NAMA
NIM
2016
KATA PENGANTAR
Pertama tama saya panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dan saya juga
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Syamsul Rizal selaku dosen yang mengasuh mata
kuliah ini. Dan kepada teman teman yang turut yang membantu dalam membuat makalah
ini. Melalui tugas makalah ini saya menjadi lebih memahami mengenai Subjek Hukum yang
ada di dalam Hukum Perdata Menurut Kitab Undang Undang Hukum Perdata dengan
Subjek Hukum yang ada di dalam Hukum Internasional untuk melihat bagaimana perbedaan
dan persamaan antara keduanya. Apabila terdapat kesalahan kata kata dalam makalah ini,
saya mohon untuk dimaklumi. Atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..2
DAFTAR ISI3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang4
1.2 Permasalahan.5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dari Subjek Hukum6
2.2 Subjek Hukum Menurut Hukum Perdata.6
2.3 Subjek Hukum Menurut Hukum Internasional..10
2.4 Persamaan dan Perbedaan Terhadap Subjek Hukum Menurut Kedua Hukum15
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN..17
DAFTAR PUSTAKA....18
BAB I
PENDAHULUAN
dan
kewajiban
yang
nantinya
akan
menimbulkan
wewenang
hukum
atau
rechtsbevoegheid, sedangkan arti kata wewenang hukum tersebut ialah subyek dari hak dan
kewajiban.Oleh karena itu dari penjabaran yang telah di tulis di atas dalam makalah ini
penulis mencoba membahas manusia sebagai subjek hukum. Serta bagaimanakah Subjek
Hukum didalam Hukum Internasional dan untuk melihat apakah ada persamaan dan
perbedaan di dalam kedua hukum tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN DARI SUBJEK HUKUM
Hukum itu adalah untuk manusia. Kaidah-kaidahnya berisi perintah, larangan, dan itu
di tujukan kepada anggota-anggota masyarakat. Hukum mengatur hubungan antara anggotaanggota masyarakat , antar subjek hukum. Adapun subjek hukum adalah segala sesuatu yang
dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum.
Hanya manusia yang dapat memperoleh hak dan kewajiban lain dari pada manusia
hanya memperoleh hak saja. Oleh karena itu, manusia diakui sebagai penyandang hak dan
kewajiban, sebagai subjek hukum atau sebagai orang oleh hukum.
Subyek hukum merupakan segala sesuatu yang memiliki hak atau kewenangan
melakukan perbuatan hukum serta cakap dalam masalah hukum. Subyek hukum merupakan
pendukung hak menurut kewenangan atau kekuasaan yang nantinya akan menjadi pendukung
sebuah hak.
2.2 SUBJEK HUKUM MENURUT HUKUM PERDATA
1.
Orang
Subekti mengatakan bahwa dalam hukum, orang (persoon) berarti pembawa hak atau
subyek di dalam hukum. Seseorang dikatakan sebagai subjek hukum (pembawa hak), dimulai
dari ia dilahirkan dan berakhir saat ia meninggal. Bahkan, jika diperlukan, seperti misalnya
dalam hal waris, dapat dihitung sejak ia dalam kandungan, asal ia kemudian dilahirkan dalam
keadaan hidup.
Pengertian secara yuridisnya ada dua alasan yang menyebutkan manusia sebagai
subyek hukum yaitu:
1. Manusia mempunyai hak-hak subyektif
2. Kewenangan hukum, dalam hal kewenangan hukum berarti, kecakapan untuk menjadi
subyek hukum yaitu sebagai pendukung hak dan kewajiban.
Setiap manusia, baik warga negara maupun orang asing adalah subyek hukum.
