Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK SISTEM OUTSOURCING BAGI KESEJAHTERAAN BURUH

DI INDONESIA

Merlin Nur Azizah


Nenden Nur Annisa
Email : merlinapril14@gmail.com

ABSTRAK
Sistem outsourcing tidaklah asing kita dengar dalam dunia kerja, banyak masyarakat
kita yang bekerja sebagai buruh outsourcing namun, kebanyakan dari mereka tidak jarang
tidak mendapatkan kesejahteraan seperti buruh lainnya. Banyak faktor yang
melarbelakanginya.

Dengan adanya kasus seperti itu, pada artikel ini kami akan meneliti tentang dampak
sistem outsourcing bagi perusahaan dan kesejahteraan buruh di Indonesia dengan
mewawancarai seorang karyawan yang telah bekerja pada perusahaannya lebih dari dua
tahun dan sumber lainnya saya dapat melalui internet sebagai informasi tambahan.
Kata kunci : outsourcing dan kesejahteraan buruh.

ABSTRACT
System of foreign Outsourcing is not we hear in the world of job, a lot of our society
is laboring as labour of outsourcing but, most of they not rarely do not get prosperity of like
other labour. A lot of factor which background.

With existence of case like that, at this article i we will check about impact of system
of outsourcing for company and prosperity of labour in Indonesia holded an interview withly
a employees employed at his/its company more than two other source and year is I can
through internet as supplementary information.
Keyword : outsourcing and labour prosperity.

PENDAHULUAN
Dalam dunia kerja kita tidak asing dengan istilah yang bernama outsourcing, apabila
mendengar istilah tersebut biasanya identik dengan protes, dengan demo para buruh tentang
penolakan dan penghapusan outsourcing yang menyangkut kesejahteraan mereka.
Dengan konsep outsourcing, efisiensi dapat dicapai apabila :
1) Perusahaan memusatkan aktivitasnya pada bidang yang memiliki kompetensi yang tinggi,
2) Memfokuskan investasi dan perhatian manajemen ke bidang-bidang tersebut,
3) Melimpahkan (outsource) kegiatan bidang lainnya, yang mana perusahaan tidak
mempunyai kepentingan strategis, sehingga perusahaan tidak perlu atau tidak dapat
melakukannya lebih baik dari perusahaan lain (Idris, 2013).

