Anda di halaman 1dari 11

Aspek Hukum Perjanjian

Outsourcing di Indonesia
Dasar Hukum Outsourcing di Indonesia

 Dasar Hukum Outsourcing di Indonesia


 Dasar Hukum Outsourcing
 Tumbuh suburnya outsourcing dimasyarakat dipandang oleh pemerintah perlu adanya suatu
peraturan agar pihak-pihak yang terlibat tidak ada yang dirugikan khususnya tenaga kerja
outsourcing. Maka dalam UU No 13 tahun 2003 dalam pasal 64, pasal 66 diatur mengenai
pelaksanaan outsourcing
 Sebelum kita beralih ke hak pekerja, berdasarkan Pasal 79 ayat (1) jo ayat (2) huruf b UU
Ketenagakerjaan pengusaha wajib memberi waktu istirahat mingguan (weeklyrest) kepada
pekerja/buruh, masing-masing:
 satu hari untuk pola waktu kerja 6:1, dalam arti enam hari kerja dan satu hari istirahat
mingguan
 dua hari untuk pola waktu kerja 5:2, dalam arti lima hari kerja dan dua hari istirahat minggua
 Mengenai hak-hak pekerja outsourcing tentunya tertulis dalam Undang-Undang No.13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yang dapat dirangkum sebagai berikut:
 Hak atas uang lembur pada saat melakukan kerja dihari libur maupun hari besar
 Memahami dan mengikuti segala peraturan perusahaan yang sesuai dengan kontrak
PENGERTIAN OUTSOURCING

 Awal timbulnya outsourcing di dunia bisnis adalah adanya keinginan untuk


saling membagi resiko di dunia kerja. Tidak semua perusahaan mampu
mengatasi permasalahan di pekerjaan mer eka
 Bila merujuk pada Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
Outsourcing (Alih Daya) dikenal sebagai penyediaan jasa tenaga kerja seperti yang
diatur pada pasal 64, 65 dan 66. Dalam dunia Psikologi Industri, karyawan outsourcing
adalah karyawan kontrak yang dipasok dari sebuah perusahaan penyedia jasa tenaga
alih daya.
 Pada dasarnya, outsourcing adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan ketika
mereka menyerahkan beberapa aktivitas mereka kepada pihak luar (outside provider).
Pengalihan ini, beserta hak-hak dan kewajiban yang dimiliki oleh masing-masing
pihak, biasanya terekam dalam sebuah kontrak kerjasama.
 Baik untuk menyelesaikan masalah yang ada di perusahaan, maupun mendukung
tujuan dan sasaran kegiatan bisnis, perusahaan kerap beralih ke outsourcing. Dalam
artian ini, pihak outside provider maupun perusahaan memiliki kedudukan yang setara
—bukan sebagai atasan dan bawahan
Kelebihan dan Kekurangan
Outsourcing
 Kelebihan Outsourcing
 Perusahaan bisa fokus kepada aktivitas bisnis utama (key activity).
 Perusahaan tidak perlu repot menyediakan fasilitas, tunjangan
makan, bahkan asuransi kesehatan/BPJS Kesehatan.
 Kompetensi perusahaan alih daya biasanya lebih bagus di bidangnya,
karena itu adalah core business-nya.
 Mengurangi risiko terhadap ketidakpastian bisnis di masa mendatang,
dengan cara membatasi jumlah karyawan perusahaan.
 Meningkatkan efisiensi dan perbaikan pada pekerjaan-pekerjaan yang
sifatnya non-core.
 Kekurangan Outsourcing
 Jika kontrak kerja jangka pendek, butuh waktu lagi untuk rekrut
pegawai.
 Membutuhkan sistem keamanan yang ketat jika ingin data terjaga
dengan baik.
 Ketergantungan terhadap sistem outsourcing, namun kembali lagi
tergantung kesepakatan antar perusahaan terhadap penyedia jasa alih
daya.
 Rahasia perusahaan rentan bocor apabila menempatkan tenaga
outsourcing di bagian pekerjaan yang bersifat rahasia.
 Kurang efektif jika hanya merekrut outsorcing dalam jangka pendek,
karena perlu masa transisi untuk penyesuaian kembali dan peralihan
tugas.
Jenis-jenis Pekerjaan Outsourcing

