian core-business.
Outsourcing menjadi salah satu solusi yang paling sering digunakan untuk
mengembangkan suatu Sistem Informasi pada suatu perusahaan karena
dengan outsourcing suatu perusahaan akan lebih fokus pada bisnis inti.
Penggunaan outsourcing sebagai suatu solusi untuk implementasi Sistem Informasi
sebaiknya mempertimbangkan beberapa faktor berikut:
a. Pahami jenis-jenis outsourcing yang ada. Hal ini karena jenis-
jenis outsourcing cukup bervariasi sesuai dengan skala Sistem Informasi yang akan
dikembangkan.
b. Pastikan bahwa strategi outsourcing yang akan digunakan sesuai dengan strategi
bisnis yang sedang atau akan dijalani.
c. Gunakan suatu tolak ukur untuk penilaian terhadap outsourcing yang akan
dijalankan.
d. Pastikan relasi outsourcing dengan vendor akan dapat terjalin dan terkelola dengan
baik.
e. Lakukan observasi sederhana terhadap perilaku organisasi atau perusahaan lain
yang menggunakan outsourcing. Lihat apakah perusahaan atau oganisasi tersebut
telah berhasil melakukan outsourcing atau tidak. Informasi ini akan sangat berguna
sebagai acuan untuk menggunakan outsourcing atau tidak tanpa harus melakukan
survei yang mendalam terhadap vendor outsourcing maupun outsourcing itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA

Asmawan dkk. 2014. Implementasi Sistem Outsourcing dalam Perusahaan. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

https://www.kajianpustaka.com/2018/06/pengertian-jenis-dan-tujuan-alih-daya-
outsourcing.html

http://farydacewegbaeg.blogspot.com/2014/06/makalah-lengkap-out-sourcing.html

https://www.liputan6.com/bisnis/read/635064/empat-bumn-yang-paling-banyak-pakai-tenaga-
outsourcing

Anda mungkin juga menyukai