Anda di halaman 1dari 56

1

Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang

PT. Semen Padang adalah produsen semen dengan skala besar dan

pertama di Indonesia. Pada produktivitasnya Semen Padang selalu berusaha

mengedepankan kualitas dan loyalitas terhadap konsumen. Secara parsial upaya

Semen Padang untuk menjaga kualitas produksi memiliki dampak positif bagi

nama baik perusahaan di pangsa pasar, dilain hal menimbulkan resiko yg serius

yaitu ketimpangan anggaran produksi. Pembebanan biaya produksi adalah satu

diantara elemen produksi yg terpengaruh sikap kompetitif perusahaan, akibatnya

pembiayaan bahan baku secara drastis meningkat.

Dalam pos elemen produksi Semen Padang Sumatera Barat, material

bahan baku tidak lagi termasuk dalam kategori pembelian seperti kandungan isi

UUD tahun 1945 menjelaskan pada Pasal 33 ayat (3) “bahwa Bumi, air, dan

kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Proses produksi semen

menggunakan bahan baku material yang bersumber dari hasil tambang bahan

galian yg merupakan SDA Sumatera Barat.

Menurut pemahaman Silvia (2013), “Persediaan sebagai kekayaan

perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi bisnis”. karena jika ada

pesanan khusus kepada perusahaan, tahapan produksi menjadi lebih cepat dari

pada bahan baku dalam proses pemuatan. Prima (2014) juga menegaskan,

Pertimbangan akan pentingnya ketersediaan bahan baku sesuai kuantitas

produksinya ini menyebabkan bahan baku tersebut harus selalu siap sedia

sebanyak kuantitasnya tiap periode produksi agar persediaan bahan baku ini selalu

terpenuhi dengan biaya minimum.


2

Pabrik Semen Padang yang beroperasi harus memperhatikan efektivitas

mesin pabrik dalam pengolahan bahan baku produksi, Efisiensi pengolahan

dimulai dari ketersediaan bahan baku. Pada perusahaan manufaktur menurut

Ahmad Syafi'i Syakur (2009:125), “Persediaan meliputi segala macam barang

yang menjadi objek pokok aktivitas perusahaan yang tersedia untuk diolah dalam

proses produksi atau dijual”. Artinya persediaan dapat terdiri dari persediaan

bahan baku, bahan alternatif, barang dalam proses, barang jadi, dan persediaan

suku cadang.

Dari pernyataan tersebut bisa dikatakan bahwa pengolahan dari bahan

baku ke klinker harus memperhatikan aspek yang mendukung optimalisasi tujuan

stratejik perusahaan. Mengenai pengolahan bahan pembuat semen secara efektif

berasal dari perpaduan antara batu kapur dan tanah liat . Berdasarkan SNI 8363-

2017, Semen Portland adalah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara

menggiling terak (klinker) semen portland, terutama yang terdiri atas Kalsium

Silikat yang bersifat hidrolis dan semuanya di mixing dalam satuan dengan

tambahan bentuk kristal senyawa kalsium sulfat, dan bisa ditambah dengan

senyawa lain.

PT. Semen Padang memastikan memiliki kualitas terbaik atas produksi

semen, melalui kerjasama dengan UPTD Balai Pengujian Mutu Bahan &

Pekerjaan Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang & Pemukiman Provinsi Sumbar

pada tahun 2012. Untuk selalu menjaga kualitas prima bagi produksi Semen

Padang, Perusahaan membutuhkan ketersediaan faktor produksi lebih dari

biasanya. Seperti bahan baku, mesin pabrik dengan kondisi di atas 70 %, alat

transportasi barang, dan tenaga kerja operasional.


3

Pada akhirnya pengolahan bahan baku menyebabkan munculnya pos

biaya yg dibebankan dalam biaya penelitian kualitas produk Semen Padang,

sehingga dikhawatirkan mempersingkat umur manfaat mesin pabrik. Selain itu

dampak positif maupun negatif bagi lingkungan, juga harus diperhatikan

berdasarkan gambaran singkat kondisi sekitar pabrik.

Berdasarkan pendapat Ruauw(2011) dalam Adhe Putri K. Et al (2016),

Bahan baku yang dibutuhkan hendaknya cukup tersedia sehingga dapat menjamin

kelancaran produksi. Akan tetapi hendaklah kuantitas persediaan itu jangan terlalu

besar agar modal yang tertanam dalam persediaan dan biaya-biaya yang

ditimbulkannya tidak terlalu besar dan jangan pula terlalu kecil karena dapat

memperlambat proses produksi. Karena itu Manager produksi memerlukan

informasi tentang persediaan spesialisasi jenis produk yang dihasilkan pabrik

Semen Padang untuk menentukan klasifikasi biaya masing-masing unit produksi.

Uraian tersebut menginformasikan tentang permasalahan dalam

pengolahan bahan baku semen bisa dikurangi atau ditambahkan unsur senyawa

lainnya. Tentunya hal tersebut bisa menimbulkan perubahan biaya karena

alternatif bahan baku atau tambahan bahan baku untuk kuantitas dan kualitas yang

mempengaruhi operasional pabrik Semen Padang.

Karena sebab inilah penulis ingin menetapkan judul proposal skripsi yaitu

"Pengaruh Perbedaan Tingkat Efisiensi dan Efektivitas Pengolahan Bahan

Baku dengan Metode Economic Order Quantity dan Just In Time pada

Keputusan Penetapan Anggaran Produksi PT. Semen Padang".


4

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah PT. Semen Padang telah menerapkan metode EOQ & JIT

terhadap perbedaan efisiensi dan efektivitas dalam pengolahan bahan

baku ?

2. Bagaimana penggunaan EOQ & JIT terhadap perencanaan anggaran

produksi PT. Semen Padang ?

3. Apakah alternatif bahan baku bisa menimbulkan perubahan biaya dalam

anggaran produksi PT. Semen Padang ?

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi besaran nilai

operasional yang dikeluarkan perusahaan pada tahap pabrikasi. Yaitu proses

penyediaan dan kesiapan pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi,

Setiap periode pengolahan bahan baku memiliki total kapasitas yang berbeda dari

tahun ke tahun. Sehingga dibutuhkan penelusuran langsung terhadap pos elemen

biaya pada proses tahapan produksi.

Diharapkan nantinya hasil penelitian bisa menjadi pedoman untuk

penelitian berikutnya, juga bagi peneliti sendiri untuk memperoleh keterampilan

pada bidang khusus akuntansi pabrik (manufaktur).

Berikut ini adalah uraian tujuan penelitian :

1) Untuk mengetahui apakah PT. Semen Padang telah menerapkan metode

EOQ & JIT terhadap perbedaan efisiensi dan efektivitas pengolahan bahan

baku.

2) Untuk mengetahui bagaimanakah cara penggunaan EOQ & JIT terhadap

perencanaan anggaran produksi PT. Semen Padang.


5

3) Mengetahui pengaruh alternatif bahan baku bisa menimbulkan perubahan

biaya dalam anggaran produksi PT. Semen Padang.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk Peneliti

a. Mengetahui pola akuntansi pada perusahaan berkembang yang

memiliki teknologi mutakhir untuk memahami konsentrasi tertentu

terhadap kajian Akuntansi yg merujuk pada Akuntansi Manajemen.

b. Penelitian ini bermanfaat untuk mengimplementasikan suatu konsep

dimana penekanan biaya produksi melalui efisiensi dan efektivitas

pengolahan bahan baku mempengaruhi anggaran produksi.

c. Memahami tentang proses pengolahan bahan baku pembuatan semen

d. Menambah pengalaman tentang penelitian terhadap perusahaan

manufaktur.

2. Untuk Perusahaan

a. Memberi informasi pada manager tentang masalah pada aktivitas

pengolahan bahan baku per periode produksi.

b. Mengetahui dampak positif maupun negatif dari produksi berdasarkan

waktu atau JIT (Just In Time).

c. Memahami tentang konsumen sehingga mengetahui faktor suatu

pesanan yang ekonomis berdasarkan kuantitas.

3. Untuk Akademisi

a. Memahami perbedaan antara tingkat efisiensi dan efektivitas suatu

pengolahan bahan baku.

b. Menjadi pedoman untuk penelaah ilmiah dalam pembuatan skripsi.

c. Memahami akuntansi manufaktur pada PT. Semen Padang.


6

1.5. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan proposal penelitian ini, diuraikan gambaran singkat

mengenai urutan pembuatan perencanaan penelitian. Sistematika tersebut adalah

sebagai berikut:

Bab I : Membahas pendahuluan tentang latar belakang proposal penelitian,

Perumusan Masalah, serta Tujuan penelitian, Sistematika

Pembahasan, Time Schedule dan Biaya Penelitian.

Bab II : Membahas Tinjauan Pustaka menyangkut teori yg digunakan untuk

membahas hal yg terkait dengan penelitian yakni :

b. Definisi Efisiensi & Efektivitas Pengolahan Bahan Baku

c. Metode EOQ & JIT

d. Definisi Anggaran Produksi

e. Penelitian Terdahulu, dan Kerangka Konseptual

Bab III : Membahas gambaran umum PT. Semen Padang sebagai objek

penelitian juga termasuk metode penelitian.

Bab IV : Membahas tentang bagaimana Pengaruh Perbedaan Tingkat Efisiensi

dan Efektivitas Pengolahan Bahan Baku dengan Metode EOQ & JIT

terhadap Keputusan Penetapan Anggaran Produksi PT. Semen Padang

terkait hasil penelitian, analisa masalah, dan pembahasan masalah

penelitian.

Bab V : Membahas tentang suatu Kesimpulan dan Saran yg memberi informasi

kepada pihak pemangku kepentingan untuk membuat kebijakan.


7

Time Schedule Penelitian

No TAHAP - TAHAP BULAN KEGIATAN(2017/2018)

. KEGIATAN Mei Juni Juli Agst Sept Okt

1. Konsultasi Proposal Penelitian

2. Ujian Proposal & Penelitian

3. Penelitian & Penulisan Draft

4. Konsultasi Hasil Penelitian

5. Pengajuan/Penerbitan Jurnal

6. Ujian Skripsi/Tugas Akhir

7. Penggandaan Skripsi

Perkiraan Biaya Pemberkasan Proposal Penelitian Skripsi sebesar Rp.

