Anda di halaman 1dari 18

Prof. Dr. H. Dwidja Priyatno, SH.,MH.,Sp.N.

PERTANGGUNGJAWABAN
PIDANA KORPORASI
SIMPOSIUM NASIONAL

“REVITALISASI HUKUM PIDANA ADAT DAN KRIMINOLOGI KONTEMPORER”


SERTA PELATIHAN HUKUM PIDANA DAN KRIMINOLOGI Ke-V

DISELENGGARAKAN ATAS KERJASAMA


BAGIAN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS DENGAN
MASYARAKAT HUKUM PIDANA DAN KRIMINOLOGI INDONESIA (MAHUPIKI)

HOTEL INNA MUARA PADANG


SUMATERA BARAT
Pendahuluan

Kemajuan Peradaban, Ketergantungan


Budaya & IPTEK Ekonomi antar Negara

TRANS
 Money Laundering
 Price Fixing
BORDER
 False Advertising CRIME
 Environmental Crime
Kejahatan Korporasi
Melampaui Batas Negara

Perkara dengan subjek hukum korporasi yang diajukan dalam proses pidana
masih sangat terbatas, salah satu penyebabnya adalah prosedur dan tata cara
pemeriksaan korporasi sebagai pelaku tindak pidana masih belum jelas, oleh
karena itu dipandang perlu adanya pedoman bagi aparat penegak hukum dalam
penanganan perkara pidana yang dilakukan oleh korporasi
Pengertian Korporasi Menurut Berbagai Sumber

Soetan. K. Malikul Adil, Satjipto Raharjo

Undang-Undang

Korporasi…?

Black’s Law Dictionary

Subekti dan Tjitrosudiblo

Rudi Prasetyo
Soetan. K. Malikul Adil,

menguraikan pengertian korporasi secara etimologis.


Korporasi (corporatie, Belanda), corporation (Inggris), corporation
(Jerman) berasal dari kata “corporatio” dalam bahasa latin. Seperti
halnya dengan kata-kata lain yang berakhir “tio”, maka ”corporatio”
sebagai kata benda (substantivum), berasal dari kata kerja
”corporare”, yang banyak dipakai orang pada zaman abad
pertengahan atau sesudah itu. “corporer” sendiri berasal dari kata
”corpus” (Indonesia=badan), yang berarti memberikan badan atau
membadankan dengan demikian maka akhirnya ”corporatio” itu
berarti hasil dari pekerjaan membadankan, dengan lain perkataan
badan yang dijadikan orang, badan yang diperoleh dengan
perbuatan manusia sebagai lawan terhadap badan manusia, yang
terjadi menurut alam. .Soetan. K. Malikoel Adil, Pembaharuan Hukum
Perdata Kita, (Jakarta, PT. Pembangunan, 1955), hlm 83.
Satjipto Raharjo,
“Korporasi adalah suatu badan hasil ciptaan hukum. Badan yang diciptakannya
itu terdiri dari “corpus”, yaitu struktur fisiknya dan kedalamnya hukum
memasukkan unsur “animus” yang membuat badan itu mempunyai kepribadian.
Oleh karena badan hukum itu merupakan ciptaan hukum maka kecuali
penciptaanya, kematiannyapun juga ditentukan oleh hukum.

Subekti dan Tjitrosudiblo,


Korporasi adalah suatu perseroan yang merupakan badan hukum”.

Rudi Prasetyo menyatakan :


“Kata korporasi sebutan yang lazim dipergunakan di kalangan pakar hukum
pidana untuk menyebut apa yang biasa dalam bidang hukum lain, khususnya
bidang hukum perdata, sebagai badan hukum, atau yang dalam bahasa belanda
disebut sebagai rechtspersoon, atau yang dalam bahasa inggris disebut legal
entities atau corporation
Black’s Law Dictionary, menyatakan:
“An entity (usually a business ) having authority under law to
act as a single person distinct from the shareholders who
own it and having rights to issue stock and exist indefinitely,
a group or succession of persons established in accordance
with legal rules into a legal or juristic person that has legal
personality distinct from the natural persons who make it up,
exists indefinitely apart from them, and has the legal powers
that is constitution gives it.”
Garner, Bryan A. (Editor in Chief), Black’s Law Dictionary, Seventh Edition, (St Paul, Minim,
West Publising Co, 1999), hlm 341. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit Balai
Pustaka, 2001, hlm 596, Korporasi : 1. Badan usaha yang sah; badan hukum; 2. Perusahaan
atau badan usaha yang sangat besar atau beberapa perusahaan yang dikelola dan dijalankan
sebagai suatu perusahaan besar.
Pengertian/ definisi korporasi , dapat ditemukan dalam Undang Undang Nomor 5
tahun 1997 tentang Psikotropika Pasal 1 angka 13. Undang- Undang Nomor 35 tahun
2009 tentang Narkotika. Pasal 1 angka 19. Undang- Undang Nomor 31 tahun 1999 Jo.
Undang- Undang no 20 tahun 2001. Pasal 1 angka 1 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Undang- Undang Nomor 8 tahun 2010, Pasal 1 angka 10 , tentang
Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang pada intinya
mengatakan.