 Awalnya, perusahaan outsourcing menyediakan jenis pekerjaan yang


tidak berhubungan langsung dengan bisnis inti perusahaan dan tidak
memedulikan jenjang karier. Beberapa pekerjaan ini, antara lain
operator telepon atau call center, petugas satpam dan tenaga
pembersih atau cleaning service.
 Namun saat ini, penggunaan outsourcing semakin meluas ke berbagai
lini kegiatan perusahaan. Tidak jarang perusahaan beralih ke
perusahaan alih daya untuk membantunya dalam bidang desain,
marketing dan finansial
 Dalam undang-undang, hal ini sebetulnya diatur.
Pasal 65 ayat (2) Undang-undang No 13 Tahun 2003 mengenai Ketenag
akerjaan
(UU Ketenagakerjaan) menyebutkan beberapa poin jenis pekerjaan
yang bisa dilakukan oleh pekerja outsourcing, yaitu:
 Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
 Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi
pekerjaan;
 Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan
 Tidak menghambat proses produksi secara langsung
 Intinya, karyawan outsourcing hanya bisa direkrut untuk mengerjakan
pekerjaan di luar pekerjaan inti perusahaan pengguna jasa.
Sistem Kerja Outsourcing
 Menurut Pasal 64 UU Ketenagakerjaan, sebuah perusahaan dapat
menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan
lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia
jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.
 Perjanjian kerja karyawan outsourcing ini adalah menggunakan sistem
kontrak yang menurut Undang-undang Ketenagakerjaan Pasal 56
dibagi menjadi 2, yaitu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu atau PKWT
dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu atau PKWTT. Berikut
bunyi pasal 56 UU Ketenagakerjaan:
 Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak
tertentu.
 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) didasarkan atas: Jangka waktu; atau Selesainya suatu
pekerjaan tertentu.
Sistem Perekrutan dan Sistem
Pembayaran
 Sistem perekrutan perusahaan outsourcing sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan perusahaan pada umumnya. Mulai dari menjalani tes
tertulis, wawancara dan proses tertentu yang ditentukan masing-masing
perusahaan. Proses ini dilakukan oleh perusahaan penyedia jasa bukan
oleh perusahaan yang akan menggunakan jasa kandidat tersebut .
 Para pekerja outsourcing dibayar oleh perusahaan penyedia jasa itu.
Nantinya, perusahaan penyedia jasa akan menagih bayaran pada
perusahaan yang mnggunakan jasa kandidat tersebut.
 Gaji para pekerja outsourcing biasanya akan dipotong hingga 30 persen
untuk perusahaan penyedia jasa. Bahkan, hal yang mengenaskan adalah
banyak perusahaan outsourcing yang tidak transparan untuk hal ini.
Sehingga yang rugi adalah pekerja outsourcing sendiri.
Sistem Pembayaran Gaji Outsourcing

 Hingga saat ini, belum ada regulasi yang jelas dan tegas yang
mengatur perhitungan gaji karyawan outsourcing. Rumornya, upah
karyawan outsourcing mengalami perpangkasan hingga 30%, yang
dikantongi oleh perusahaan alih daya tempatnya bekerja.
Kenyataannya, setiap perusahaan alih daya memiliki kebijakan dan
cara sendiri-sendiri dalam menghitung gaji karyawannya, yang
umumnya berpatokan pada UMP.
 Asosiasi Bisnis Alih Daya Indonesia (ABADI) menyatakan, bahwa
perusahaan alih daya tidak memotong gaji karyawannya, karena
menerima fee dari perusahaan klien setiap bulannya. Selain itu, ISS—
salah satu perusahaan outsourcing terbesar di Indonesia—juga
mendukung pernyataan itu. Perusahaannya tak pernah memangkas
gaji karyawan, dan membayarkannya sesuai dengan perjanjian kedua
pihak.
Perlindungan Hukum Outsourcing

 Apabila Anda pekerja outsourcing, tidak perlu takut. Berikut adalah


peraturan yang bisa Anda pahami secara umum selain
UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan:
 Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
 Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
 Undang-Undang No.21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh
 Undang-Undang No.11 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Kep-102/Men/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja
 Sekilas mengenai outsourcing secara umum yang ada di Indonesia.
Dapat menjadi pengetahuan untuk para tenaga kerja yang ingin
mendaftarkan diri di perusahaan outsourcing

Anda mungkin juga menyukai