(Tujuh Juta Lima Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah) terdiri dari :

a. Biaya Kertas dan Tinta Printer Rp. 250.000

b. Biaya Ujian Pra Skripsi/Tugas Akhir Rp. 200.000

c. Biaya penggandaan dan Penjilidan Rp. 270.000

d. Biaya dan Lain – lain Rp. 2.000.000 +

Jumlah Biaya Rp. 2.720.000


8

Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1. Definisi Efisiensi & Efektivitas Pengolahan Bahan Baku

Agus Maulana, (1997:46) mengemukakan bahwa Efisiensi dan efektivitas

berkaitan dengan pusat pertanggung jawaban suatu unit usaha, seperti yg

disimpulkan Dearden melalui terjemahan Agus Maulana dengan judul “Sistem

Pengendalian Manajemen”. Sedangkan efisiensi bermakna kemampuan suatu unit

usaha untuk mencapai tujuan yg diinginkan, efisiensi dikaitkan dengan tujuan

organisasi yg harus dicapai perusahaan. Jika kinerja perusahaan sesuai dengan

standar produksi juga prosedur tidak menyebabkan depresiasi maka perusahaan

bisa dikatakan telah efisiensi dan efektivitas.

Sedangkan munurut Richard M. Steers dalam bukunya “Efektivitas

Organisasi” mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian

tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar

pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan,

baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun

pentahapan dalam arti periodisasinya.

2. Integrasi Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan

suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan

konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi

lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi.

3. Adaptasi Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses

pengadaan dan pengisian tenaga kerja.


9

Menurut Heizer, Render (2001:187), Efektivitas adalah hasil produksi

maksimal dari system pada periode tertentu yang dapat diharapkan perusahaan

untuk menghasilkan berbagai produk, dengan metode penjadwalan, cara

pemeliharaan dan standar mutu tertentuEfisiensi adalah ukuran output actual

(yang sebenarnya dihasilkan) dengan kapasitas efektif. Antara efisiensi dan

efektivitas saling mempengaruhi. Seperti jika suatu kinerja efektif maka nilai

efisiensi menurun.

Menurut McDonald & Lawton (1997): output oriented measures

throughput, efficiency, effectiveness.

1) Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan

tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam

suatu penyelenggaraan pelayanan publik.

2) Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun

misi organisasi.

Supriyono (1997:35) menyebutkan “efisiensi adalah jika suatu unit

bekerja dengan baik, sehingga mencapai hasil atau tujuan yang diharapkan”.

Kinerja efektiv dan efisiensi Semen Padang bisa ditelusuri melalui pos unit kerja

terkait dengan produksi.

Menurut pemahaman M. Alan Jaya Atmaja (2010:9), “Bahan baku adalah

bahan yang dipergunakan dalam proses produksi pada periode bersangkutan”.

Setiap barang sebelum masuk proses merupakan bahan dasar pembuatan unit

produk diinginkan.

Pengolahan bahan baku seperti yg disebutkan Kholmi & Yuningsih

(2009:26) yaitu, ”Bahan yg sebagian besar membentuk produk setengah jadi,


10

barang jadi menjadi wujud dari suatu produk yang dapat ditelusuri ke produk

tersebut”.

Jadi berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut bahwa antara efisiensi

dan efektivitas saling berkaitan. Suatu perusahaan memiliki schedule dan program

kerja terstruktur, untuk menuntaskannya harus memiliki ketepatan kinerja dalam

badan usaha, sedangkan bahan baku adalah yg bersifat terbatas untuk

penyesuaiannya dilakukan efisiensi. Bahan baku diolah dengan teknologi yang

kita ketahui sebagai inovasi dari efisiensi dan efektivitas adalah suatu cara untuk

mencapai profit, Selain merupakan alternatif efisiensi juga berorientasi AMDAL.

Pada perusahaan yg menjadi objek penelitian yaitu PT. Semen Padang, diketahui

telah menerapkan efisiensi dan efektivitas dalam SOP (Standar Operasional

Prosedur).

2.1.1 Pengertian EOQ

Pada pembahasan dalam Carter (2009:314) “Economic Order

Quantity bermakna jumlah persediaan yang dipesan pada suatu waktu yang

meminimalkan biaya persediaan tahunan”. Hakikatnya banyaknya pesanan

menentukan nilai ekonomis produktif.

Menurut pendapatnya Parwitha Setya W(2015) menjelaskan “Metode

EOQ dapat membantu perusahaan melakukan perencanaan dan pengendalian

dalam pengadaan bahan baku”. Kelebihan dari EOQ ialah membuat suatu rencana

dan pengendalian bahan baku terarah.

Heizer dan Render dalam Parwitha (2015) menegaskan EOQ merupakan

salah satu teknik pengendalian persediaan tertua dan paling terkenal. Teknik ini

relative mudah digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi:

1. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan


11

2. Lead time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan,

diketahui, dan bersifat konstan.

3. Persediaan diterima dengan segera. Dengan kata lain, persediaan yang

dipesan tiba dalam bentuk kumpulan produk, pada satu waktu.

4. Tidak mungkin diberikan diskon

5. Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan

dan biaya penyimpanan persediaan

6. Keadaan kehabisan stok (out of stock) dapat dihindari sama sekali bila

pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

Mengutip pendapat Heizer & render (2015;566) salah satu keuntungan

dari model EOQ adalah, model ini berakal sehat. Dengan berakal sehat (Robust)

berarti model ini memberikan jawaban yang memuaskan, bahkan dengan variasi

yang cukup besar dalam parameter- parameternya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut bisa disimpulkan bahwa

EOQ adalah suatu metode untuk memahami pesanan ekonomis dalam

menentukan kuantitas unit barang yang diproduksi, khususnya PT. Semen Padang

dalam memproduksi semen.

2.1.2 Pengertian JIT (Just in Time)

Ristono (2010) berpendapat, “nilai tambah produk diperoleh dari

aktivitas aktual yang dilakukan pada produk, tidak melalui pemindahan,

penyimpanan, penghitungan dan penyortiran”. Artinya Just In Time (JIT)

bertujuan meminimalisir pemborosan melalui perbaikan terus-menerus.

Melalui Just In Time, sesuatu yg terkait material, mesin dan peralatan, sumber

daya manusia, modal, informasi, manajerial, proses dan lainnya yang tidak
12

memberikan nilai tambah pada produk disebut sebagai pemborosan. Nilai tambah

produk, merupakan kunci dalam Just In Time.

Sama halnya dengan prinsip Indrajid dan Pranoto dalam Grosella Hutasoit

(2012) Secara singkat prinsip Just In Time adalah menghilangkan sumber-sumber

pemborosan produksi dengan cara menerima jumlah yang tepat dari bahan

baku dan memproduksinya dalam jumlah yang tepat pada tempat yang tepat dan

waktu yang tepat pula. Jadi konsep JIT telah merujuk ke pengendalian biaya

overhead.

Artinya Just In Time dalam akuntansi sama halnya dengan orientasi waktu

yang digunakan dalam masa produksi perusahaan Semen Padang. Masa waktu

produksi maksudnya adalah batasan waktu untuk menghasilkan jumlah tertentu

dari produksi barang. Hal ini untuk mengurangi resiko depresiasi pada aktivitas

produksi.

2.2.1 Definisi Anggaran Produksi

Tendi, Haaruuman (2007) berpendapat bahwa anggaran produksi

merupakan suatu perencanaan secara terperinci mengenai jumlah unit produk

yang akan diproduksi selama periode yang akan datang, mencakup rencana

mengenai jenis(kualitas), waktu(kapan) produksi akan dilaksanakan. Menurut

saya, anggaran produksi berkaitan dengan faktor kebutuhan sektor produksi dari

biaya yg muncul berdasarkan harga di pasar karena suatu kompleksitas rencana

produksi.

Kegiatan produksi manufaktur melibatkan pengaruh faktor operasional

perusahaan lainnya karena sifat dari industri adalah organisir. Sistem

pengendalian manajemen adalah upaya pemutakhiran organisasi. Pada intinya

strategi bisnis, yang mengidentifikasi sarana yang organisasi bermaksud untuk


13

mencapai tujuan organisasi, adalah penentu utama dalam konfigurasi SPM

(Ferreira dan Otley, 2009; Otley, 1999; Simons, 1995b dalam Ferreira et al. 2009).

Anggaran produksi pada penelitian ialah klasifikasi pengenaan biaya pada

operasional tahapan produksi atau barang masuk proses, namun dibatasi hanya

pada faktor pengolahan bahan baku di PT. Semen Padang.

2.2.2 Tujuan Anggaran Produksi

Suatu perusahaan beroperasi berlandaskan hukum dan prinsip ekonomi.

Sebuah anggaran produksi meningkatkan daya produktivitas perusahaan. Tujuan

anggaran produksi adalah memudahkan manajemen melakukan perencanaan

jangka panjang maupun jangka pendek terhadap perubahan dan peningkatan nilai

tujuan perusahaan. Saya sependapat dengan Miles dan Snow (1978) dalam

Ferreira et al (2009) yg membagi empat tipologi strategi perusahaan, yaitu

prospector, defender, analyzer dan reaction.

Keduanya mengartikan prospector dan defender sebagai strategi yang

ekstrim berbeda. Prospector merupakan strategi yang mengidentifikasi dan

mengembangkan produk baru serta memanfaatkan peluang pasar, sedangkan

defender adalah strategi yang cenderung mempertahankan pasar yang telah

dicapai dan produk yang stabil dengan harga yang murah (low cost leadership).

Dikemukakan sesungguhnya faktor anggaran produksi perusahaan yg menjadi

tujuan strategi perusahaan dalam meraih keuntungan. Dikatakan oleh Hansen &

Mowen (2012) tentang beberapa kelebihan atau manfaat anggaran bagi

perusahaan yaitu:

1. Memudahkan para manager melakukan perencanaan.

2. Menyediakan informasi untuk memperbaiki pembuatan keputusan.

3. Menyediakan standar untuk evaluasi kinerja.


14

4. Memperbaiki komunikasi dan koordinasi.

Sudah merupakan komponen wajib bagi perusahan menetapkan anggaran

dilihat dari keutamaan dan maanfaat suatu anggaran. Keputusan penetapan

anggaran dilakukan hanya dengan persetujuan pimpinan unit kerja dan harus

diketahui penanggung jawab operasional perusahaan. Seperti PT. Semen Padang

dengan pos unit kerja Akuntansi Manajemen bertanggung jawab pada dewan

direksi perusahaan.

