INDUSTRI FARMASI
KELOMPOK I
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapat adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan alih daya (outsourcing) ?
2. Apa yang dimasksud kegiatan alih daya (outsourcing) ?
BAB II
PEMBAHASAN
Outsourcing terbagi atas dua suku kata : out dan sourcing. Sourcing berarti
mengalihkan kerja, tanggung jawab dan keputusan kepada orang lain. Outsourcing
dalam bahasa Indonesia berarti alih daya. Dalam dunia bisnis, outsourcing atau alih daya
dapat diartikan sebagai penyerahan sebagai pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya non-
core atau penunjangan oleh suatu perusahaan kepada perusahaan lain melalui
perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerja/buruh.
Pola perjanjian kerja dalam bentuk outsourcing secara umum ada beberapa
pekerjaan kemudian diserahkan ke perusahaan lain yang telah berbadan hukum, dimana
perusahaan yang satu tidak berhubungan secara langsung dengan pekerjaan tetapi
hanya kepada perusahaan penyalur atau pengarah tenaga kerja. Pendapat lain
menyebutkan bahwa outsourcing adalah pemberian pekerjaan dari satu pihak kepada
pihak lain dalam bentuk, yaitu :
1. Menyerahkan dalam bentuk pekerjaan
2. Pemberian pekerjaan oleh pihak 1 dalam bentuk jasa tenaga kerja. Perjanjian
outsourcing dapat disamakan dengan perjanjian pemborongan pekerjaan.
PRINSIP
Catatan: Bab ini meliputi tanggung jawab industri farmasi terhadap Badan POM dalam
pemberian Izin Edar dan Izin Industri Farmasi. Hal ini tidak dimaksudkan untuk
memengaruhi tanggung jawab legal dari Penerima Kontrak dan Pemberi Kontrak
terhadap konsumen.
UMUM
1. Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi semua kegiatan alih daya, produk
atau pekerjaan dan semua pengaturan teknis terkait.
2. Semua pengaturan untuk kegiatan alih daya termasuk usulan perubahan teknis atau
perubahan lain hendaklah sesuai dengan peraturan regulasi dan Izin Edar untuk
produk terkait.
3. Jika pemegang Izin Edar dan Izin Industri Farmasi tidak sama, pengaturan yang tepat
hendaklah dibuat dengan mempertimbangkan semua prinsip yang dijelaskan dalam
bab ini dan mengikuti peraturan yang berlaku.
4. Pembuatan obat alih daya di Indonesia hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi
yang memiliki sertifikat CPOB yang berlaku yang diterbitkan oleh Badan POM.
PEMBERI KONTRAK
Sistem Mutu Industri Farmasi Pemberi Kontrak hendaklah mencakup pengawasan dan
pengkajian terhadap kegiatan alih daya. Pemberi Kontrak bertanggung jawab secara
penuh untuk menjamin ada proses yang memastikan pengawasan terhadap kegiatan
alih daya. Proses ini hendaklah memasukkan prinsip manajemen risiko mutu termasuk :
1. Sebelum kegiatan alih daya dilaksanakan, Pemberi Kontrak bertanggung jawab untuk
menilai legalitas, kesesuaian dan kompetensi Penerima Kontrak untuk dapat dengan
sukses melaksanakan kegiatan alih daya. Pemberi kontrak juga bertanggung jawab
untuk memastikan, melalui kontrak, bahwa semua prinsip dan Pedoman CPOB
diikuti;
2. Pemberi Kontrak hendaklah menyediakan semua informasi dan pengetahuan yang
diperlukan kepada Penerima Kontrak untuk melaksanakan pekerjaan yang
dialihdayakan secara benar sesuai peraturan yang berlaku dan Izin Edar produk
terkait. Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa Penerima Kontrak
memahami sepenuhnya masalah yang berkaitan dengan produk atau pekerjaan yang
dapat membahayakan bangunan-fasilitas, peralatan, personel, bahan atau produk
lain; dan
3. Pemberi Kontrak hendaklah memantau dan mengkaji kinerja Penerima Kontrak dan
mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan dan pelaksanaannya.
KONTRAK
1. Kontrak tertulis hendaklah dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak
dengan menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak dan jalur komunikasi
terkait dengan kegiatan alih daya. Aspek teknis dari kontrak hendaklah dibuat oleh
personel yang memiliki kompetensi dan pengetahuan yang sesuai dengan kegiatan
alih daya dan CPOB. Semua pengaturan kegiatan alih daya harus sesuai dengan
peraturan dan Izin Edar produk terkait dan disetujui oleh kedua belah pihak.
2. Kontrak hendaklah menguraikan secara jelas pihak yang bertanggung jawab
melaksanakan setiap tahapan pada kegiatan alih daya, misal transfer teknologi,
rantai pasokan, subkontrak (bila ada), mutu dan pembelian bahan, pengujian dan
pelulusan bahan, pelaksanaan produksi dan pengawasan mutu, (termasuk
pengawasan selama-proses, pengambilan sampel, analisis dan uji stabilitas).
3. Semua catatan terkait dengan kegiatan alih daya, misal catatan pengolahan, analisis
dan distribusi, serta sampel pembanding hendaklah disimpan oleh atau disediakan
untuk Pemberi Kontrak. Semua catatan yang relevan untuk penilaian mutu produk,
bila terjadi keluhan atau cacat produk atau penyelidikan kasus dugaan pemalsuan,
hendaklah dapat diakses dan ditetapkan dalam prosedur yang dibuat oleh Pemberi
Kontrak.
4. Kontrak hendaklah mencakup izin bagi Pemberi Kontrak untuk menginspeksi
kegiatan alih daya yang dilaksanakan oleh Penerima Kontrak atau pihak ketiga yang
telah disetujui bersama.
BAB III
KESIMPULAN
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman
Cara Pembuatan Obat Yang Baik.