“Korporasi adalah kumpulan orang atau kekayaan yang terorganisasi baik


merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum”.
Rumusan tersebut juga terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Perma No 13 Tahun 2016. Hanya
ada tambahan pengertian Korporasi Induk ( parent company) adalah perusahaan berbadan
hukum yang memiliki dua atau lebih anak perusahaan yang disebut perusahaan susidairi
yang juga memiliki status badan hukum tersendiri. (Pasal 1 angka 2 PERMA 13 tahun 2016)
Isi rumusan tersebut sama dengan Rancangan Undang-undang Republik Indonesia Tentang
Kitab Undang-undang Hukum Pidana 2015, Pasal 189, (Jakarta, Penyampaian RUU KUHP
2015 oleh Presiden RI Bapak Joko Widodo, kepada Ketua DPR RI, 05 Juni 2015
Model-Model
Pertanggungjawaban
Pidana Korporasi

Korporasi sebagai Korporasi sebagai


Pengurus
pembuat dan pembuat dan juga
korporasi sebagai
pengurus sebagai yang
pembuat dan
bertanggung jawab bertanggung
penguruslah yang
jawab.
bertanggung
jawab;
Korporasi Sebagai Pelaku Tindak Pidana
Korporasi sebagai pelaku tindak pidana, dewasa ini
sudah tidak ada permasalahan lagi, sebab
peraturan perundang-undangan yang ada di
Indonesia sudah mengatur hal tersebut. Bahkan

dalam Perma 13 Tahun 2016,


dinyatakan dalam Pasal 3, Tindak pidana oleh
Korporasi merupakan tindak pidana yang dilakukan
oleh orang berdasarkan hubungan kerja, atau
berdasarkan hubungan lain, baik sendiri-sendiri
maupun bersama -sama yang bertindak untuk dan
atas nama korporasi di dalam maupun di luar
lingkungan korporasi.
Pandangan Para Ahli

‘T HART

Hukum (pidana) harus “Tiada pidana tanpa


dilihat sebagai suatu kesalahan berarti
bentuk penyaluran bahwa untuk
pengejawatahan pemidanaan tidak
kekuasaan, yang hanya disyaratkan
dikarakteristikan oleh bahwa seseorang telah
aspek-aspek instrumen berbuat tidak patut
tujuan rasional dan aspek- secara objektif, tetapi
aspek pembatasan juga bahwa perbuatan
kekuasaan yang kritis. tidak patut itu dapat
Kedua aspek ini, satu sama dicelakan padanya”
lain, saling terkait dengan
erat.
Pandangan Para Ahli

Suprapto Van Bemmelen dan Dengan demikian,


Remmelink,
Sahwa korporasi dapat Suprapto, van
memiliki kesalahan, Bemmelen maupun
Sehubungan dengan
seperti apa yang Remmelink, mengakui
kesalahan yang terdapat
dikemukakannya. Yaitu : bahwa korporasi tetap
pada korporasi menyatakan:
badan-badan bisa didapat dapat mempunyai
bahwa pengetahuan
kesalahan, bila kesalahan dengan
bersama dari sebagian besar
kesengajaan atau kontruksi bahwa
anggota dapat dianggap
kelalaian terdapat pada kesalahan tersebut
sebagai kesengajaan badan
orang-orang yang menjadi diambil dari para
hukum itu, jika mungkin dari
alat-alatnya. Kesalahan itu pengurus atau anggota
setiap orang yang bertindak
tidak bersifat individu, direksi.
untuk korporasi itu jika
karena hal itu mengenai dikumpulkan akan dapat
badan sebagai suatu merupakan kesalahan besar
kolektivitet. dari korporasi itu sendiri.
Kesengajaan dan Kealpaan Pada Korporasi