Setelah memahami maksud dari pendapat para ahli tentang anggaran

produksi yang bertujan memudahkan kinerja manajemen operasional dalam

membentuk suatu unit kerja dan menentukan biaya sehingga memperlancar

aktivitas industrialisasi dalam periode produksi maupun setelah produksi selesai.

2.3.2 Penelitian Terdahulu

Pada perusahaan manufaktur faktor kelancaran produksi merupakan dasar

efektivitas operasional pabrik. Pengolahan bahan baku diawali dari persedian

bahan baku untuk proses produksi, seperti persediaan bahan dasar, bahan material

alternatif, serta bahan pendukung lainnya untuk mixing process (proses

pengolahan). Menurut penelitian Dana Saroso dkk ( 2017), “Permasalahan

persediaan merupakan konsekuensi yang timbul dari sebuah proses produksi,

persediaan berkaitan dengan stock inventory, lead time dan modal investasi untuk

persediaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa masalah penurunan

physical availability equipment yang diakibatkan ketidaktersediaan spare part dan

waktu pengiriman yang lama . Jenis penelitiannya adalah deskriptif analistis yang

menggambarkan realitas pada obyek yang diteliti secara obyektif dengan

menekankan pada variabel ketersediaan alat untuk siap beroperasi, kategori

breakdown yang diakibatkan menunggu spare part, dan Lead Time delivery spare
15

part. sedangkan metode yang digunakan adalah mengklasifikasikan spare part

(stock class) selanjutnya mengimplementasikan metode EOQ dan JIT . Metode

ini merupakan sebuah strategi dan perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui

jumlah ekonomis spare part yang harus di order dan kapan waktu pengorderan,

sedangkan JIT menghasilkan sebuah strategi persediaan yang menghilangkan lead

time dan meminimalkan modal investasi awal persediaan dengan kerjasama

dengan supplier dan OEM, sehingga service level supplier menjadi baik”.

Melihat dari penelitian Risqi Fajril (2014), Proses Pembuatan Semen ada

dua macam tahapan dalam proses pengolahan semen yg digunakan di PT. Semen

Padang, yaitu proses departemen pengolahan atau disebut proses basah, kedua

proses kering dimana proses ini adalah unit produk masuk tahapan setengah jadi

atau pada Semen Padang disebut Klinker. Kedua proses inilah nantinya dikaitkan

dengan perubahan biaya yg dicantumkan pada anggaran produksi Semen Padang.

Salma, Maimun (2009) menyimpulkan penelitiannya proses sistem

distribusi semen yang dilakukan PT. Semen Padang, penelitian ini diketahui

bahwa proses pendistribusian semen PT. Semen Padang dalam penjualan

semennya sampai ke konsumen melalui 4 tahap yaitu Distributor, agen, toko,

konsumen. Dalam penelitian ini tidak ada terdapat masalah dalam pendistribusian

semennya, hanya terdapat permasalahan atau hambatan-hambatan dalam

pendistribusian semen yang berasal dari pabrik produksi PT. Semen Padang itu

sendiri jika mesin-mesin produksinya rusak. Permasalahan atau hambatan-

hambatannya yaitu tentang kemacetan pada waktu pemuatan di pabrik PT. Semen

Padang yang diakibatkan oleh mesin-mesin produksi di pabrik PT. Semen Padang

rusak. Oleh sebab itu di harapkan perusahaan PT. Semen Padang lebih
16

memperhatikan dan meningkatkan sarana dan prasarana pada bidang produksi

semennya.

Penelitian yg dilakukan oleh Parwita Setia Wardhani (2015),

mengungkapkan bahwa masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan industri

adalah masalah produksi. Salah satu cara penekanan biaya produksi adalah

dengan menekan persediaan bahan baku seminimal mungkin.Upaya

meminimumkan biaya persediaan tersebut dengan cara menggunakan analisis

EOQ. Dalam penelitiannya permasalahan yang diangkat adalah mengenai

perhitungan trend persediaan bahan baku, jumlah frekuensi dalam satu periode

pembelian bahan baku dilakukan jika perusahaan menetapkan metode EOQ.

Jumlah total biaya persediaan bahan baku jika perusahaan menetapkan kebijakan

EOQ berapa batas atau titik pemesanan bahan baku yang dibutuhkan oleh

perusahaan selama masa tenggang (reorder point).

Tujuan yang diharapkan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui trend

persediaan bahan baku, mengetahui frekuensi pembelian bahan baku dan jumlah

kebutuhan bahan baku yang optimal, mengetahui total biaya persediaan

perusahaan, mengetahui titik pemesanan kembali (reorder point) bahan baku

selama masa tenggang. Analisis yang digunakan adalah metode EOQ. Penelitian

dan hasil perhitungan yang dilakukan, apabila menggunakan metode EOQ dalam

pengadaan bahan baku akan didapatkan penghematan biaya. Jika

penyelenggaraan bahan baku didasarkan pada metode EOQ terdapat penghematan

biaya. Dengan demikian berarti ada perbedaan yang sangat nyata antara

kebijaksanaan persediaan yang dilakukan menurut perusahaan dengan

perhitungan menurut EOQ.


17

Apriya Rahmawan (2016), dalam penelitiannya mengetahui apakah

pengendalian persediaan bahan pelumas dan kimia yang diterapkan oleh PT.

Meratus Jaya Iron & Steel sudah optimal dalam menekan biaya produksi, dan

untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis terhadap bahan pelumas

dan kimia serta menentukan biaya total persediaan yang minimal. Metode yang

digunakan adalah metode EOQ (Economic Order Quantity. Penelitian dilakukan

dengan mengambil satu sample untuk bahan pelumas & bahan kimia, dan

dilakukan selama 2 minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model

persediaan yang diterapkan oleh PT. Meratus Jaya Iron & Steel dalam

pengendalian persediaan bahan pelumas & bahan kimia belum optimal. Hal ini

dibuktikan dengan penghematan total biaya persediaan yang dihasilkan dengan

menggunakan metode EOQ untuk grease berulub meissel compound &

hydrochloric acid 6195 dalam setahun menyebabkan penghematan sebesar

Rp.10.732.274,-.

Pada penelitian Dita Hari Murti, dkk(2010) menentukan ukuran

pemesanan, frekuensi pemesanan dan biaya total persediaan dengan

menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) dan POQ (Period Order

Quantity), menentukan persediaan pengaman (Safety Stock), menentukan

persediaan maksimum (Maximum Inventory). Hasil dari penelitian ini untuk

produk fire alarm system ukuran pemesanan sebesar 231 unit, frekuensi

pemesanan sebanyak 98 kali dengan biaya total Rp. 1.089.616.214,-, persediaan

pengaman sebesar 266 unit dan persediaan maksimum sebesar 497 unit. untuk

produk sprinkler fire system ukuran pemesanan sebesar 216 unit, frekuensi

pemesanan sebanyak 92 kali dengan biaya total Rp. 1.018.861.686,-, persediaan

pengaman sebesar 135 unit dan persediaan maksimum sebesar 351 unit.
18

Membandingkan penelitian yg berbeda perusahan namun dalam kategori

manufaktur Ade Putri Kinanti, dkk (2016) menganalisiskan, PT. Djitoe Indonesia

Tobacco merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri, khususnya

produksi rokok. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi ini adalah

tembakau, cengkeh dan saos. PT. Djitoe Indonesia Tobacco yang tidak pernah

kehabisan bahan baku khususnya tembakau, selalu melakukan pemesanan

tembakau dengan jumlah yang tidak sedikit dan menumpuk persediaan dengan

kapasitas yang berlebih. Dari hasil analisis menggunakan fishbone diagram dapat

diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kelebihan stok yang ada antara

lain man, method, money, dan material. Dengan adanya metode pengendalian

persediaan maka PT. Djitoe Indonesia Tobacco mampu menghemat biaya sampai

Rp 700.000 untuk setiap periodenya

Penelitian yg dilakukan sebelumnya oleh Prima Fitrhi (2014)

mengungkapkan persediaan bahan baku merupakan elemen penting dalam

produksi yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk.

Pengendalian persediaan terhadap kuantitas bahan baku yang dilakukan gudang

juga merujuk ke proses produksi yang dilakukan oleh pabrik. Pengendalian

persediaan terhadap kuantitas bahan baku yang dilakukan gudang juga merujuk

ke proses pabrik. Pabrik – pabrik di PT. Semen Padang tersebut menggunakan

baha baku pembuatan semen diantaranya tanah liat(clay), batu kapur, batu silika,

gypsum, pozzolan dan pasir besi atau copper slag.

Prima Fithri (2014) berpendapat, berdasarkan penelitiannya adalah

peramalan pemakaian pozzolan di tahun 2014 akan lebih banyak dibanding tahun-

tahun sebelumnya yaitu dengan total pemakaian sebanyak 1.135.355,77 ton dan

pengendalian persediaan dengan metode POQ (Periodic Order Quantity)


19

menghasilkan biaya persediaan yang lebih minimum yaitu sebesar Rp

1.775.179.959,61.

Selain itu meningkatnya kapasitas produksi semen sejalan dengan

meningkatnya konsumsi energi masing- masing konsumen. Industri semen telah

dianggap sebagai salah satu konsumen energi yang paling besar di antara industri

lainnya di dunia (Laksana, 2012).

Penelitian lain yaitu oleh Nidia Wulansari, (2013:22).menyebutkan,

“mengenai anggaran dana program kemitraan PT Semen Padang menunjukkan

adanya penyimpangan antara anggaran dengan realisasi. Berdasarkan pengolahan

data dengan analisis varians dan analisis trend, sebagian besar program

mengalami penyimpangan yang cukup signifikan. Oleh karena itu, dibutuhkan

perbaikan untuk meminimalisasi persentase penyimpangan antara anggaran

dengan realisasi. Perlu adanya peningkatan promosi kepada calon mitra binaan,

agar pengajuan syarat menjadi mitra binaan dapat dipenuhi sesuai dengan kriteria

yang telah ditentukan. Sehingga, target penyaluran pinjaman kepada mitra binaan

dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana”.