1
Buruh pabrik sering di anggap remeh dan rendah posisinya, padahal mereka
memegang peranan yang sangat penting bagi kemajuan dan perkembangan produksi suatu
pabrik, dan mereka seolah-olah seperti budak yang harus setiap hari bekerja dengan upah
yang rendah. Tidak hanya satu tempat saja yang mempunyai kasus seperti itu, namun sudah
sering terjadi di banyak tempat, kita dapat melihat dari media elektronik seperti televisi
maupun media cetak seperti koran. Di dalamnya banyak terlihat tuntutan para buruh demi
memperoleh hak-hak yang pantas mereka dapatkan seperti misalnya tunjangan kesehatan,
tuntutan menjadi karyawan tetap dan lain sebagainya yang tidak mereka peroleh selama
menjadi buruh yang berasal dari perusahaan outsourcing.
Perusahaan outsourcing meluas karena perusahaan tersebut mengerti pada era
sekarang ini mencari pekerjaan itu sulit, dan orang-orang dituntut setiap harinya dengan
tuntutan permasalahan ekonomi yang semakin hari semakin tidak stabil, seperti dengan
melambungnya harga bahan pokok. Apalagi, Upah buruh outsourcing adalah yang terendah
dibandingkan buruh tetap dan kontrak sementara ketiga kelompok buruh ini melakukan
pekerjaan yang sama (Ringkasan Eksekutif, 2010), maksud dari ketiga kelompok ini ialah
buruh kontrak, buruh outsourcing dan buruh tetap.
Dengan alasan itu mau tidak mau para pencari kerja ikut perusahaan outsourcing demi
mendapatkat pekerjaan karena perusahaan outsourcing mudah merekrut tenaga kerja, tidak
seperti perusahaan yang langsung merekrut tenaga kerjanya sendiri dengan begitu banyak
proses seleksi yang harus dijalani para calon tenaga kerja. Tidak jarang juga perusahaan ini
mengambil keuntungan yang sangat berlebihan sehingga menuai banyak protes dari
karyawan maupun buruh yang telah menjadi karyawan maupun buruh kontrak di suatu
perusahaan. Hal ini menyangkut kesejahteraan banyak buruh pabrik mulai dari gaji dan
perlakuan kepada buruh.
Pada dasarnya tujuan utama suatu perusahaan melakukan outsourcing adalah untuk
meningkatkan kemampuan dan keunggulan kompetitif perusahaan agar dapat
mempertahankan hidup dan berkembang. Mempertahankan hidup berarti tetap dapat
mempertahankan pangsa pasar, sementara berkembang berarti dapat meningkatkan pangsa
pasar, dengan tuiuan strategis ialah bahwa dengan melakukan outsourcinrg perusahaan ingin
meningkatkan kemarnpuannya berkompetisi, atau ingin meningkatkan atau sekurang-
kurangnya mempertahankan keunggulan kompetitifnya (Hana Krisnamurti, 2013).
Bagi perusahaan yang menggunakan jasa dari perusahaan outsoursing mempunyai
banyak keuntungan namun begitu tidak bagi buruh, buruhlah yang banyak menelan pahitnya
dampak sistem outsourcing. Maka tidaklah salah buruh outsourcing sering menuntut nasib

2
mereka atau kesejahteraan atas kontribusi atau kerja keras mereka terhadap perusahaan agar
mendapat fasilitas yang sama dengan buruh tetap selama itu masih dibatas kewajaran
menuntut hak-hak mereka yang memang pantas mereka dapatkan.
KAJIAN PUSTAKA
Sebelum kita membahas lebih jauh lagi tentang dampak sistem outsourcing bagi
sperusahaan dan kesejahteraan buruh pabrik di Indonesia, kita perlu mengetahui terlebih
dahulu apa yang di maksud outsourcing dan buruh.
Apa yang dimaksud dengan outsourcing ?
Pengertian yang pertama, ialah gambaran dari kamus " Outsourcing" merupakan "
Perolehan jasa atau produk dari seorang pabrikan atau penyalur luar dalam rangka memotong
biaya-biaya" (Karen Lapid, 2005).
Pengertian outsourcing yang kedua, dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 64 UU
Ketenagakerjaan yang isinya menyatakan bahwa outsourcing adalah suatu perjaniian kerja
yang dibuat antara pengusaha dengan tenaga kerja, dimana perusahaan te$ebut dapat
menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian
pemborongan pekeriaan yang dibuat secara tertulis (Herlambang, 2008).
Perusahaan-perusahaan yang menggunakan outsourcing mendapat keuntungan
tersendiri apabila menggunakan jasa tersebut.
Keuntungan outsourcing sebagian besar di dalam efisiensi produksi yang ditingkatkan
melalui spesialisasi yang ditawarkan oleh disintegrasi vertikal. Ada beberapa pertimbangan
mengapa outsourcing suatu aktivitas yang berpotensi lebih murah dibanding memproduksi di
dalam perusahaan, sebagai contoh dalam kaitan dengan gaji yang lebih rendah (( Autor et
al.,2003; Diaz-Mora, 2008; dan Girma dan Grg, 2004) J.L. Mohlmann dan S. P. T. Groot,
2013), selain itu perusahaan dapat menghemat waktu, menghemat sumber daya sendiri yang
dapat digunakan untuk kebutuhan yang lainnya, perusahaan tidak perlu pusing masalah upah
atau gaji buruh outsourcing karena itu semua sudah dikelola oleh perusahaan outsourcing itu
sendiri sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah disetujui bersama oleh buruh
dan perusahaan outsourcing.
Walaupun perusahaan memiliki begitu banyak keuntungan yang nantinya akan
diperoleh, tetap saja memiliki sisi negatifnya. Bisa jadi perusahaan yang menggunakan jasa
outsourcing juga memiliki satu kekurangan apabila menggunakan jasa tersebut, yaitu apabila
buruh dari outsourcing tidak sesuai dengan kualifikasi atau tidak memenuhi persyaratan yang

