Risiko
Pengendalian Risiko:
1. Cara menanggulangi risiko
2. Metode penangangan risiko (Risk control).
3. Metode pembiayaan risiko (Risk financing)
TUJUAN PEMBELAJARAN
– mahasiswa diharapkan :
1. Mampu memahami cara menanggulangi risiko
2. Mampu memahami metode penangangan risiko (Risk control).
3. Mampu memahami metode pembiayaan risiko (Risk financing)
Dua pendekatan / cara yang digunakan oleh seorang
Manajer Risiko dalam menanggulangi risiko
1. Menghindarinya.
2. Mengendalikan.
3. Memisahkan.
4. Melakukan kombinasi atau pooling.
5. Memindahkan
Alat yang digunakan untuk pendekatan dengan
dengan membiayai risiko, (risk financing)
Menghindari suatu risiko (murni) adalah menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari
exposure, dengan cara antara lain :
1. Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan yang mengandung risiko,
walaupun hanya untuk sementara. Contoh : tidak menggunakan teknologi yang berisiko
tinggi (PUN); tidak mau menerima pengemudi yang suka mabuk; tidak menjual barang
secara Manajemen Risiko 47 kredit untuk menghindari risiko: radiasi nucklear,
kecelakaan, kredit macet.
2. Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima atau segera menghentikan yang
diketahui mengandung risiko. Contoh : membatalkan membeli barang-barang yang
berharga murah, setelah mengetahui bahwa barang tersebut adalah barang selundupan.
1. Menghindari
- menghindari risiko membayar honorarium yang tinggi orang tidak akan dapat
menikmati jasa konsultan,
- menghindari risiko akibat kecelakaan lalu-lintas, orang tidak akan dapat
menikmati keuntungan dari usaha di bidang transportasi.
3. Makin sempit risiko yang dihadapi, maka akan semakin besar kemungkinan akan
terciptanya risiko yang baru. Contoh : menghindari risiko perjalanan dengan
pesawat terbang dan menggantinya dengan menggunakan mobil, akan muncul
risiko kecelakaan lalu-lintas.
2. Mengendalikan Kerugian (Loss
Control)
Contoh lain :
Kerugian
Kerusakan/kebakaran terhadap bangunan.
Tanggung-gugat produk.
Lokasi
Orang yang menggunakan bangunan itu, masyarakat sekitanya.
Pemakai produk, pembuat produk, lingkungan hukum.
Tujuan dapat dicapai jika:
5. Memisahkan obyek dari sumber yang dapat menghancurkannya. Pemisahan dalam arti
pemisahan tempat maupun waktu. Contoh : membuat tanggul sungai untuk menghindari
banjir.
6. Memisahkan hazard dari obyek yang harus dilindungi dengan suatu sekat pemisah.
Contoh : - karyawan harus memakai sarung tangan karet untuk mencegah tertular
dengan bibit penyakit, - makanan dibungkus, dimasukkan dalam kaleng untuk
menghindari pencemaran.
7. Mengubah kualitas dasar yang relevan dari hazard. Contoh : jalan diberi jalur pemisah
antara jalur yang berlawanan arah untuk mengurangi bahaya tabrakan.
8. Menjadikan obyek lebih tahan terhadap hazard yang akan merusaknya. Contoh : imunisasi
untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
W. Haddon mengemukakan 10 strategi untuk
mengendalikan kerugian
Analisis hazard harus tidak dibatasi hanya pada hazard yang telah
mengakibatkan terjadinya peril di perusahaannya saja.
1. Apakah kerugian akibat terjadinya peril dapat dikurangi dengan adanya upaya
pengendalian.
2. Apakah kebijaksanaan keselamatan (safety policy) dan prosedur yang
dianjurkan oleh Manajer Risiko dijalankan.
3. Mengukur perubahan-perubahan dalam kerugian dan biaya untuk
pencegahan, misalnya : premi asuransi, biaya-biaya karena peril, frekuensi
peril, keparahan kerugian, yang harus dianalisis secara aggregate berdasarkan
departemen dan berdasarkan exposure
4. Pemisahan
– Meretensi artinya perusahaan menanggung sendiri risiko finansiil dari suatu peril
dan ini adalah bentuk penanggulangan risiko yang paling banyak/umum.
– Dimana sumber dananya diusahakan sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan.
– Penanggulangan semacam ini dapat bersifat atau tidak direncanakan (”unplanned
retention”) dapat pula bersifat ”aktif” atau direncanakan (”planned retention”).
– Retensi bersifat aktif bila Manajer Risiko telah mempertimbangkan
metodemetode lain untuk menangani risiko dan kemudian memutuskan secara
sadar untuk tidak memindahkan kerugian potensiil tersebut, sehingga bila terjadi
peril kerugiannya akan diperhitungkan sebagai ”biaya yang tak terduga”.
Alasan melakukan Retensi
1) Sering biaya yang dikeluarkan dengan meretensi lebih besar dari pada biaya yang
dibebankan oleh pihak asuransi.
2) Expected lossesnya lebih besar dari pada yang diperkirakan oleh perusahaan
asuransi.
3) Exposure unitnya sedikit, yang berarti bahwa risikonya tinggi, sehingga perusahaan
yang bersangkutan tidak sanggup meramalkan besarnya kerugian secara memuaskan.
4) Ketidak-mampuan keuangan perusahaan untuk menopang maximum possible losses
atau maximum probable losses dalam jangka pendek (short run).
5) Tujuan manajemen risiko ditekankan pada ”ketenangan pikiran” dan ”variasi laba
tahunan yang kecil” (relatif stabil).
Kelemahan Penggunaan Retensi
1) Tidak perlu penyediaan dana sebelumnya. Dalam hal ini perusahaan tidak
menyediakan dana khusus untuk meretensi risiko. Bila terjadi peril,
kerugiannya diperhitungkan sebagai biaya. Jadi langsung mengurangi
keuntungan.
2) Dengan membentuk dana cadangan. Membentuk dana cadangan dari bagian
laba yang disisihkan, sehingga bila terjadi peril akan mengurangi besarnya
dana cadangan
Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk
menyediakan dana untuk Program Retensi