Hasil penelitian Surya Puspita Sari dkk et al(2016) “Analisis kemampuan

proses memperlihatkan hasil bahwa bahan baku produksi semen jenis PCC di PT.

Semen Padang sudah baik namun keakuratan proses pengontrolan CaO belum

baik. Setelah dikonfirmasi, diketahui bahwa data sekunder yang digunakan pada

penelitian ini adalah data sekunder yang mengandung bahan baku semen dengan

kualitas yang kurang baik dan masih butuh proses peningkatan kualitas ditahap

selanjutnya”.

Yuke Oktalina (2013) meneliti tentang anggaran produksi,” Pengendalian

biaya produksi diperlukan bagi perusahaan agar perusahaan dapat mencapai laba
20

yang maksimal dengan biaya yang rendah. Pada PP Srikandi Palembang

pengendalian biaya produksinya mencakup pada biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja dan biaya overhead. Namun, pada biaya overhead dilakukan penghapusan

komponen biaya administrasi dan umum karena termasuk di biaya operasional

perusahaan sehingga menggurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan.

Disimpulkan jika alokasi biaya pada PP Srikandi Palembang belum efisien karena

realisasi biaya produksi perusahaan lebih besar dari anggaran yang telah

ditetapkan perusahaan”.

Penelitian Puspita Agustina S (2011) menyebutkan, Jika biaya yg

dianggarkan lebih besar dari realisasi maka perusahaan akan mencapai

keuntungan. Hal tersebut terjadi karena varian standar harga bahan baku yg

menguntungkan.

Mengaitkan dengan penelitian Vergiana Nurtias, et al (2013) tentang

anggaran produksi pada penelitiannya di PDAM Tirta Moedal, “Efisiensi biaya

terbesar terjadi pada biaya overhead pabrik, khususnya untuk biaya listrik PLN

dan biaya pemeliharaan, sebab pada tahun sebelumnya sudah dilakukan perbaikan

untuk instalasi pompa, sehingga untuk tahun 2011 biaya yang dikeluarkan untuk

pemeliharaan pompa lebih rendah.

Adelia Sutikno, Et al (2011), pada penelitiannya di PT Timbul Jaya

Pekalongan menyimpulkan Efektifitas produksi di PT. Timbul Jaya dapat dilihat

dari sejauh mana perusahaan dapat merealisasikan anggaran yang telah ditetapkan

dan juga melihat apakah terdapat penyimpangan – penyimpangan yang terjadi di

dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu perusahaan melakukan:

a. Perbandingan antara realisasi dan anggaran Untuk mengetahui adanya

penyimpangan yang merugikan atau menguntungkan bagi perusahaan,


21

maka dapat dilakukan dengan membandingkan hasil antara realisasi

dengan yang dianggarkan.

b. Menelaah laporan realisasi produksi Berdasarkan pada hasil penjualan

pada PT. Timbul Jaya, maka dapat dihitung berapa banyak unit yang harus

diproduksi oleh perusahaan tersebut. Produksi pada PT. Timbul Jaya dapat

dikatakan sudah efektif.

Hal ini dapat dilihat dari data yang telah diuraikan sebelumnya, dimana

total realisasi produksi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 selalu

mencapai target, bahkan melebihi anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya,

meskipun pada tahun 2008 triwulan II dan IV serta pada tahun 2009 triwulan IV

mengalami penyimpangan yang negatif, yaitu dimana realisasi produksi lebih

rendah dari yang telah dianggarkan. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah,

karena penyimpangan yang terjadi masih didalam batas toleransi yang telah

ditetapkan perusahaan, yaitu kurang dari 5% dan kelebihan-kelebihan realiasai

pada triwulan yang lainnya dapat menutupi Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi

Nomor 04 Tahun ke-2 Januari-April 2011 kekurangan tersebut, sehingga

anggaran produksi tetap dapat tercapai, bahkan melebihi anggaran. yang telah

ditetapkan. Disamping itu, karena realisasi penjualan PT. Timbul Jaya yang terus

mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai tahun 2009, maka membuat

realisasi produksi juga terus mengalami peningkatan.

Penelitian oleh Taufik Rahim (2013) menyebutkan,” Berdasarkan data

dan analisa yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan. Pertama,

proses pengorderan sparepart terbagi menjadi 2 proses sesuai dengan type

schedule maintenance dan unscheduled maintenance, buruknya perencanaan

perawatan dan cara pengoperasian unit menyebabkan tingginya angka


22

unscheduled maintenance, kebutuhan dan pemesanan sparepart menjadi

unexpexted. Kemudian, kontrak kerjasama Vendor Held Stock (VHS) menambah

stock class inventory dengan stock class Vendor Held Stock (VHS) dan

mengurangi stock inventory warehouse perusahaan dan biaya persediaan. Selain

itu, dapat juga dikatakan bahwa implementasi metode EOQ dan JIT dapat

mengurangi lead time dengan syarat: Adanya kerjasama dan keuntungan dengan

risk sharing antara perusahaan dan supplier, Memiliki korelasi dengan

peningkatan kinerja perusahaan dan dibuatkan standarisasi/SOP pembelian

berdasarkan kontrak kerja.

Dalam penelitian Cornelia W (2012), pada penelitiannya di PG.

Madukismo” Penawaran produk yg dihasilkan perusahaan lebih kecil dari

permintaan produk di pasar karena menghadapi pasar tidak bersaing, maka

anggaran produksi disusun lebih dahulu dari anggaran penjualan. Supaya bisa

menjamin terkendalinya biaya produksi “. Hal ini berarti bahwa pengendalian

biaya produksi dimulai dari faktor anggaran produksi. Pada setiap penelitian

tentang faktor pabrikasi selalu terkait dengan bahan baku dalam keadaan tersedia.

Karena itu anggaran produksi dipengaruhi oleh rencana strategis management

dalam merevisi pos biaya juga faktor produksi lain yang muncul karena pengaruh

pemesanan atau ketepatan waktu penyelesaian produksi.

Berdasarkan penelitian Andita Rahayu (2014), “berkaitan dengan

efektivitas mesin/peralatan yang diakibatkan oleh faktor six big losses tersebut.

Hal ini dapat terlihat dari frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan

karena kerusakan tersebut sehingga target produksi tidak tercapai. Akibat lain

yang ditimbulkan kerusakan mesin/peralatan yaitu dalam hal kualitas produk yang

dihasilkan dimana produk yang tidak sesuai dengan standar kualitas akan dioleh
23

kembali. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah efektif dan efisien dalam

pemeliharaan mesin/peralatan untuk dapat menanggulangi dan mencegah masalah

tersebut. TPM adalah salah satu metode yang dikembangkan di Jepang yang dapat

digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi perusahaan

dengan menggunakan mesin/peralatan secara efektif. Tidak tepatnya penanganan

dan pemeliharaan mesin/peralatan tidak hanya menyebabkan masalah kerusakan

saja, tetapi juga kerugian lain yang disebut dengan six big losses. Salah satu tujuan

TPM adalah untuk meningkatkan efektivitas dengan cara meningktaan fungsi dan

kinerja mesin/peralatan yang digunakan dan mengeliminasi six big losses yang

terdapat pada mesin/peralatan. Objek yang diteliti pada penelitiannya adalah

mesin Kiln W1 dan W2 yang terdapat pada Pabrik Indarung II/III PT Semen

Padang”.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa aktivitas secara

berkesinambungan pada mesin pabrik karena faktor efektivitas dalam mencapai

kualitas produksi bisa mengakibatkan masalah rumit dari operasional pabrik.

Mulai dari penurunan kualitas produk sampai pada kegagalan operasional pabrik.

Proses manufaktur khususnya pengolahan bahan baku pada departemen

pemprosesan membutuhkan waktu untuk penyelesaian target unit produksi

berdasarkan kapasitas produksi per periode.

Pengendalian kinerja pabrik unit kerja departemen produksi seperti pada

PT. Semen Padang memiliki peran penting dalam organisir aktivitas produksi.

Karena sebab ini diperlukan penelitian khusus tentang pengaruh dari efisiensi dan

efektivitas pengolahan bahan baku, selain untuk mengetahui elemen biaya dari

faktor penghambat waktu ketuntasan periode produksi. Pada PT. Semen Padang

seperti yg tertera pada latar belakang permasalahan dalam proposal skripsi ini,
24

diketahui perusahaan Semen Padang telah menggunakan metode EOQ dan JIT

pasar konsumen lokal, yaitu kuantitas pemesanan ekonomis dan pengenaan

batasan waktu untuk produksi.

2.3.3 Kerangka Konseptual

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Proses produksi Semen Padang dimulai dari perencanaan anggaran

produksi. Setelah anggaran produksi dirangkum, kemudian dilakukan analisis

biaya. Dalam penelitian ini diketahui prosedur perusahaan dilanjutkan ketahap

metode yg digunakan sebagai instrumen penelitian yaitu metode EOQ dan JIT.

Terhadap pokok masalah yg ditelusuri ialah tahapan efisiensi dan efektivitasnya

pengolahan bahan baku ke setengah jadi. Menelusuri implementasi bahan baku ke

barang jadi dan perkiraan biaya distribusi berdasarkan pesanan, maka selanjutnya

anggaran produksi ditetapkan.


25

Bab III
Metode Penelitian

3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian

Penelitian difokuskan pada anggaran produksi PT. Semen Padang, obyek

penelitian adalah pabrik pengolahan bahan baku semen pada PT. Semen Padang.

Lokasi pabrik pengolahan berlokasi sama dengan Kantor Pusat Semen Padang

yaitu berlokasi di Indarung, Lubuk Kilangan. Padang, Sumatera Barat. Indonesia.

3.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. Semen Padang

Pada mulanya Semen Padang merupakan Perseroan yang didirikan pada

tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement

Maatschappij (NV-NIPCM) adalah pabrik semen pertama Indonesia.