Sehingga dapat dikatakan, bahwa setiap manusia adalah subyek hukum (sejak dilahirkan
sampai meninggal dunia menurut Pasal 2 KUH Perdata). Walaupun menurut hukum saat ini,
setiap orang tanpa kecuali dapat memiliki hak-haknya, akan tetapi dalam hukum, tidak semua
orang dapat diperbolehkan bertindak sendiri di dalam melaksanakan hak-haknya. Maka dari
itu, mereka digolongkan sebagai orang yang tidak cakap atau kurang cakap untuk
bertindak sendiri dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum, sehingga mereka itu harus
diwakili atau dibantu oleh orang lain. Menurut ketentuan Pasal 1330 KUH Perdata, orangorang yang tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum adalah:
1. Orang yang belum dewasa
6
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP) Pasal 330 Ayat 1 yang
dimaksud dengan orang yang belum dewasa (masih dibawah umur) adalah seseorang yang
usianya belum mencapai 21 tahun, terkecuali yang tercantum pada Ayat 2 bagi seseorang
yang walaupun belum berusia 21 tahun tetapi sudah menikah maka orang tersebut dapat
dianggap dewasa dan dapat melakukan perbuatan hukum, namun apabila pada usia 21 tahun
orang tersebut bercerai maka orang tersebut dianggap sebagai orang yang belum dewasa
(masih dibawah umur).
1. Keborosan
2. Lemah akal budinya, misalnya imbisil atau debisil
3. Kekurangan daya berpikir : sakit ingatan, dungu, dan dungu disertai mengamuk
4. Seorang wanita yang bersuami (para istri)
Menurut KUHP, seorang wanita yang telah menikah tidak diperkenankan bertindak sendiri
didalam lalu lintas hukum tetapi wanita tersebut harus dibantu oleh suaminya karena wanita
telah memiliki suami dianggap kurang cakap untuk bertindak sendiri dalam hukum. Beberapa
pasal KUHP yang membedakan antara kecakapan seorang pria dan wanita yaitu:
1. Wanita dapat menikah jika telah berusia 15 tahun dan pria berusia 18 tahun.
2. Wanita tidak diperbolehkan menikah sebelum lewat dari 300 hari setelah
pernikahannya diputuskan, sementara untuk pria tidak memiliki larangan.
3. Seorang pria dapat mengakui anaknya apabila telah berusia minimal 19 tahun
sedangkan wanita tidak memilik batasan usia.
Namun untuk saat ini, ketentuan tersebut sudah tidak berlaku seiring dengan diundangkannya
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan). Pasal 31 Ayat
2 UU Perkawinan menentukan bahwa masing-masing pihak berhak untuk melakukan
perbuatan hukum.
2.
Badan Hukum
Subekti mengatakan bahwa di samping orang, badan-badan atau perkumpulanperkumpulan juga memiliki hak dan melakukan perbuatan hukum seperti seorang manusia.
Badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan itu mempunyai kekayaan sendiri, ikut serta
dalam lalu lintas hukum dengan perantara pengurusnya, dapat digugat, dan dapat juga
menggugat di muka hakim.
Dalam hukum perdata ,suatu badan hukum (sebagai suatu subyek hukum mandiri;
persona standi in judicio) dapat melakukan perbuatan melawan hukum (onrechtmatig
handelen; tort). Badan hukum memiliki kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum
seperti halnya yang dilakukan oleh orang, tetapi perbuatan hukum itu hanya terbatas pada
bidang hukum harta kekayaan saja.Dikarenakan wujudnya adalah badan atau lembaga, maka
dalam mekanisme pelaksanaannya badan hukum bertindak dengan perantara penguruspengurusnya.
Badan hukum perdata terdiri dari beberapa jenis, diantaranya perkumpulan,
sebagaimana terdapat dalam Pasal 1653 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH
Perdata); Perseroan Terbatas (Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas); Koperasi (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian); dan
Yayasan (Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Yayasan sebagaimana yang telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2004).
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan mengatakan: Baik perhimpunan maupun yayasan
kedua-duanya berstatus sebagai badan hukum, jadi merupkana person pendukung hak dan
kewajiban.
Kalau dilihat dari pendapat tersebut badan hukum dapat dikategorikan sebagai subjek
hukum sama dengan manusia disebabkan karena:
1. Badan hukum itu mempunyai kekayaan sendiri
2. Tahta Suci
Di samping negara, sejak dulu Takhta Suci (Vatikan) merupakan subjek hukum
internasional. Hal ini merupakan peninggalan sejarah masa lalu. Ketika itu, Paus bukan hanya
merupakan kepala Gereja Roma, tetapi memiliki pula kekuasaan duniawi. Hingga sekarang,
Takhta Suci mempunyai perwakilan diplomatik di banyak ibukota negara, termasuk di
Jakarta.