3
sesungguhnya dari perusahaan, karena perusahaan langsung menerimanya dan
menyepakatinya dari perusahaan outsourcing itu sendiri.
Namun demikian, semua itu tergantung kebijakan perusahaan masing-masing, tidak
semua perusahaan menggunakan jasa outsourcing. Ada juga perusahaan yang langsung
memilih calon tenaga kerja yang akan bekerja di dalam perusahaannya dengan memberi
persyaratan, dengan harapan calon tenaga kerja memang benar bersungguh-sungguh,
profesional dan bertanggung jawab atas pekerjaanya.
Selain hal diatas ada pula masalah outsourcing (by Shawn McCray, Partner TPI, 2008) :
1. Keputusan Yang tidak Dipahami
2. Tidak ada dukungan dari pemimpin
3. Masalah kontrak
4. Client Retained Team Not in Place or Too Small
5. Masalah ketrampilan yang dibutuhkan
6. Hilangnya bakat dan lemah pengetahuan
7. Inability to Meet Pent-Up Demand for Services
8. Perlawanan mengodopsi metode baru
9. Perselisihan antara klien dan penyedia jasa
10. Changes Dont Last
Tipe Outsourcing (Salamah wahyuni,dkk., 2010)
Menurut Komang dan Agus (2008) tipe outsourcing dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
Business Process Outsourcing dan Outsourcing Sumber Daya Manusia.
1. Business Process Outsourcing (BPO), jika di Indonesia dikenal dengan pemborongan
pekerjaan. Outsourcing jenis ini mengacu pada hasil akhir yang dikehendaki. Jika sebuah
perusahaan manufaktur ingin mengalihkan penjualan produknya pada perusahaan lain, maka
pembayaran kompensasinya berupa jumlah unit yang terjual.

2. Outsourcing Sumber Daya Manusia. Outsourcing ini mengacu pada kebutuhan penyediaan dan
pengelolaan sumber daya manusia. Untuk contoh di atas, perusahaan manufaktur akan bekerja
sama dengan perusahaan outsourcing (vendor) yang memberikan jasa penyediaan dan
pengelolaan tenaga penjual. Kompensasi kepada vendor berupa management fee sesuai
kesepakatan.
Masa depan dalam Outsourcing (Michael F. Corbett, 2004).
mencakup perubahan di dalam ketenaga-kerjaan, yang telah menjadi suatu ketetapn.
Perubahannya antala lain;
1. Harapkan lebih kompetisi
2. Semua orang akan bekerja mandiri
3. Outsourcing akan merubah peran para manajer dan para eksekutip
4. Proses kepemimpinan
5. Kepemimpinan global