Terpengaruh sebab runtuhnya kekuasan pemerintahan Belanda sebagai

pendiri sekaligus pengembang awal perusahaan menyebabkan pada tanggal 5 Juli

1958 Perseroan dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dari

Pemerintah Belanda. Selama periode ini, Perseroan mengalami proses

kebangkitan kembali melalui rehabilitasi dan pengembangan Kapasitas pabrik

Indarung I Menjadi 330.000 ton/ tahun. Pada tanggal 10 Februari 1973 (Pendirian

Badan Hukum Perseroan Terbatas). Pada tahun 1995 Pemerintah mengalihkan

kepemilikan sahamnya di Perseroan ke PT Semen Gresik (Persero), Tbk

bersamaan dengan pengembangan pabrik Indarung V.

Pada tanggal 20 Desember 2012, melalui Rapat Umum Pemegang Saham

Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan, PT Semen Padang, PT Semen Gresik, PT

Semen Tonasa dan Thang Long Cement bergabung dibawah PT Semen Indonesia

(Persero) Tbk yang sahamnya dimiliki mayoritas oleh Pemerintah Republik

Indonesia sebesar 51,01%. Pemegang saham lainnya sebesar 48,09% dimiliki

publik.
26

3.1.2. Struktur Organisasi PT. Semen Padang

Pemegang
Saham

Direktur Utama
Dewan
Komisaris
- Komisaris
Utama
-Anggota

Direktur Staf Direksi


Direktur Keuangan
Direktur Produksi
Komersial

Internal Audit
Dept. Keuangan
Dept. Tambang & Akuntansi
Dept. Penjualan Tim Counterpart
Proyek
Proyek Strategis
Dept. Produksi Proyek Indarung
Staf Ditugaskan II/III VI
Dept. Dept. Distribus & Dept. SDM
Ke Holdco
Komunikasi dan Transportasi
Sarana Umum
Dept. Produksi
IV

Dept. GRC/MR Dept.


Pengadaan
Dept. Produksi V

Dept. Teknik
Pabrik

Dept. Jaminan
Kualitas &
Inovasi

Gambar 1. Sumber : Sr - SP 2015, (www.semenpadang.com)

3.1.3. Job Description

Pusat pertanggung jawaban adalah Direktur Utama yg

bertanggung jawab pada Pemegang Saham,

Direktur Utama :

1. Menetapkan kebijakan dan sasaran Key Performance Index

(KPI) program CSR.

2. Memastikan kesesuaian kebijakan dengan program-program

CSR.
27

3. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi program CSR.

Kepala Departemen Komunikasi & Sarana Umum :

1. Mengkoordinir penyusunan Rencana Jangka Panjang (RJP)

bersama partner, pelaksanaan survei dan penyusunan Rencana

Kerja dan Anggaran (RKA).

2. Mengkoordinir pelaksanaan RKA.

3. Memastikan efektivitas pelaksanaan RKA, termasuk pencapaian

KPI program CSR.

4. Memutuskan penyaluran program dan pembinaan, dalam

pemberdayaan ekonomi yang diberikan.

5. Bekerjasama dengan unit-unit lainnya dalam hal penyusunan

program.

6. Pengawasan terhadap pelaksanaan program.

7. Memastikan kesesuaian kebijakan dengan program-program

CSR.

8. Mengevaluasi efektivitas kebijakan program CSR.

Kepala Biro CSR :

1. Melakukan penyusunan RJP dan RKA bersama partner.

2. Melaksanakan RKA.

3. Memastikan efektivitas pelaksanaan program sesuai RKA

termasuk pencapaian KPI program CSR.

4. Melakukan evaluasi efektivitas penyaluran program CSR.

5. Memutuskan pelaksanaan program yang diberikan.

6. Melakukan kerjasama dengan unit-unit lainnya dalam

penyusunan program
28

7. Mengkoordinir penyusunan laporan realisasi kegiatan dan

pencapaian KPI bulanan program CSR.

8. Bertanggung jawab terhadap kebutuhan data dan dokumentasi

audit internal dan eksternal.

9. Mengevaluasi efektivitas perencanaan dan pelaksanaan program

CSR

Kepala Bidang Pemberdayaan Pendidikan, Kesehatan, Sosial dan

Lingkungan Hidup:

1. Menyusun perencanaan, program dan pelaksanaan.

2. Melaksanakan program penyaluran secara efektif.

3. Melakukan monitoring dan evaluasi serta efektifitas terhadap

program yang telah dilaksanakan.

4. Mengkomunikasikan aktifitas program secara internal dan

eksternal.

5. Menyusun laporan aktifitas secara periodik.

6. Mengevaluasi pelaksanaan program.

7. Bertanggung jawab terhadap kebutuhan data dan dokumentasi

audit internal dan eksternal.

Kepala Bidang Pemberdayaan Ekonomi :

1. Menyusun perencanaan, program dan pelaksanaan.

2. Melaksanakan penyaluran program secara efektif.

3. Melakukan monitoring dan evaluasi serta efektifitas terhadap

program yang telah dilaksanakan.

4. Mengkomunikasikan aktifitas program secara internal dan

eksternal.
29

5. Menyusun laporan aktifitas secara berkala.

6. Bertanggung jawab terhadap kebutuhan data dan dokumentasi

audit internal dan eksternal.

7. Mengevaluasi pelaksanaan program.

Kepala Bidang Keuangan dan Administrasi :

1. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran.

2. Melaksanakan fungsi kontrol atas anggaran Biro CSR.

3. Melaksanakan fungsi akuntansi dan keuangan.

4. Menyusun laporan evaluasi efektivitas penyaluran Program

CSR.

5. Menjalankan fungsi verifikasi dan administrasi CSR.

6. Membuat pelaporan atas kegiatan CSR secara berkala (bulanan

dan tahunan).

7. Menyiapkan dan bertanggungjawab terhadap bahan presentasi,

publikasi, kebutuhan data dan dokumentasi audit internal dan

eksternal.

8. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Information

Communication Technology (ICT) di CSR.

Tenaga Ahli :

1. Membantu Kepala Biro CSR dalam menyusun RJP, pelaksanaan

survey dan penyusunan RKA, serta tugas lain yang terkait CSR

sesuai dengan kebutuhan.

2. Membantu staf dalam membuat usulan program.

3. Membantu staf dalam mengevaluasi program


30

3.1.4. Pengelolaan Perusahaan

Aktivitas perusahaan saling dipengaruhi faktor operasional produksi. PT.

Semen Padang dikelola dengan baik oleh jajaran kepemimpinan dan staf yg

terlibat disetiap program kinerja. Berikut ini adalah beberapa bentuk pengelolaan

perusahaan pada sektor keuangan. Melihat dari sustainability report tahun (2015)

PT. Semen Padang yaitu “,,Perseroan secara konsisten dan berkesinambungan

melakukan optimalisasi terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG)

dengan cara penguatan infrastruktur yang dimiliki, assessment GCG, penyesuaian

pedoman teknis dan prosedur yang mendukung dalam pelaksanaan GCG yang

lebih baik.

Meningkatnya pencapaian kinerja Perseroan merupakan suatu bukti

bahwa Perseroan selalu memberikan yang terbaik bagi Negeri. Produksi semen

Perseroan selama tahun 2015 mencapai 6,88 juta ton, meningkat 3,30% dibanding

tahun 2014 yang tercatat sebesar 6,67 juta ton. Peningkatan produksi semen

terutama terjadi pada peningkatan produksi semen Cement Mill Dumai yang

meningkat sebesar 340.739 ton dibandingkan dengan tahun 2014.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Kuantitatif dan Kualitatif, sebagai dasar pengumpulan data dimana

penyesuaian jumlah data yg diperlukan memiliki kebenaran dan akurasi yg bisa

dipertanggungjawabkan. Keperluan data berupa anggaran produksi PT. Semen

Padang untuk proses analisis.

Evaluatif, berarti penerapan dari penelitian yg digunakan untuk

menentukan berhasil atau tidaknya atau memiliki manfaat/nilai dari suatu

program atau kebijakan dalam pendidikan (McMillan & Schumache :2010).


31

Eksperimental, yg dimaksud pada penelitian ini adalah menyimpulkan

hasil suatu perbandingan dari pengolahan data jika memilih salah satu dari

variable penelitian dengan formula yg tidak ditentukan untuk penyelesaian

persoalan. Seperti yg dikatakan oleh Sugiyono (2011:72) metode eksperimen

adalah metode penelitian yang digunakan utuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Menurut Sugiono (2013:2) yaitu penelitian merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian terbaik

adalah secara langsung memperoleh data primer, sehingga dalam pengolahan data

dari sumber data tidak ada keraguan hasil.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Wawancara dilakukan dengan staff unit kerja PT. Semen Padang

dalam tempo yg singkat.

b. Teknik Pengamatan/Observasi

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:145) mengemukakan

bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses

yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara

yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Pengamatan secara langsung pada annual report perusahaan tempat

penelitian, diperoleh melalui situs resmi PT. Semen Padang, Indarung.

Lubuk Kilangan, Padang.


32

c. Teknik Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen bisa berbentuk

tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera,

biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya

foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen bisa berupa karya

misalnya karya seni, gambar, patung, film dan lain-lain. Penyusunan

dokumen yang berkaitan menjadi bahan rujukan dan perbandingan dalam

pegolahan data yg dibutuhkan.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian adalah primer dan sekunder,

yaitu data diperoleh langsung dari PT. Semen Padang sedangkan Semen Padang

merupakan perusahaan semen terbesar di Sumatera.

Sumber data berasal dari evaluasi dokumen dan laporan yang berkaitan

dengan variabel penelitian. Data Evaluatif terdiri dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami. Seperti,

Laporan Keuangan Tahunan PT. Semen Padang.

Penelitian ini juga bersumber dari Library Research (penelitian

Kepustakaan) yaitu memperoleh data dengan meneliti dan mempelajari literatur,

karya ilmiah dan sumber bacaan lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

untuk mendapatkan teori sebagai acuan penyusunan skripsi.

Sumber lainnya adalah telaah literatur ilmiah dan jurnal akuntansi yg

memiliki permasalahan atau variabel pembahasan serupa.


33

Analisis data berarti proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain (Bogdan dalam Sugiyono, 2013:244). Sedangkan data yang dibutuhkan

dari PT. Semen Padang bersumber dari unit kerja akuntansi manajemen Semen

Padang. Data bisa diakses melalui situs resmi www.semenpadang.co.id.

Kriteria data berupa evaluasi terhadap Annual Report SemenPadang.

