Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatNya saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Benda.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang tim penulis hadapi. Tim
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan dari orang-orang sekitar, sehingga kendala-kendala
tersebut dapat teratasi.

Makalah ini disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi dan
referensi. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen yang mengasuh mata kuliah ini
diharapkan dapat memakluminya.Terimakasih.

Medan, 24 Maret 2016

(SHEREN MURNI UTAMI)


NIM : 130200453

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………...1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..2

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………...3

B.Rumusan Masalah…………………………………………………………………...5

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Benda dan Hukum Benda

2.1.2 Defenisi Benda ..............................................................................................6

2.1.2 Defenisi Hukum Benda..................................................................................8

2.2 Manfaat Mempelajari Hukum Benda di Hukum Perdata………………………...10

2.3 Asas- asas Umum Hukum Benda ……………......................................................11

2.4 Macam – macam Hukum Benda ..........................................................................12

SKEMA HUKUM BENDA…………………………………………………….....................18

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................22

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dewasa ini, hukum merupakan salah satu cabang ilmu yang paling luas, karena
hukum mencakup semua norma yang oleh penguasa negara atau penguasa masyarakat
dinyatakan berlaku bagi sebagian atau seluruh masyarakat dengan tujuan mencapai
ketertiban, keadilan, kepastian hukum, kesejahteraan, kedamaian, dll (definisi hukum
menurut HMN Sucipto). Hal ini menyebabkan hukum semakin bertambah luas karena
tumbuh dan berkembang seiring dengan perjalanan hidup seluruh umat manusia. Para
pembuat hukum selalu berusaha untuk menciptakan hukum yang mampu mengatasi setiap
masalah yang telah muncul dan mungkin akan muncul dalam kehidupan sosialisasi manusia.
Salah satu cabang yang diatur dalam hukum perdata yang cenderung melahirkan konflik
adalah permasalahan mengenai harta benda, yang diatur dalam hukum kebendaan.

Hukum Kebendaan berkaitan erat dengan Hukum Keperdataan; hal ini disebabkan
hukum benda adalah salah satu bidang hukum dari Hukum Perdata. Untuk mengetahui
dengan jelas dimanakah posisi hukum kebendaan dalam hukum perdata terlebih dahulu akan
digambarkan sistematika pembidangan hukum menurut hukum perdata.

Hukum Perdata mengenal dua macam sistematika pembidangan hukum yaitu


sistematika yang ditentuan undang – undang dan dimuat dalam Kitab Undang – Undang
Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata), dan sistematika yang dirumuskan oleh
1
para ahli dibidang ilmu pengetahuan hukum (doctrine) di luar undang – undang.

Kedua pembidangan hukum sebagaimana yang dimaksud adalah sebagai berikut

a. Sistematika hukum perdata menurut Pembentuk Undang – undang.

Buku I : tentang Perorangan (Van Personen)

Buku II : tentang Kebendaan (Van Zaken)

Buku III : tentang Perikatan (Van Verbintenissen)

1 Ny. Frieda Husni Hasbullah SH.,MH, Hukum Kebendaan Perdata (jilid 1: hak-hak yang
memberi kenikmatan), Jakarta: Penerbit Ind-Hil-Co,2005, hal. 7-9.

3
Buku IV : tentang Pembuktian dan Daluwarsa (Van Bewijs en Verjaring)

Sistematika di atas sebenarnya terpengaruh oleh sistematika Corpus luris Civilis dari
Institutiones Justinianus, Kaisar Romawi yang memerintah pada abad VI Masehi atau antara
tahun 524 M – 565 M, dan merupakan kodifikasi hukum perdata Romawi.

Kodifikasi Justiniasnus terbagi dalam empat bagian yaitu :

1) Institutiones

Dalam bagian ini berisikan antara lain tentang pengertian – pengertian, tentang lembaga –
lembaa hukum dan lain – lain yang terdapat dalam hukum Romawi.

2) Pandecta

Berisikan himpunan pendapat dari ahli – ahli hukum Romawwi yang terkenal.