4
6. Diubah organisasi
Apa yang dimaksud dengan buruh ?
Apa yang dimaksud dengan Buruh ? mengapa buruh selalu menjadi topik pembahasan
yang menarik sampai sekarang ini ?
Menurut UU No. 22 tahun 1957 tentang penyelesaian perselisihan pemburuhan
mendefinisikan bahwa buruh adalah mereka yang bekerja pada majikan dan menerima upah.
Menurut ILO (International Labour Organisation), Buruh adalah seseorang yang bekerja
pada orang lain atau badan hukum dan mendapatkan upah sebagai imbalan sebagai jerih
payahnya menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan padanya. Dengan kata lain semua orang
yang tidak memiliki alat produksi dan bekerja kepada pemilik alat produksi maka bisa
dikatakan sebagai buruh (Grendi Hendrastomo, 2012).
Penyalur tenaga kerja kepada perusahaan tertentu merupakan pihak ketiga. Karena
berada di tengah-tengah antara perusahaan yang memerlukan tenaga kerja/buruh dan orang-
orang yang mencari pekerjaan. Perusahaan penyalur tenaga kerja atau outsourcing biasanya
memunggut biaya kepada perusahaan, selain kepada perusahaan ternyata penyedia jasa
tersebut juga memunggut biaya kepada para pencari kerja yang ingin mendapatkan pekerjaan,
kebanyakan dari mereka pun seolah tidak menolak dengan adanya pemunggutan ini, sebab
dengan begitu mereka akan mudah memperoleh pekerjaan.
Dalam pabrik biasanya ada tiga kelompok buruh, yaitu :
1. Buruh tetap
Buruh tetap merupakan buruh yang sudah diangkat menjadi karyawan tetap perusahaan yang
nantinya akan memperoleh gaji tetap, tunjangan dan fasilitas lain dari perusahaan.
2. Buruh kontrak
Buruh kontrak ini langsung di seleksi oleh perusahaan sendiri mendapat gaji langsung dari
perusahaan dan fasilitas lainnya, bedanya dengan buruh tetap adalah buruh ini bekerja sesuai
kontrak, apabila kontrak habis mereka akan keluar dari pekerjaannya. Namun, tidak jarang
juga ada buruh yang diperpanjang kontraknya, tergantung dari kebijakan perusahaan masing-
masing.
3. Buruh oursourcing
Buruh yang diambil dari perusahaan outsourcing sedangkan gaji, tunjangan dan fasilitas tidak
dari perusahaan dimana mereka bekerja, namun itu semua sudah ditangani sendiri oleh pihak
outsourcing atau pihak yang menyalurkan tenaga kerja atau buruh tersebut.
PEMBAHASAN

5
Dalam kajian pustaka dijelaskan ada 3 macam kelompok buruh, yaitu buruh tetap,
buruh kontrak dan buruh outsourcing, dalam pembahasan ini akan dibahas mengenai buruh
outsourcing dan kesejahteraan buruh outsourcing.
Diatas sudah dijelaskan macam-macam kelompok buruh, yang dipertanyakan disini adalah
mengapa lebih memilih menjadi buruh outsourcing ? jawabannya adalah karena begitu
banyak tuntutan yang harus dipenuhi, untuk menjadi buruh tetap membutuhkan proses dan
bisa jadi itu bermula menjadi buruh kontrak. Sedangkan buruh kontrak yang diseleksi sendiri
dari pabrik tidak seluruhnya masuk dan diterima oleh perusahaan kalau buruh outsourcing
yang menyeleksi perusahaan outsourcing itu sendiri dan perusahaan yang menggunakan jasa
tersebut tinggal mempekerjakan buruhnya, dan biasanya disinilah tenaga buruh sangat
dimanfaatkan sekali oleh perusahaan.
Jumlah gaji dan upah buruh outsourcing kebanyakan tidak sesuai dan tidak jarang
juga tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka. Buruh outsourcing tidak langsung
mendapatkan gajinya langsung dari perusahaan tempat mereka bekerja. Gaji buruh
outsourcing kebanyakan lebih rendah dan rawan akan penyelewengan dari perusahaan
outsourcing tempat dimana mereka mencari pekerjaan. Mengapa bisa begitu ? karena gaji
para buruh atau karyawan outsourcing tidak langsung diberikan, namun di berikan terlebih
dahulu kepada perusahaan outsourcing tersebut dan baru diberikan kepada buruh atau
karyawan yang bekerja. Apalagi dengan menggunakan tenaga kerja outsourcing, perusahaan
tidak perlu repot menyediakan fasilitas maupun tunjangan-tunjangan lainnya seperti
tunjanggan kesehatan hingga asuransi kesehatan. Sebab, yang bertanggung jawab adalah
perusahaan outsourcing itu sendiri karena sudah terjalin kesepakatan antara penyedia jasa dan
calon tenaga kerja yang akan disalurkan.
Maka dari itu kesejahteraan buruh dipertanyakan. Apakah gaji yang mereka terima
selama sebulan itu cukup untuk menyambung hidup dengan adanya tuntutan ekonomi yang
setiap harinya semakin tak menentu dan tidak stabil.
Misalnya, harga bahan pokok seperti : sayuran, beras, dan yang lainnya. Itu saja belum cukup
mereka juga memerlukan kebutuhan lain seperti kebutuhan sandang dan papan, mereka butuh
baju atau pakaian, mereka juga memerlukan rumah untuk tempat mereka tinggal apalagi bila
sudah berkeluarga pastinya kebutuhan akan meningkat 50% bahkan bisa mencapi 100% dari
sebelumnya. Buruh juga mempunyai masa depan, bukan hanya orang-orang kaya dan high
class yang mempunyai masa depan.
Selain itu posisi buruh yang lemah akan mempersulit mereka untuk mendapatkan hak-
hak yang seharusnya dan selayaknya mereka dapatkan selama bekerja, mereka bisa sewaktu-