Perusahaan pembuatan semen seperti PT. Semen Padang memiliki sistem

organisasi perusahaan yg kompleks untuk diteliti dengan sumber data bervariasi.

3.4.1 Teknik Analisis Data

1. Perbandingan

a. Menentukan permintaan dengan fungsi EOQ untuk periode

produksi. Rumus

2. 𝑅 ⋅ 𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝑝 ⋅ 𝑖̇

R=Jumlah kebutuhan bahan baku per periode

S=Biaya pesanan setiap pesan

P=Harga per unit bahan baku

I=Biaya penyimpanan (persentase) dari persediaan rata-

rata.

(P-I)=Besaran biaya penyimpanan per unit

b. Perumusan Sistem JIT menggunakan pendekatan yang

terfokus pada penelusuran biaya dan penentuan harga pokok

berbasis aktivitas untuk biaya yang tidak dapat dihubungkan

secara langsung dengan suatu sel pemanufakturan.


34

c. Frekuensi Pemesanan Pembelian (F) Dari EOQ tersebut (Q*)

dapat diketahui jumlah frekuensi pemesanan selama satu tahun

(N) dan waktu interval antar pemesanan atau T dengan cara

sebagai berikut:
𝐷
𝑁 = 𝑄∗

N = Frekuensi Pemesanan 1 Tahun

D = Permintaan/Demand

𝑄*= EOQ

d. Rumus penghitungan nilai penyusutan digunakan untuk

penafsiran masa efektiv manfaat dari fungsi mesin sebagai

inti produktifitas.

3.4.2. Definisi Operasional Variable

Dunia dan Abdullah (2012:23), mengatakan bahwa kegiatan manufaktur

merupakan proses transformasi atas bahan-bahan menjadi barang dengan

menggunakan tenaga kerja dan fasilitas pabrik. Biaya-biaya yang terjadi

sehubungan dengan kegiatan manufaktur ini disebut biaya produksi (production

costor manufacturing cost). Biaya ini diklasifikasikan dalam tiga elemen utama

sehubungan dengan produk yang dihasilkan yaitu:

1. Biaya bahan langsung (direct material cost). Merupakan biaya

Perolehan dan seluruh bahan langsung yang menjadi bagian yang integral

yang membentuk barang jadi (finished goods).

2. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost). Merupakan upah dari

semua tenaga kerja langsung yang secara spesifik baik menggunakan

tangan maupun mesin ikut dalam proses produksi untuk menghasilkan

suatu produk atau barang jadi.


35

3. Biaya overhead pabrik (factory overhead). Adalah semua biaya untuk

memproduksi suatu produk selain dari bahan langsung dan tenaga kerja

langsung.

Maksudnya kegiatan manufaktur identik dengan biaya – biaya yg terikat

dengan proses unit departemen produksi. Biaya diketahui dari penelusuran

aktivitas pabrik nantinya menjadi bagian dalam anggaran produksi.

Hansen & Mowen (2014) mengartikan anggaran adalah suatu perencanaan

mengenai skedul biaya yang menunjukkan bagaimana tiap-tiap biaya akan

berubah sehubungan dengan perubahan tingkat kegiatan untuk waktu yang akan

datang dalam relevant range tertentu. Prinsip dasar dari anggaran variabel adalah

konsep variabilitas biaya dimana biaya dapat dihubungkan dengan tingkat

kegiatan. Atas dasar konsep inilah biaya dapat dikatagorikan menjadi biaya tetap,

biaya variabel dan biaya semi variabel. Anggaran variabel mengidentifikasikan

masing-masing jenis biaya karena perubahan tingkat kegiatan perusahaan yang

bersangkutan.

3.4.3. Anggaran Produksi

Pengertian Budget ini ialah: Budget yang merencanakan secara

lebih terperinci jumlah unit bahan mentah yang diperlukan untuk

penyelenggaraan proses produksi secara periode yang akan datang, sebagai dasar

untuk penyusunan budget pembelian bahan mentah dan budget biaya bahan

mentah. Adapun bahan baku yang dipakai dalam suatu pabrik secara tradisional

dibagi menjadi bahan langsung dan bahan tak langsung (bahan alternatif). Bahan

langsung pada umumnya menyatakan semua bahan baku yang menjadi bagian

terpadu dari produksi jadi dan dapat ditetapkan langsung pada harga pokok

produk barang jadi.


36

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunannya, yaitu:

a) Budget unit yang diproduksi, khususnya tentang kualitas, kuantitas

barang yang akan diproduksi dari waktu ke waktu selama periode yang

akan datang.

b) Berbagai standar pemakaian bahan dari masing-masing jenis

bahan mentahuntuk proses produksi yang telah ditetapkan perusahaan,

yaitu :

1) Berdasarkan data historis (pengalaman masa lalu), dengan cara

membandingkan jumlah produk suatu periode dengan jumlah bahan

mentah yang dipergunakan pada periode yang sama. Tetapi apa

bila pengalaman yang lalu merupakan pengalaman yang kurang

menguntungkan (terjadi pemborosan bahan mentah) maka standar

pemakaian bahan mentah untuk periode yang akan datang merupakan

standar yang paling ideal.

2) Berdasarkan pada penelitian khusus, yang dilakukan dengan

mengukur serta meneliti beberapa produk barang jadi yang dihasilkan

perusahaan, mengadakan penelitian laboratoris seperti produk obat-

obatan, kosmetik dan minuman, dan mengadakan percobaan proses

produksi sambil mengukur serta menghitung jumlah unit bahan mentah

yang digunakan selama percobaan tersebut berlangung.

3.4.5. Anggaran Pengolahan Bahan Baku

Anggaran Pembelian Bahan Baku adalah anggaran yang merencanakan

secara lebih terperinci tentang pembelian - pembelian bahan mentah selama

periode yang akan datang, yang berguna secara khusus sebagai dasar untuk
37

penyusunan budget biaya bahan mentah, penyusunan budget utang dan budget

kas.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan budget pembelian bahan

mentah ialah :

a) Budget unit kebutuhan bahan mentah, khususnya rencana tentang

jenis (kualitas) dan jumlah (kuantitas) bahan mentah yang dibutuhkan dari

waktu ke waktu selama periode yang akan datang.

b) Biaya-biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan pada setiap

melakukan pembelian bahan mentah (set up cost). Bila setiap kali

melakukan pembelian bahan mentah, biayanya terlalu besar, akan

mendorong perusahaan untuk tidak sering melakukan transaksi

pembelian bahan mentah, begitu juga sebaliknya sehingga perusahaan

akan melakukan pembelian dalam jumlah yang kecil.

c) Biaya yang dianggap oleh perusahaan sehubungan penyimpanan

barang di gudang. Bila biaya-biaya dan resiko penyimpanan yang harus

ditanggung cukup mahal maka akan mendorong perusahaan untuk

mempunyai persediaan bahan mentah dalam jumlah yang kecil dan

apabila biayanya kecil akan mendorong perusahaan melakukan

penyimpanan dalam jumlah yang besar.

d) Fluktuasi harga bahan mentah dari waktu-waktu yang akan datang.

Bila ada kecendrungan harga bahan mentah naik akan mendorong

perusahaan melakukan pembelian dalam jumlah yang besar dan bila

harga cenderung murah maka perusahaan akan mengurangi pembelian.

e) Tersedianya bahan mentah di pasar. Bilamana bahan mentah

tidak selalu tersedia dalam jumlah yang tidak banyak di pasar maka
38

cenderung akan mendorong pembelian yang besar, dan jika persediaan

bahan mentah sedikit maka perusahaan akan melakukan pembelian dalam

jumlah yang kecil.

f) Modal ketja yang tersedia. Bilamana perusahaan mempunyai modal

yang cukup akan memberikan kemungkinan untuk melakukan

pembelian-pembelian bahan mentah dalam jumlah yang sangat besar,

begitu juga sebaliknya.

g) Kebijaksanaan perusahaan di bidang persediaan bahan mentah

(inventory policy). Bila persediaan bahan mentah yang ditetapkan oleh

perusahaan besar akan mendorong pembelian bahan mentah juga dalam

jumlah yang besar. Kebijaksanaan di bidang persediaan bahan mentah

dipengaruhi oleh beberapa faktor pertimbangan yaitu, Fluktuasi Produksi,

Fasilitas tempat penyimpanan, Biaya-biaya yang timbul selama masa

penyimpanan, Tingkat perputaran persediaan bahan mentah, Lamanya

lead time (waktu tunggu), Modal kerja

3.5.1. Faktor Anggaran Produksi

Untuk membuat suatu perencanaan yang baik perlu diperhatikan masalah

yang terdapat didalam perusahaan dan masalah-masalah yang datangnya dari luar

perusahaan. Masalah tersebut seperti kapasitas mesin dan peralatan produktifitas,

tenaga kerja, kemampuan pengadaan, dan penyediaan bahan baku yang

merupakan variabel-variabel dibawah kekuasaan pimpinan perusahaan.

Sedangkan masalah yang datang dari luar perusahaan berupa kebijaksanaan

pemerintah, inflasi, bencana alam, dan sebagainya.


39

Menurut Siregar (2014:28) dalam M. Ahmad (2015), biaya-biaya produksi

dibedakan berdasarkan elemen-elemen, yang dimana elemen tersebut dibedakan

menjadi tiga yaitu:

1. Biaya bahan baku langsung (raw material cost). Biaya bahan baku adalah

besarnya nilai bahan baku yang dimasukkan ke dalam proses produksi untuk

diubah menjadi barang jadi.

2. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost). Biaya tenaga kerja adalah

besarnya biaya yang terjadi untuk menggunakan tenaga karyawan dalam

mengerjakan proses produksi.

3. Biaya overhead pabrik (Manufacturer overhead cost). Biaya overhead

pabrik adalah biaya-biaya yang terjadi di pabrik selain biaya bahan baku

maupun biaya tenaga kerja langsung.