Apakah dan bagaimana badan hukum/korporasi yang tidak memiliki


jiwa kemanusiaan (menselijke psyche), dan unsur-unsur psychis (de
psychische bestanddlen), dapat memenuhi unsur-unsur
kesengajaan atau “opzet” dan kealpaan

D. Schaffmeister Remmelink Suprapto

Pengetahuan bersama Kesalahan Kolektif,


Kontruksi dari sebagian besar Pada badan-badan bisa
anggota direksi dapat didapatkan kesalahan bila
Pertanggung-
kesengajaan atau
jawaban di anggap sebagai
kelalaian terdapat pada
(Toerekeningsconst kesenjangan badan orang-orang yang
ructie) hukum itu menjadi alat-alatnya

Dalam praktek terdapat kemungkinan bahwa badan hukum bertindak alpa, sedangkan perorangan
mempunyai kesengajaan, misalnya jika seorang pengawas (opzichter) dari suatu perusahaan, guna
mengisi kantongnya sendiri (om de eigen beurs te spekken), menghubungi suatu perusahaan kebersihan
sampah yang tidak dapat dipercaya, sedangkan si badan hukum sama sekali tidak mengawasi
pelaksanaan pembersihan sampah tersebut
Bagaimana tentang badan hukum publik apabila
melakukan suatu tindak pidana dapat
dipertanggungjawabkan?

Batasan tentang badan hukum publik,


badan hukum itu dianggap Jadi kriteria nya
mempunyai kekuasaan sebagai
dicari pada
penguasa, jika badan hukum tersebut
dapat mengambil keputusan-
wewenang
keputusan dan membuat peraturan- pada badan
peraturan yang mengikat orang lain, hukum
yang tidak tergabung di dalam badan
hukum tersebut
Penuntutan & Pemindanaan
Korporasi
Bentuk Penutupan Seluruh Atau Yang akan menderta
Bagian Usaha Dilakukan Secara Hati- tidak hanya yang
hati berbuat salah

Disebabkan • buruh,
Karena Dampak • pemegang saham
Putusan Tersebut • para konsumen
Sangat Luas suatu pabrik

mencegah dampak
negatif
pemindanaan
Mengasuransikan
korporasi

Efek pemindanaan terhadap korporasi yang mempunyai dampak negatif dapat


dihindarkan. Di berbagai negara menurut penulis, untuk penuntutan dan
pemindanaan korporasi biasanya dianut apa yang dinamakan “’bipunishment
provision” artinya baik pelaku (pengurus) maupun koprporasi itu sendiri dapat
dijadikan subjek pemindanaan.
Clinard dan Yeager mengemukakan kriteria kapan seharusnya sanksi pidana di arahkan pada
korporasi. Apabila kriteria tersebut tidak ada, maka lebih baik sanksi perdatalah yang digunakan
Kriteria Sanksi Pidana Diarahkan pada Korporasi:

• The Degree Of Loss To The Public. (Derajat Kerugian Terhadap Publik)


• The Level Of Complicity By High Corporate Managers.
(Tingkat Keterlibatan Oleh Jajaran Manager Korporasi)
• The Duration Of Violation.(Lamanya Pelanggaran)
• The Frequency Of The Violation By The Corporation.
(Frenkuensi Pelanggaran Oleh Korporasi)
• Evidence Of Intent To Violate.
(Alat Bukti Yang Dimaksudkan Untuk Melakukan Pelanggaran)
• Evindence Of Extortion, As In Bribry Cases.
(Alat Bukti Pemerasan , Semisal Dalam Kasus-kasus Suap)
• The Degree Of Notoriety Engendered By The Media.
(Derajat Pengetahuan Publik Tentang Hal-hal Negatif Yang Ditimbulkan Oleh Pemberitaan Media)
• Precedent In Law. (Jurisprudensi)
• The History Of Serious, Violation By The Corporation.
(Riwayat Pelanggaran-pelanggaran Serius Korporasi)
• Deterrence Potential. (Kemungkinan Pencegahan)
• The Degree Of Cooperation Evinced By The Corporation.
(Derajat Kerja Sama Korporasi Yang Ditunjukkan Oleh Korporasi.
Putusan Pengadilan di Indonesia kepada Korporasi (1)