6
waktu digantikan oleh orang lain atau buruh lain. Apalagi bila buruh tersebut buruh
outsourcing, mereka dapat dengan mudah untuk di hentikan dari perkerjaannya atau di
keluarkan. Contohnya : apabila mereka atau salah seorang buruh tidak masuk tanpa
keterangan sebanyak 3x bisa saja dari perusahaan langsung memecatnya tanpa memberikan
kesempatan untuk memperbaiki kesalahan selain itu tunjangan atau pesangon pun sering kali
juga tidak mereka dapatkan. Berbeda dengan buruh kontrak dari perusahaan atau buruh tetap,
mereka pertama mendapat SP atau surat peringatan terlebih dahulu sebelum akhirnya
mendapatkan surat pemberhentian kerja dari perusahaan karena buruh tersebut telah
melampaui batas maksimal yang telah ditentukan oleh perusahaan, tidak berhenti begitu saja
dari perusahaan tempat kerjanya mereka juga mendapatkan pesangon. Jadi, salah satu alasan
itu jugalah yang sering diperjuangkan oleh buruh outsourcing.
Selain itu menyangkut kesejahteraan buruh lainnya yaitu :
Upah yang minimum namun jam kerja yang maksimum
Dengan jam kerja yang disamakan dengan buruh tetap pabrik tapi gaji yang di
dapat buruh outsourcing jauh di bawah buruh tetap, perusahaan begitu memeras
tenaga buruh outsourcing tanpa mempedulikan gaji dan upah yang diperoleh. Dalam
pandangan Marx, perusahaan akan menerima value added dari kebijakan ini.
Umumnya pekerja di upah dengan ukuran perjam, tetapi di Indonesia untuk delapan
jam mereka membayar upah sama dengan upah karyawan satu jam. Artinya
perusahaan mendapatkan nilai tambah dengansistem ini. Disatu sisi perusahaan
untung, disisi lain buruh dirugikan dengan upah minimumdan jam kerja yang panjang
(Grendi Hendrastomo, 2012).
Sehingga tidak jarang membuat buruh tertekan dengan keadaan yang seperti
itu, hingga pada akhirnya mereka menggundurkan diri dan mencari pekerjaan lain.
Tidak jarang juga ada yang masih tetap bekerja karena belum tentu di luar sana
mereka mendapat pekerjaan yang lebih baik. Begitu memprihatinkan apabila melihat
gaji buruh dan di bandingkan dengan pengeluaran yang akan mereka keluarkan untuk
menyambung hidupnya. Ada pula yang menyebutkan bahwa outsourcing itu sistem
perbudakan modern.
Upah dan kebutuhan yang nyata tidak sebanding.
Upah seharusnya mencakup semuanya, tetapi kenyataanya upah hanya gaji
pokok tanpa memperhitungkan tunjangan, itupun masih jauh dari kebutuhan riil
pekerja (Grendi Hendrastomo, 2012).
Apalagi bila bagi buruh yang merupakan seorang perantau. Ia harus
memikirkan tempat tinggal, transportasi, kebutuhan pokok, apalagi bila sudah