3) Codex

Berisikan himpunan perundang – undangan (leges lex) yang dibukukan oleh para ahli
hukum atas perintah Kaisar Romawi.

4) Novelles

Merupakan himpunan penjelasan atau komentas atas codex tersebut.

b. Sistematika Hukum Perdata menurut Ilmu Pengetahuan Hukum (Doctrine)

(1) Hukum Perorangan (Personenrecht)

(2) Hukum Kekeluargaan (Familierecht)

(3) Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht)

(4) Hukum Waris (Erfrecht)

Hukum Kebendaan diatur dalam Buku II KUHPerdata dan jika kita telaah, seluruh hal
yang tercakup dalam hukum kebendaan dapat dipecah menjadi 5 bagian, yaitu mengenai
kebendaan dan hak kebendaan pada umumnya, mengenai hak kebendaan yang memberi
kenikmatan, mengenai pewarisan, menganai piutang-piutang yang diistimewakan, dan

4
mengenai hak kebendaan yang memberikan jaminan. Pengaturan tentang hukum benda dalam
Buku II KUHPerdata ini mempergunakan sistem tertutup, artinya orang tidak diperbolehkan
mengadakan hak - hak kebendaan selain dari yang telah diatur dalam undang undang ini.
Selain itu, hukum benda bersifat memaksa (dwingend recht), artinya harus dipatuhi, tidak
boleh disimpangi, termasuk membuat peraturan baru yang menyimpang dari yang telah
ditetapkan .

Pada masa kini, selain diatur di Buku II KUHPerdata, hukum benda juga diatur
dalam:

a.Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur hak hak kebendaan yang
berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya.

b. Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang hak atas
penggunaan merek perusahaan dan merek perniagaan .

c.Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur tentang hak cipta sebagai
benda tak berwujud, yang dapat dijadikan obyek hak milik .

d. Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang mengatur tentang hak
atas tanah dan bangunan diatasnya sebagai pengganti hipotik dan crediet verband .

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari pemaparan diatas saya mengambil beberapa pertanyaan untuk menjadi kajian
dasar dalam menyusun makalah ini, yaitu :
A. Apakah yang dimaksud dengan Benda dan Hukum Benda ?
B. Apakah manfaat dari mempelajari Hukum Benda di dalam Hukum Perdata ?
C. Bagaimanakah asas- asas didalam Hukum Benda ?
D. Bagaimanakah macam – macam dari Hukum Benda ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI BENDA DAN HUKUM BENDA

2.1.1. Defenisi Benda

Apa yang dimaksud dengan benda tersimpul dari ketentuan Pasal 499 KUH Perdata
yang menyatakan “ Menurut paham undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah, tiap-
tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasi oleh hak milik.” Dari defenisi tersebut dapat
disimpulakn bahwa pengertian benda adalah segala sesuatu yang dapat dihaki atau dijadikan
obek hak milik. Cakupan benda sangat luas, oleh karena itu disamping istilah benda (zaak),
didalamnya terdapat istilah barang (goed) dan hak (recht). Istilah barang menunjuk pada
benda yang konkrit, seperti meja, buku, dll , sedangkan hak menunjuk pada barang yang
immateriil¸misalnya Hak atas kekayaan Intelektual atau piutang dan hak penagihan.

Selanjutnya Pasal 499 KUH Perdata tersebut menetapkan bahwa benda yang berupa
barang dan hak dapat dikuasai oleh hak milik. Kata “dapat” menurut Prof. Mariam Darus
Badrulzaman mempunyai arti yang penting karena membuka berbagai kemungkinan yaitu
pada saat – saat tertentu “sesuatu” itu belum berstatus sebagai objek hukum, namun pada saat
– saat lain merupakan objek hukum, seperti aliran listrik. Sedangkan untuk menjadi objek
hukum harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu penguasaan manusia, mempunyai nilai
ekonomi dan karenanya dapat dijadikan sebagai objek (perbuatan) hukum. 2

Menurut UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jalminan Fidusia (UUF) tanggal 30


September 1999, Pasal 1 ayat (4) UUF menyatakan “ Benda adalah segala sesuatu yang dapat
dimiliki dan. dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar

2 Mariam Dams Badrulzaman, Mencan Sistem Hukum Benda Nasional,Bandung: Alumni


1983, hal. 35

6
maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang tidak dapat
dibebani hak tanggungan atau hipotik”.