Pada era tahun 60 an, Hanya terdapat Putusan Mahkamah Agung R.I.
tanggal 1 Maret 1969 No. 136/Kr/1966, menyatakan bahwa badan hukum
yaitu: P.T. Kosmo dan P.T Sinar Sahara tidak dapat disita. Hal
ini memperkuat dalil, bahwa badan hukum bukan objek hukum, tetapi
sebagai subjek hukum, yang tidak dapat disita. Pada dewasa ini sudah
cukup banyak putusan pengadilan yang menempatkan korporasi sebagai
subjek tindak pidana seperti kasus dalam amar putusan PN Banjarmasin
Nomor 812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm Tahun 2011 tanggal register 12-07-2010,
tanggal dibacakan 09-06-2011 PT Giri Jaladhi Wana (PT GJW) menyatakan
terdakwa PT Giri Jaladhi Wana telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara berlanjut sebagaimana
dalam Dakwaan Primair, menjatuhkan pidana kepada terdakwa PT Giri
Jaladhi Wana oleh karena itu dengan pidana denda sebesar Rp.
1.300.000.000 (Satu Milyar Tiga Ratus Juta Rupiah), menjatuhkan
pidana tambahan berupa penutupan sementara PT Giri Jaladhi Wana
selama 6 (enam) bulan. Putusan tersebut dilakukan banding dan sudah
diputus oleh Pengadilan Tinggi Banjarmasin (Pengadilan Tipikor Nomor
04/PID.SUS/2011/PT.BJM.
Putusan Pengadilan di Indonesia kepada Korporasi (2)

Putusan pengadilan tinggi bandung, nomor putusan 344/pid/sus/2013/PT.Bdg pada


tanggal 18 november 2013. Pengadilan tinggi bandung yang memeriksa dan
mengadili perkara pidana dalam tingkat banding, menjatuhkan putusan sebagai
berikut, dalam perkara para terdakwa bernama lengkap Chrisdianto Rahardjo
sebagai direktur utama PT Albasi Priangan Lestari sebagai terdakwa I dan
perusahaan PT albasi priangan lestari sebagai terdakwa II. Setelah membaca
putusan pengadilan negeri ciamis tanggal 5 september 2013, nomor
155/pid.Sus/2013/PN.Cms yang amarnya menyatakan terdakwa I chrisdianto
rahardjo dan terdakwa II PT albasi priangan lestari, terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana “pelanggaran baku mutu air limbah”,
menjatuhkan pidana oleh karenanya kepada terdakwa I tersebut dengan pidana
penjara selama 5 (lima) bulan, dengan ketentuan pidana tersebut tidak perlu
dijalankan kecuali apabila dalam tenggang waktu selama 7 (tujuh) bulan dengan
putusan hakim, terdakwa telah melakukan suatu perbuatan yang dapat dihukum,
menjatuhkan pula pidana terhadap terdakwa II oleh karenanya dengan denda
sebesar Rp. 100.000.000, - (seratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila
denda tidak dibayar diganti dengan kurungan selama 1 (satu) bulan. Catatan
penulis kurungan pengganti denda untuk korporasi tidak dapat dijalankan,
seharusnya putusannya tersebut harusnya, apabila demda tidak dibayar diambil dari
kekayaan atau keuntungan yang di dapat oleh korporasi.
Putusan Pengadilan di Indonesia kepada Korporasi (3)

Kasus selanjutnya Mahkamah Agung menolak banding PT Kalista


Alam, perusahaan sawit di Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan
Raya, Nangroe Aceh Darussalam. Perusahaan yang bergerak di bidang
perkebunan dan perindustrian ini terbukti membakar lahannya sendiri.
Dalam vonis Mahkamah Agung yang diputuskan pada tanggal 28 Agustus
2015 atas nomor perkara 651 K/PDT/2015 menyatakan terdakwa PT Kalista
Alam yang diwakili oleh Subianto Rusid selaku Direktur PT Kalista Alam
telah terbukti melakukan pembakaran lahan. PT Kalista Alam terbukti
melanggar Pasal 69 ayat (1) huruf H Undang-Undang No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dilakukan
berlanjut juncto pasal 64 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Putusan tersebut juga menyatakan bahwa untuk memulihkan
lahan gambut yang rusak seluas 1.000 hektar, PT Kalista Alam harus
membayar kerugian sejumlah Rp. 366 Miliar lebih atas perbuatan mereka.

Febriana Firdaus @febrofirdaus Published 12.20.PM September 15, 2015,


Mahkamah Agung Hukum Perusahaan Pembakar Lahan Rp 366 Miliar,
diakses 1/1/2017, jam 11.09 PM

Anda mungkin juga menyukai