3.5.2. Faktor Internal dan Eksternal dalam Penyusunan Anggaran

Produksi

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada dalam perusahaan yang

mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan perusahaan :

a. Penjualan tahun lalu’bisajadi patokan


b. Kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan harga jual
c. Syarat pembayaran barang yang dijual
d. Pemilihan saluran distribusi
e. Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan (Quantitatif atau Qualitatif)
f. Modal kerja yang dimiliki perusahaan (Current asset -Current
liabilities)
g. Fasilitas yang dimiliki perusahaan
h. Kebijaksanaan perusahaan yang dimiliki perusahaan dibidang-bidang
lain.
40

Bab IV
Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1. Gambaran Umum PT. Semen Padang

PT Semen Padang (Perusahaan) didirikan pada tanggal 18 Maret 1910

dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV

NIPCM) yang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia. Kemudian pada

tanggal 5 Juli 1958 Perusahaan dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik

Indonesia dari Pemerintah Belanda. Sehingga Perusahaan mengalami proses

kebangkitan kembali melalui rehabilitasi dan pengembangan kapasitas pabrik

Indarung I menjadi 330.000 ton/ tahun. Pengembangan kapasitas pabrik dari

teknologi proses basah menjadi proses kering dengan dibangunnya pabrik

Indarung II, III, IV, V dan VI.

PT Semen Padang merupakan peninggalan sejarah Hindia Belanda.

Pendirian semen yang beroperasi di Indarung itu berawal dari penemuan batu-

batu menarik oleh seorang perwira Belanda berkebangsaan Jerman bernama Carl

Christophus Lau pada 1906.

Carl Christophus Lau kemudian mengajukan permohonan kepada

Pemerintah Hindia Belanda untuk pendirian pabrik semen di Indarung. Tujuh

bulan kemudian, permohonannya itu disetujui sehingga pada 18 Maret 1910,

Christophus Lau menggandeng sejumlah perusahaan untuk bermitra, yakni Firma

Gebroeders Veth, Fa.Dunlop dan Fa.Varman & Soon. Bersama mitranya itu, ia

mendirikan pabrik yang bernama NV Nederlmidschhidische Portland Cement

Maatschappij (NY NIPCM) dengan akta notaris Johannes Pieder Smidth di

Amsterdam.

Kehadiran NY NIPCM ini kemudian menjadi tonggak sejarah berdirinya

industri semen di Indonesia, karena merupakan industri besar pertama di


41

Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Perusahaan ini kemudian terdaftar di bawah

Departemen Pertanian, Industri dan Perdagangan di Hindia Belanda dengan dasar

legalitas “Koninklijke Bewilliging”, pada 8 April 1910, No 20.

Pada tahun 1911, pabrik ini selesai dibangun dengan kapasitas produksi 76,5 ton

sehari. Sumber energi listrik yang digunakan untuk mengoperasikan pabrik ini,

berasal dari pembangkit listrik Rasak Bungo yang memanfaatkan air Sungai

Lubuk Paraku. Sementara bahan bakar pabrik, menggunakan batubara Ombilin.

Batu bara didatangkan dengan kereta api dari Sawahlunto ke Bukit Putus, tak jauh

dai Teluk Bayur.

Dalam perjalanannya, pabrik ini terus mengalami perkembangan. Setahun

setelah beroperasi, NY NIPCM kemudian membangun klin kedua dengan

kapasitas yang sama dengan klin pertama. Menjelang perang dunia II, tepatnya

pada 1939, pabrik ini mampu memproduksi 170.000 ton setahun. Angka ini

merupakan produksi tertinggi di kala itu, karena pabrik ini memiliki kapasitas

terpasang 210.000 ton.

Setelah Jepang memenangkan perang dunia II dan berhasil menekuk

sekutu, negera berjuluk ”Matahari Terbit” itu kemudian mengambil alih

penguasaan pabrik dari tangan Belanda, dan manajemen perusahaan semen

ditangani Asano Cement Jepang. Semua produksi pabrik ini digunakan untuk

mendukung aktivitas militer Jepang.

Penguasaan Jepang terhadap pabrik ini hanya bertahan lebih kurang dua

dua tahun (1942-1944), karena pabrik semen ini dibom tentara sekutu dan

mengalami kerusakan parah. Setelah zaman kemerdekaan, pabrik Semen Padang

mengalami kondisi gonjang-ganjing. Pabrik ini kemudian diambil alih karyawan

dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Indonesia pada tahun 1947.


42

Pada agresi Belanda 1947-1949, pabrik ini relatif tidak berfungsi. Belanda

kemudian kembali menguasai alih pabrik dan pengelolaannya diserahkan pada

perusahaan yang sebelumnya menangani pabrik ini. Pada masa itu, meski

Indonesia sudah memperoleh kemerdekaan, namun pabrik Semen Padang yang

berganti nama menjadi NV Padang Portland Cement Maatshappi (PPCM), tetap

berada di bawah pengelolaan Belanda.

Pada 5 Juli 1958, perusahaan dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik

Indonesia dari Pemerintah Belanda. Oleh pemerintah, pengelolaan pabrik

kemudian dipercayakan kepada Badan Penyelenggara Perusahaan-perusahaan

Industri dan Tambang (BAPPIT) yang dibentuk berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) no. 23 Tahun 1958, pada 26 Februari 1958.

BAPPIT sendiri bernaung di bawah kementerian Perindustrian. Ketika itu,

J Sadiman ditunjuk sebagai direktur utama. Pergulatan politik dalam negeri juga

mempengaruhi perjalanan sejarah Semen Padang. Produksi perusahaan ini sempat

terganggu ketika terjadi pergolakan PRRI. Imbasnya, di akhir 1960-an, pabrik ini

nyaris dilego menjadi besi tua.

Upaya melego itu akhirnya digagalkan Harun Zain, yang saat itu menjabat

sebagai Gubernur Sumbar ketiga. Harun Zain menyelamatkan pabrik dengan

meminta pemerintah pusat agar memberi kepercayaan kepada pemerintah daerah

untuk mencarikan jalan keluar.

Harun Zain kemudian meminta Azwar Anas memimpin pabrik.

Azwar sukses melakukan revitalisasi pabrik, sehingga pabrik ini bisa kembali

”survive” dan kapasitas pabrik Indarung I menjadi 330.000 ton/tahun.

Selanjutnya, pabrik melakukan transformasi pengembangan kapasitas pabrik dari


43

teknologi proses basah menjadi proses kering dengan dibangunnya pabrik

Indarung II, III, dan IV.

Berdasarkan PP No 135 tahun 1961, status perusahaan berubah menjadi

Perusahaan Negara Semen Padang. Lalu pada 1971, melalui Peraturan Pemerintah

Nomor 7, status Semen Padang ditetapkan menjadi PT Persero dengan akta notaris

No.5 tanggal 4 Juli 1972.

Kemudian, berdasarkan Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia

No.5-326/MK.016/1995, pemerintah melakukan konsolidasi atas tiga pabrik

semen milik pemerintah, yaitu PT Semen Tonasa, PT Semen Padang dan PT

Semen Gresik. Usaha konsolidasi itu terealisir pada 15 September 1995. Ketiga

perusahaan itu berada dalam holding PT Semen Gresik (Persero) Tbk.

Sejak 7 Januari 2013, PT Semen Gresik (Persero) Tbk berubah nama

menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk sesuai hasil Rapat Umum Pemegang

Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta pada 20 Desember 2012. Pemegang

saham PT Semen Padang adalah PT Semen Gresik (Persero)Tbk dengan

kepemilikan saham sebesar 99,99% dan Koperasi Keluarga Besar Semen Padang

dengan saham sebesar 0,01 %.

PT Semen Gresik (Persero) Tbk sendiri, sahamnya dimiliki mayoritas oleh

Pemerintah Republik Indonesia sebesar 51,01%. Pemegang saham lainnya

sebesar 48,09% dimiliki publik. PT Semen Gresik (Persero) Tbk, merupakan

perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia.

PT Semen Padang bersama PT Semen Gresik, PT Semen Tonasa dan

Thang Long Cement Company Vietnam resmi menjadi bagian dari PT Semen

Indonesia (Persero), Tbk, perusahaan semen terbesar di Indonesia


44

4.2. Struktur Departemen Produksi PT. Semen Padang

Direktur
Produksi

Departemen
Tambang

Departemen Departemen Dept. Jaminan


Departemen Departemen
Produksi II/III Produksi V Kualitas dan
Produksi IV Teknik Pabrik Inovasi

Gambar. 2 (Sumber : www.semenpadang.com)

4.3. Kegiatan Produksi

Semen diproduksi dengan menggunakan persentase terak yang sesuai

dengan kebutuhan, sehingga penggunaan terak menjadi optimal. Pada umumnya

kebutuhan terak dalam proses pembuatan semen berkisar antara 78% - 89%.

Secara keseluruhan, pembuatan terak merupakan proses yang paling intens

menggunakan energi dan material. Pembuatan terak semen menggunakan bahan

baku utama terdiri dari dua jenis, yakni batu kapur, silika, tanah liat, serta batubara

sebagai bahan bakar. Terak kemudian dicampur dengan bahan-bahan lain pada

perbandingan tertentu sesuai jenis semen yang diproduksi. Pencampuran

dilakukan dalam ball mill yang digerakkan oleh tenaga listrik. Volume

pengolahan bahan baku dilihat dari tahun 2014 sampai 2016 mengalami

penurunan yang dipengaruhi efisiensi dan efektivitas produksi pada saat itu. Bisa

dilihat melalui tabel berikut ini.