Salah satu syarat untuk menjadi objek hukum adalah harus dikuasi oleh manusia.
Penguasaan manusia atas benda sebenarnya berkaitan erat dengan posisi manusia sebagai
subjek hukum yaitu selaku pendukung hak dan kewajiban. Benda dalam arti sempit adalah
segala sesuatu yang berwujud nyata,dapat dilihat dan dipegang. Sedangkan benda dalam arti
luas adalah benda dalam arti sempit ditambah dengan harta kekayaan yang dapat terdiri dari
bagian berwujud misalnya hasil karena perbuatan alam (natuurlijke vruchten) seperti buah
dari pohon ,susu sapi atau telor ayam dan hasil dari pekerjaan/perbuatan manusia misalnya
bercocok tanam seperti ubi, talas, kentang; serta bagian harta kekayaan yang tidak berwujud
yaitu yang timbul sebagai akibat hubungan hukum tertentu (burgerlijke vruchten) misalnya
piutang serta penagihan – penagihan seperti uang sewa, upeti, angsuran dan bunga (lihat
pasal – pasal 500 – 507 dan pasal – pasal 766,775 dan 776 KUHPerdata). Sedangkan yang
termasuk benda dalam arti luas yang tidak berwujud dan bukan bagian dari harta kekayaan
namun berbentuk hak – hak seperti telah disinggung ialah hak pengarang, hak paten dan hak
merek. Ketiga macam hak tersebut sebenarnya tidak langsung mengenai suatu benda tetapi
merupakan suatu hak untuk mempergunakan sesuatu. Hak ini hanya diberikan kepada orang
yang berhak, tidak kepada orang lain, karena itu sering disebut hak monopoli. Dengan
demikian benda dalam arti luas mencakup baik benda berwujud dalam arti sempit maupun
bagian dari harta kekayaan berwujud dan tidak berwujud ditambah dengan benda tidak
berwujud yang bukan bagian dari harta kekayaan. 3

Selain daripada itu di dalam KUHPerdata terdapat istilah Zaak yang tidak berarti benda tetapi
dipakai untuk arti yang lain, yaitu misalnya:

1. Pasal 1792 KUHPerdata: Pemberian kuasa ialah suatu perjanjian yang disitu
seseorang memberikan kuasa kepada seorang lain danorang ini menerimanya untuk
melakukan suatu zaak lastgever itu (Zaak disini berarti perbuatan hukum)
2. Pasal 1354 KUHperdata: apabila seseorang dengan sukarela tanpa mendapat
pesanan untuk itu untuk menyelenggarakan zaak seorang lain dengan atau tanpa diketahui
orang lain dan sebagainya (Zaak disini berarti kepentingan).
3. Pasal 1263 KUHPerdata : perutangan dengan syarat menunda ialah perutangan yang
tergantung daripada suatu kejadian yang akan datang dan tidak pasti atau daripada suatu
3 Ny. Frieda Husni Hasbullah SH.,MH, Op.cit hal.24

7
zaak yang sudah terjadi tetapi belum diketahui oleh para pihak (Zaak disini mempunyai
arti kenyataan hukum)

2.1.2 Defenisi Hukum Benda

Dalam kamus hukum disebutkan pengertian hukum benda, yaitu:


Hukum benda adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan-
hubungan hukum antara subyek hukum dengan benda dan hak kebendaan.