11
Takhta Suci merupakan suatu subjek hukum dalam arti yang penuh. Oleh karena itu,
Takhta Suci mempunyai kedudukan sejajar dengan negara. Kedudukan seperti itu terjadi
terutama setelah diadakannya perjanjian antara Italia dan Takhta suci pada tanggal 11
Februari 1929, yang dikenal sebagai Perjanjian Lateran (Lateran Treaty). Berdasarkan
perjanjian itu, pemerintah Italia antara lain mengembalikan sebidang tanah di Roma kepada
Takhta Suci. Dalam sebidang tanah itulah kemudian didirikan Negara Vatikan.
Tahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat
Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan mengenai
penyerahan sebidang tanah di Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi lain dapat
dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci sebagai pribadi hukum
internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan kewenangannya, tidak seluas tugas
dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas pada bidang kerohanian dan kemanusiaan,
sehingga hanya memiliki kekuatan moral saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin
tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia.
3. Palang Merah Internasional
Palang Merah Internasional (PMI), yang berkedudukan di Jenewa, mempunyai tempat
tersendiri dalam sejarah hukum internasional. Kedudukan Palang Merah Internasional
sebagai subjek hukum internasional lahir karena sejarah masa lalu. Pada umumnya, kini
Palang Merah Internasional diakui sebagai organisasi internasional yang memiliki kedudukan
sebagai subjek hukum internasional, walaupun dengan ruang lingkup terbatas. Dengan kata
lain, Palang Merah Internasional bukan merupakan subjek hukum internasional dalam arti
yang penuh.
Pada awal mulanya, Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam ruang
lingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss, yang
dipimpin oleh Henry Dunant dan bergerak di bidang kemanusiaan. Kegiatan kemanusiaan
yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional mendapatkan simpati dan meluas di banyak
negara, yang kemudian membentuk Palang Merah Nasional di masing-masing wilayahnya.
Palang Merah Nasional dari negar-negara itu kemudian dihimpun menjadi Palang Merah
Internasional (International Committee of the Red Cross/ICRC) dan berkedudukan di Jenewa,
Swiss.
4. Organisasi Internasional
12
manusia yang dapat memperoleh hak dan kewajiban lain dari pada manusia hanya
memperoleh hak saja. Oleh karena itu, manusia diakui sebagai penyandang hak dan
kewajiban, sebagai subjek hukum atau sebagai orang oleh hukum. Hukum dibuat untuk
manusia, karena manusia harus memenuhi hak dan kewajiban antar manusia, jadi hukum itu
ada hanya untuk manusia dan hukum tidak ditujukan untuk selain manusia.Dari definisi
tersebut lah dapat dikatan bahwa subjek dari hukum adalah manusia, karena manusia
merupakan makhluk yang memiliki kewenangan dan mempunyai hak dan kewajiban yang
nantinya akan menimbulkan wewenang hukum atau rechtsbevoegheid, sedangkan arti kata
wewenang hukum tersebut ialah subyek dari hak dan kewajiban.
Hal ini juga dipertegas didalam pandangan Hukum Internasional yang memberikan
pengertian bahwa dalam arti yang sebenarnya subjek hukum internasional adalah pemegang
(segala) hak dan kewajiban menurut hukum internasinonal. Kalau mau subjek hukum
internasional demikian dapat kita sebut subjek hukum internasional penuh. Tetapi di dalam
pengertian subjek hukum intenasional ini mencakup pula keadaan bahwa yang dimiliki itu
hanya hak dan kewajiban yang terbatas. Contoh subjek hukum internasional dal arti terbatas
demikian adalah orang perorangan (individu).
PERBEDAAN :
Meskipun terdapat persamaan dari kedua hukum tersebut didalam subjek hukum
yakni Orang perorangan (manusia) tetapi memiliki perbedaan latar belakang mengapa
menjadi orang perorangan (manusia) sebagai subjek hukum mereka. Karena bahwa di dalam
Hukum Perdata itu sendiri Orang Perorangan (manusia) dikatakan sebagai subjek hukum
subjek hukum (pembawa hak), dimulai dari ia dilahirkan dan berakhir saat ia meninggal.