Tabel 1. Bahan Baku di Raw Mill

No. 2014 2015 2016

1. 8,83 8,84 8,19 (jutaan ton)


45

Tabel 2. Bahan Baku di Cement Mill

No. 2014 2015 2016

1. 203,87 227,79 203,51 (ribuan ton)

Tabel 3. Efisiensi Material

No. 2014 2015 2016

1. 10,27 6,67 1,54 10,54 1,53 6,89 9,71 1,50 6,46

Pemakaian Bahan Baku (juta ton)

Produksi Semen (juta ton)

Intensitas Material (ton/ton)

Semakin sedikit pemakaian terak akan semakin banyak kebutuhan bahan

pencampur. Terak/Klinker merupakan produk setengah jadi. Untuk memenuhi

kebutuhan itu, pabrik semen memanfaatkan material yang dapat diperbaharui

seperti biomassa yang berasal dari tumbuhan dan material daur ulang berupa

bahan-bahan pembantu hasil proses produksi maupun limbah proses industri lain.
46

4.4. PENGARUH PERBEDAAN TINGKAT EISIENSI & EFEKTIVITAS

PENGOLAHAN BAHAN BAKU DENGAN METODE ECONIMIC

ORDER QUANTITY (EOQ) & JUST IN TIME (JIT) PADA KEPUTUSAN

PENETAPAN ANGGARAN PRODUKSI PT. SEMEN PADANG

4.4.1 EOQ & JIT terhadap Produksi PT. Semen Padang

Gambar 3. Diagram Tingkat Efisiensi dan Efektivitas Pengolahan Bahan Baku


47

Diketahui produksi semen memiliki variasi dan spesialisasi,

menyebabkan munculnya permintaan pasar yg didominasi oleh perusahaan

kontraktor. Jika ekonomisnya jumlah pemesanan yg muncul adalah 6.000.000 ton

semen. Secara efektif pabrik menghasilkan 3.000.000 ton dan efisiennya adalah

2.000.000 ton. Biaya pesanan diakumulasikan sebesar Rp 250.000.000,- dengan

harga perolehan unit bahan baku Rp 0,- karena PT. Semen Padang adalah BUMN

dengan peraturan pertambangan bahan galian bebas biaya. Harga unit bahan baku

bernilai Rp. 154.154.975,00 diperkirakan EOQ sejumlah:

2 X 3.000.000,00 X 250.000.000,00
𝐸𝑂𝑄 = √
154.154.975,00

EOQ = 973.046,766

Jika diketahui perkiraannya jumlah permintaan / pesanan keseluruhan

pabrik Semen Padang 60.000.000 ton dan EOQ 1000.000 maka frekwensi

pemesanan selama setahun adalah :

60.000.000
𝑁=
1.000.000

N = 6.000.000 ton

Jadi efektivitas produksi per pabrik dalam setahun 6.000.000 ton berdasarkan

frekwensi pesanan setahun.

Misalkan harga mesin raw mill adalah Rp. 170.000.000,00 lalu nilai sisa

diperkirakan sebesar Rp 50.000.000,- dan umur ekonomis mesin 4 tahun, hal ini

karena dalam proses produksi akan mengakibatkan penurunan efektivitas mesin

yg disebut nilaipenyusutan. Seperti :

170.000.000,00 − 50.000.000,00
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = √
4
48

Maka beban penyusutan per tahun adalah Rp. 30.000.000,00 dan dicatat

dalam jurnal sebagai berikut :

Biaya Penyusutan Mesin 30.000.000,-

Akm. Penyusutan Mesin 30.000.000,-

Pada Anggaran Produksi manajemen produksi perlu menambahkan pos

biaya penyusutan dengan kategori beban perawatan dan penggantian suku cadang

atau jika habis masa layak pemakaian mesin maka manager bisa memutuskan

untuk amortisasi mesin dan pembelian mesin baru.

Gambar. 4 Pengiktisaran Beban (Sumber: Ar SP 2015)


49

Bab V
Kesimpulan dan Saran

Jadi Pengaruh perbedaan tingkat efisiensi dan efektifitas pengolahan

bahan baku bisa mempengaruhi pertambahan atau pengurangan biaya produksi

sehingga manajemen perlu menambahkan fungsi pembiayaan mesin dan aktifitas

kelancaran produksi untuk mencapai tujuan strategis perusahaan.

Untuk pos terkait biaya produksi sebaiknya dilakukan identifikasi berkala

seperti pengujian peralatan dan perlengkapan juga pengawasan terhadap

keamanan kinerja tenaga kerja langsung.

Demikianlah penelitian ini saya rangkum untuk jadi pengingat dan juga

sebagai acuan untuk kualitas lebih baik dari persoalan serupa.


50

Lampiran

Tabel. 2 Pasar yang Dilayani

Penjualan Pesanan 2014 2015 2016

Penjualan Domestik (ton) 7.087.043 6.855.163 6.495.547

Penjualan Ekspor (ton) 115.703 397.445 395.545

Ekspor Terak (ton) - - 89.523

Total Penjualan (ton) 6.671.107 6.888.513 6.980.615

Skala Organisasi dengan Jumlah Total Karyawan 1.719

Tabel. 3 Jumlah Operasi

Pabrik Semen Kapasitas Produksi(tahun)

Pabrik Indarung I 7.400.000 ton/tahun

Pabrik Indarung II 720.000 ton/tahun

Pabrik Indarung III 860.000 ton/tahun

Pabrik Indarung IV 1.920.000 ton/tahun

Pabrik Indarung V 3.000.000 ton/tahun

Cement Mill Dumai 900.000 ton/tahun


51

Tabel 3. Pabrik Pengantongan Kantor Perwakilan 14

Keterangan 2014 2015 2016

Pendapatan (Rp miliar) 6.409 6.528 6.221

Kapitalisasi Aset (Rp miliar) 5.908 7.393 9.211

Hutang (Rp miliar)

Ekuitas (Rp miliar) 4.154 4.448 4.877

Tabel 4. Volume Produksi

Produk 2014 2015 2016

Semen (ton) 6.671.107 6.888.513 6.456.059

Terak (ton) 5.356.750 5.276.750 4.980.895

Pada tabel diatas bisa dilihat bahwa PT.Semen Padang telah menggunakan

metode EOQ dan JIT. Jumlah total produksi yg dihasilkan setiap tahunnya

bervariasi. Anggaran produksi ditentukan dari besaran maksimal dan minimal

bahan baku yg akan diproses sehingga beban biaya bisa disesuaikan.


52

Daftar Pustaka

Ahmad, Khamarudin (Dasar – Dasar Konsep Biaya dan Pengambilan

Keputusan’ Akuntansi Manajemen”)

Noor, Juliansyah Dr. SE. MM (Tinjauan Filosofis dan Praktis’ Manajemen”)

Hansen & Mowen, Akuntansi Manajerial 8.

Agussalim Manguluang, 2016. Metodologi Penelitian, Ekasakti Press, Padang.

Mulyadi, “Akuntansi Biaya” 2005.

Annual Report & Sustainability Report PT. Semen Padang

www.semenpadang.co.id

Jurnal Akuntansi 2014 UNP

Prima, Sofia, dkk. “Akuntansi Biaya”.

Mahardhika, Media. Vol. 13 No. 3 Mei 2015

Performa (2016) Vol. 15, No.2: 87-92

Jurnal Ilmiah Akuntansi, Akurat. Nomor 5 tahun ke 2 Mei-Agustus 2011

Repository.unpas.ac.id/5720/

Jurnal Administrasi Kantor. Vol 3 No 2 Agustus 2015

Lib.yai.ac.id/index.php?p=show_detail&id=11661

Jurnal 2009.21.0049

(http://eprints.mdp.ac.id/681/1/Jurnal%202009.21.0049%20Yuke%20Ok

talina%20Wijaya.pdf)

http://eprints.dinus.ac.id/8537/1/jurnal_11789.pdf

Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 04 Tahun ke-2 Januari-April 2011

Analisis Kuantitas Pemesanan Ekonomis Dan Sistem Produksi Tepat Waktu Pada

Proses Perawatan Alat Berat Di Pt. Harita Nickel, 2013


53

https://media.neliti.com/media/publications/165486-ID-analisis-

kuantitas-pemesanan-ekonomis-da.pdf

Jurnal Skripsi Bab II tentang Pengertian dan Klasifikasi Biaya

http://eprints.polsri.ac.id/2621/3/BAB%202.pdf

Evaluasi Efektivitas Mesin Kiln Dengan Penerapan Total Productive

Maintenance Pada Pabrik Ii/Iii Pt Semen Padang,

https://media.neliti.com/media/publications/118716-ID-evaluasi-

efektivitas-mesin-kiln-dengan-p.pdf

Perbandingan Metode Eoq (Economic Order Quantity) Dan Jit (Just In Time)

Terhadap Efisiensi Biaya Persediaan Dan Kinerja Non-Keuangan (Studi Kasus

Pada Pt Indoto Tirta Mulia), Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 05 Tahun

ke-2 Mei-Agustus 2011,

http://majour.maranatha.edu/index.php/maksi/article/viewFile/695/646
54

Biaya perolehan 1 Januari Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31 Desember

2016

Tanah 53.776.702 - 4.410 - 53.772.292

Tanah Pertambangan 9.583.249 - - 65.617.470 75.200.719

Bangunan dan Prasarana 996.240.769 408.952 4.203 55.832.376 1.052.477.894

Mesin Pabrik 3.177.121.838 421.371 1.943.234 176.341.220 3.351.941.195

Alat Berat dan Kendaraan 574.460.206 106.320 22.585.820 23.466.009 575.446.715

Perlengkapan dan Peralatan 103.956.025 428.071 53.223 8.955.016 113.285.889

Kantor

Suku cadang Utama dan 26.100.502 15.596.412 - - 41.696.914

peralatan siap pakai

Aset dalam Penyelesaian

Tanah Pertambangan 112.660.853 5.215.917 (65.617.470) 52.259.300

Bangunan dan Prasarana 802.719.928 871.613.865 (106.739.345) 1.567.594.448

Mesin Pabrik 1.548.531.540 834.223.005 (133.941.897) 2.248.812.64

Alat Berat dan Kendaraan 9.565.407 40.089.453 (19.669.311) 29.985.549

Perlengkapan dan Peralatan 49.716.811 518.992.513 (4.244.068) 564.465.256

Kantor

Aset Sewa Pembiayaan

Kendaraan 16.001.419 25.278.912 41.280.331

Kapal 136.752.478 53.534.851 83.217.627

Jumlah 7.617.187.727 2.312.374.791 78.125.741 9.851.436.777

Tabel 6. Perubahan Aset


55

Gambar. 3 Laporan Aset Sumber : Annual Report SP 2015


56

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi skripsi yang saya tulis dengan

judul “Pengaruh Perbedaan Tingkat Efisiensi dan Efektivitas Pengolahan

Bahan Baku dengan Metode EOQ dan Just In Time pada Keputusan Penetapan

Anggaran Produksi PT. Semen Padang” adalah hasil kerja/karya saya sendiri,

kecuali kutipan yang sumbernya dicantumkan dalam skripsi ini. Berdasarkan

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 hak cipta adalah "hak eksklusif bagi

pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak

ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi

pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku"

(pasal 1 butir 1), Saya menyatakan klaim kepemilikan pembuatan skripsi ini.

Padang, 2017

Yang membuat pernyataan

Ryan Mahriza

Anda mungkin juga menyukai