Hukum benda (zakenrecht) adalah hukum tentang benda yaitu kumpulan segala
macam aturan hukum tentang benda. Aturan hukum tersebut terdapat dalam Buku II KUH
Perdata mulai pasal 499 sampai dengan pasal 1232 dengan materi tentang pengertian benda,
tentang pembedaan macam-macam benda dan tentang hak-hak kebendaan. Sistem
pengaturannya adalah tertutup artinya seseorang tidak dapat mengadakan hak hak kebendaan
yang baru selain yang telah diatur dalam Buku II KUHPerdata.

Menurut ilmu pengetahuan hukum (doktrin), kemungkinan memperjanjikan hak – hak


kebendaan selain yang telah diatur dalam Pasal 528 KUHPerdata tidak dimungkinkan. Alasan
yang dikemukakan doktrin antara lain sebagai berikut :

a. Hukum kebendaan tidak mengenal asas “kebebasan berkontrak” seperti yang dikenal Buku
III KUHPerdata.
b. Hukum kebendaan pada umumnya bersifar memaksa (dwingendrecht).
c. Hukum kebendaan bersifat mutlak artinya, memberi kewenangan kepada orang yang
memilikinta untuk mempertahankannya terhadap gugatan orang lain.
d. Hak kebendaan dapat dihadapkan pada hak perorangan yaitu hak yang hanya berlaku dan
hanya dapat dipertahankan yang hanya berlaku dan hanya dapat dipertahankan terhadap
pihak lawannya dalam perjanjian.

Sedangkan atas suatu kebendaan menurut Pasal 528 KUHPerdata tersebut seseorang dapat
mempunyai baik suatu kedudukan berkuasa, maupun hak milik, hak waris, hak pakai hasil.
hak pengabdian tanah, hak gadai dan hipotik.

Menurut Titik Triwulan Tutik, hukum benda adalah suatu ketentuan yang mengatur
tentang hak-hak kebendaan dan barang-barang tak terwujud (immaterial). Hukum harta
kekayaan mutlak disebut juga dengan hukum kebendaan: yaitu hukum yang mengatur tentang

8
hubungan hukum antara seseorang dengan benda. Hubungan hukum ini, melahirkan hak
kebendaan (zakelijk recht) yakni yang memberikan kekuasaan langsung kepada seseorang
yang berhak menguasai ssesuatu benda didalam tangan siapapun benda itu. Menurut Titik Tri
wulan Tutik mengemukakan pengertian hukum kekayaan relatif yang merupakan bagian dari
hukum harta kekayaan, yaitu : ketentuan yang mengatur utang piutang atau yang timbul
karena adanya perjanjian. Hukum harta kekayaan relatif disebut juga dengan hukum
perikatan, yaitu : hukum yang mengatur hubungan hukum antara seseorang dengan seseorang
lain. Hubungan hukum ini menimbulkan hak terhadap seseorang atau perseorangan
(personalijk recht), yakni hak yang memberikan kekuasaan kepada seseorang untuk menuntut
seseorang yang lain untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.4

Menurut P.N.H.Simanjuntak, hukum benda yaitu Hukum benda adalah peraturan-


peraturan hukum yang mengatur mengenai hak-hak kebendaan yang sifatnya mutlak.5

Menurut Prof. Soediman Kartihadiprojo, bahwa hukum kebendaan ialah semua


kaidah hukum yang mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak-hak atas
benda.

Menurut Prof.L.J Van Apel Doorn, yaitu hukum kebendaan adalah peraturan
mengenai hak-hak kebendaan.

Menurut Prof.Sri Soedewi Masjchoen Sofwan juga mengemukakan ruang lingkup


yang diatur dalam hukum benda itu, sebagai berikut: Apa yang diatur dalam dalam hukum
benda itu. Pertama-tama hukum benda itu mengatur pengertian dari benda, kemudian
pembedaan macam-macam benda dan selanjutnya bagran yang terbesar mengatur mengeras
macam-macam hak kebendaan.6

Menurut Subekti membagi menjadi 3 benda :

4 https://tommizhuo.wordpress.com/2015/02/13/hukum-perdata-hukum-benda-macam-
macam-benda-asas-asas-kebendaan/, diakses pada 24 Maret 2016, pukul 21.35 WIB.