7
berkeluarga dan tidak jarang memikirkan keluarga yang ditinggalkan di kampung
yang menunggu hasil mereka karena hanya merekalah tulang punggung keluarga.
Lingkungan yang buruk
Tidak hanya upah saja, lingkungan pun juga mempunyai andil dalam
mempengaruhi kondisi fisik dan psikis buruh.
Pada hakikatnya kesejahteraan buruh merupakan suatu pemenuhan kebutuhan dan keperluan
yang bersifat jasmani dan rohani.
Dengan pendapatan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kesehariaanya tidak
jarang juga mereka melakukan pekerjaan sampingan yang tentunya menambah jam kerja dan
semakin memeras keringat serta rentan akan penyakit yang akan mampir ke tubuh apabila
tidak benar-benar di jaga kesehatannya. Apalagi terkadang buruh outsourcing tidak
mendapatkan asuransi kesehatan atau jaminan kesehatan dari perusahaan dimana tempat
mereka mencari nafkah, hal ii membuat keadaan atau kondisi fisik buruh semakin memburuk.
Dengan keadaan seperti ini apakah buruh outsourcing mendapatkan kesejahteraan ?
apakah buruh akan terus menerus seperti ini dan haruskah tiap tahun buruh berorasi dengan
tuntutan yang sama ?
Pemecahan masalah buruh dalam meningkatkan kesejahteraannya tidak mudah dan
tidak gampang apabila hanya dengan cara berorasi dan teriak-teriak dijalanan saja dan
menuntut hak yang sama setiap tahunnya, namun ini tergantung pada perusahaan dan
kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam masalah ini, yaitu antara perusahaan
outsourcing, perusahaan yang menggunakan buruh outsourcing atau pemberi modal dan
buruh yang bekerja serta campur tangan pemerintah dalam hal gaji atau dalam hal penentuan
UMR yang layak diterima dan yang dikiranya cukup untuk memenuhi kebutuhan buruh
outsourcing.
Menjadi buruh pun juga harus pintar memilih pekerjaannya, apabila masuk dalam
perusahaan outsourcing dan selanjutnya akan disalurkan dan menjadi buruh outsourcing
sebelum menandatangani kontrak kerja, harus diperhatikan juga :
1) Jangka waktu kerja/kontrak
2) Gaji yang akan diperoleh, cukup atau tidak dan sepadan atau tidak dengan pekerjaan yang
akan mereka lakukan
3) Tunjangan
4) Jam kerja, dll.
Ini demi kesejahteraan buruh, dengan demikian buruh outsourcing tidak perlu khawatir akan
kesejahteraan mereka dan yang terakhir harus ada hak-hak buruh yang jelas dari perusahaan.
SIMPULAN