Bahkan, jika diperlukan, seperti misalnya dalam hal waris, dapat dihitung sejak ia dalam
kandungan, asal ia kemudian dilahirkan dalam keadaan hidup.Dan pada dasarnya setiap
manusia merupakan subjek hukum, tetapi tidak semua orang yang merupakan subjek hukum
juga cakap menurut hukum untuk melakukan suatu perbuatan hukum.
Di dalam Hukum Internasional orang perorangan (manusia) sudah agak lama dapat
dianggap sebagai subjek hukum internasional, hal ini dapat dilihat dalam perjanjian
Perdamaian Versailles tahun 1919 yang mengakhiri Perang Dunia I antara Jerman dengan
Inggris dan Perancis, dengan masing masing sekutunya, sudah terdapat pasal pasal yang
memungkinkan orang perorangan mengajukan perkara ke hadapan Mahkamah Arbitrase
Internasional. Jadi dapat dikatakan bahwa orang perorangan (manusia) selain sebagai sbujek
hukum dikarenakan untuk melindungi manusia tersebut yang memiliki hak hak yang
15
minoritas. Apabila suatu perjanjian internasional memberikan hak tertentu kepada orang
peroragan, hak itu harus diakui dan mempunyai daya laku dalam hukum internasional artinya
diakui oleh suatu badan peradilan internasional.
Selain itu yang menjadi kedua hukum tersebut adalah bahwa didalam Hukum Perdata
sendiri tidak ada dibahas tentang subjek hukum lain yang terdapat di dalam Hukum
Internasional seperti Takhta Suci, Palang Merah Internasional, dan Pemberontak. Dan
demikian pula subjek hukum lain yang merupakan bagian dari subjek hukum menurut
Hukum Perdata yaitu Badan Hukum.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Subyek hukum merupakan segala sesuatu yang memiliki hak atau kewenangan
melakukan perbuatan hukum serta cakap dalam masalah hukum. Subyek hukum
merupakan pendukung hak menurut kewenangan atau kekuasaan yang nantinya akan
menjadi pendukung sebuah hak.
16
2. Subjek hukum internasional diartikan sebagai pemilik, pemegang atau pendukung hak
dan pemikul kewajiban berdasarkan hukum internasional. Pada awal mula, dan kelahiran
dan pertumbuhan hukum internasional, hanya negaralah yang dipandang sebagai subjek
hukum internasional. Subjek Hukum Internasional adalah semua pihak atau entitas yang
dapat dibebani oleh hak dan kewajiban yang diatur oleh Hukum Internasional. Hak dan
kewajiban tersebut berasal dan semua ketentuan baik yang bersifat formal ataupun nonformal dari perjanjian internasional ataupun dan kebiasaan internasional.
3. Subjek Hukum menurut Hukum Perdata yaitu Orang dan Badan Hukum.
4. Subjek Hukum menurut Hukum Internasional yaitu Negara, Takhta Suci, Palang Merah
Internasional, Organisasi Internasional, Orang perorangan (individu), dan Pemberontak
dan pihak dalam sengketa (belligerent).
5. Terdapat persamaan dan perbedaan di dalam pandangan terhadap subjek hukum menurut
hukum perdata dan hukum internasional yakni mengenai Orang peorangan (manusia).
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Mertokusumo, Sudikno.2010. Mengenal Hukum. Yogyakarta : Cahaya Atma Pustaka
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Alumni, Jakarta 2003
Projodikoro, Wirjono.2012. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia .Bandung : PT Refika
Aditama
Subekti.2003.Pokok-Pokok Hukum Perdata.Jakarta : PT Intermasa
17
Internet
http://www.zonasiswa.com/2014/11/subjek-hukum-internasional.html
http://www.sridianti.com/subjek-hukum-internasional.html
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol17818/metamorfosis-badan-hukum-indonesia
http://manusiapinggiran.blogspot.co.id/2014/04/subjek-objek-hukum-perdata.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Subyek_hukum
18