8
Kesejahteraan buruh merupakan suatu permasalahan yang dari tahun ke tahun
sebelumnya menjadi polemik dalam masyarakat, sering terjadi orasi yang pada intinya
menuntut untuk peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup para buruh outsourcing. Buruh
dipaksa terus bekerja dengan gaji yang tidak sepadan untuk tenaga yang sudah dikeluarkan
untuk pemenuhan produksi perusahaan, padahal buruh merupakan unsur yang tidak kalah
pentingnya untuk memperlancar dan untuk meningkatkan margin perusahaan. Buruh juga
merupakan aspek terpenting bagi setiap perusahaan karena tanpa buruh maka suatu
perusahaan tidak dapat melakukan proses produksi terhadap produknya.
Gaji yang minim, status sebagai buruh outsourcing dan tunjangan merupakan masalah
inti dari semua masalah yang dirasakan dan di alami oleh buruh. Gaji yang tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, memeksa para buruh tersebut untuk tetap bekerja walau
sebenarnya kesejahteraan mereka tidak ada sama sekali, dikarenakan kurang pekanya
pimpinan perusahaan terhadap nasib para buruh, hal ini lah yang sering dikeluhkan buruh di
indonesia dimana mereka bekerja keras untuk memajukan perusahaan tersebut dengan
bekerja maksimal, penuh dedikasi, dan kerja keras banting tulang dimana demi keluarga
mereka. Dari sini maka nasib para buruh memang sangat perlu di perhatikan dengan seksama
oleh para perusahaaan apalagi untuk pemerintah. Maka dari itu status buruh outsourcing yang
tidak dapat berubah menjadi buruh tetap pabrik dan tunjangan yang berikan penyedia jasa
tidak dapat mensejahterakan buruh, tidak seperti buruh kontrak atau buruh tetap pabrik yang
mendapatkan tunjangan yang maksimal.
Selain itu buruh outsourcing juga harus memperhatikan hal berikut sebelum
menandatangani kontra demi kesejahteraannya di masa mendatang :
1) Jangka waktu kerja/kontrak
2) Gaji yang akan diperoleh, cukup atau tidak dan sepadan atau tidak dengan pekerjaan yang
akan mereka lakukan
3) Tunjangan
4) Jam kerja, dll.
Pada dasarnya masalah ini dapat dipecahkan apabila ada kesepakatan dan komunikasi
yang baik antara perusahaan atau pemberi modal, perusahaan outsourcing dan buruh serta
ikut campurnya pemerintah dalam hal gaji atau upah untuk menentukan UMR atau gaji yang
sepadan kepada buruh yang sekiranya dapat memenuhi kebutuhan mereka, minimal gaji para
buruh tersebut tidak hanya mencukupi untuk 1 hari saja tetapi minimal mencukupi untuk
perbulannya, setidaknya buruh memiliki hal yang sama dengan para karyawan yang ada di
perusahaan karena gaji ataupun tunjangan karyawan lebih sejahtera dan sepadan di
bandingkan dengan gaji atau tunjangan buruh pada umumnya, dimana setiap harinya mereka

9
dituntut oleh masalah perekonomian yang semakin hari semakin tidak terkendali atau tidak
stabil.
KEPUSTAKAAN
R. Herlambang Wiratama, Dampak Kerja Kontrak dan Outsourcing Dilihat dari Segi Hak
Asasi Manusia, 2008.

Ringkasan Eksekutif, PRAKTEK KERJA KONTRAK DAN OUTSOURCING BURUH


DI SEKTOR INDUSTRI METAL DI INDONESIA, 2010.
Grendi hendrastomo, Menakar kesejahteraan Buruh : Memperjuangkan Kesejahteraan
Buruh Diantara Kepentingan Negara dan Korporasi, 2012

Hana Krisnamurti, Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja outsourcing berdasarkan


undang-undang no.13 tahun 2003, 2013.

Idris, IMPLEMENTASI OUTSOURCING STRATEGY PADA INDUSTRI ROKOK SIGARET


KRETEK MESIN, Universitas Diponegoro, 2013, Semarang.

Shawn McCray, Partner TPI, The Top 10 Problems With Outsourcing Implementations (And
How to Overcome Them), April 2008.

Salamah Wahyuni, M.S. Idrus, dkk., Outsourcing Sumberdaya Manusia: Tinjauan dari
Perspektif Vendor dan Karyawan, 2010.

Karen Lapid, Outsourcing and Offshoring Under the GATS, 2005.

J. L. Mohlmann, S. P. T. Groot, The effects of outsourcing on unemployment, 2013.

Michael F. Corbett, The Outsourcing Revolution, 2004.

10

Anda mungkin juga menyukai