5 Triwulan Tutik, Titik: Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana, Jakarta,
2008 hal.45

6 Soedewi Mascjhoen Sofwan, Sri: Hukum Perdata Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta,
2000 hal.57

9
 Benda dalam arti luas adalah segala sesuatu yang dapat dihaki oleh setiap orang.

 Benda dalam arti sempit adalah barang yang dapat terlihat saja.

 Benda adalah sebagai objek hukum.

Dari uraian diatas, intinya dari hukum benda atau hukum kebendaan itu adalah
serangkaian keetentuan hukum yang mengatur hubungan hukum secara langsung antara
seseorang (subyek hukum) dengan benda (objek dari hak milik) yang melahirkan
berbagai hak kebendaan (Zakelijk recht). Hak kebendaan memberikan kekuasaan
langsung kepada seseorang dalam penguasaan dan kepemilikan sesuatu benda
dimanapun bendanya berada. disini adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang
pengertian benda, pembedaan benda dan hak-hak kebendaan.

2.2. MANFAAT MEMPELAJARI HUKUM BENDA DI DALAM HUKUM PERDATA

Di dalam Hukum Benda itu sendiri terdapat beberapa macam benda dan semuanya itu
dibedakan dan perbedaan tersebut memiliki manfaat, yakni sebagai :

- Kedudukan berkuasa (bezit)

- Penyerahan (levering)

- Pembebanan (bezwaring)

- Daluarsa (verjaring)

Perbedaan antara benda bergerak dan benda tidak bergerak itu penting dalam hal:
a. Penyerahan ke tangan orang lain, sebab penyerahan benda tidak bergerak pada umunya
dilakukan balik nama pada daftar umum, sedangkan penyerahan benda bergerak dilakukan
dengan penyerahan belaka (nyata)
b. Penting dalam hal dipakai sebagai tanggungan, yaitu benda bergerak dengan cara gadai,
sedangkan benda tidak bergerak dengan cara hipotik

10
c. Dalam hal pemilikannya, yaitu benda bergerak tidak diharuskna menitik-beratkan pada
adanya surat menyurat, sedangkan benda tidak bergerak sedapat mungkin menitik-beratkan
pada danya surat-menyurat untuk memudahkan apabila kemudian terjadi persengketaan.

2.3. ASAS – ASAS UMUM HUKUM BENDA

Sesuai dengan sistem pengaturannya yang bersifat tertutup, aturan – aturan hukum
benda pada dasarnya berhubungan erat dengan asas- asas umum yang terkandung di
dalamnya. Sebagaimana diketahui asas- asas hukum benda dapat dibagi dalam sepuluh asas.
Namun sesuai dengan perkembangannya, ada hal – hal atau ketentuan – ketentuan yang tidak
berlaku lagi dan ada ketentuan-ketentuan baru yang diberlakukan. Adapun asas – asas umum
hukum benda yang dimaksud, yaitu : 7

1. Merupakan Hukum Pemaksa (dwingendrecht). Bahwa orang tidak boleh mengadakan hak
kebendaan yang sudah diatur dalam UU. Aturan yang sudah berlaku menurut UU wajib
dipatuhi atau tidak boleh disimpangi oleh para pihak.

2. Asas Dapat Dipindah tangankan. Yaitu semua hak kebendaan dapat dipindah tangankan.
Menurut perdata barat, tidak semua dapat dipindah tangankan ( seperti hak pakai dan hak
mendiami) tetapi setelah berlakunya undang-undang hak atas tanah UUHT, semua hak
kebendaan dapat dipindah tangankan.

3. Asas Individualitas. Yaitu objek kebendaan selalu benda tertentu, atau dapat ditentukan
secara individual, yang merupakan kesatuan. Hak kebendaan selalu benda yang dapat
ditentukan secara individu. Artinya berwujud dan merupakan satu kesatuan yang
ditentukan menurut jenis jumlahnya. Contoh: rumah, hewan.

4. Asas Totalitas. Yaitu hak kebendaan terletak diatas seluruh objeknya sebagai satu kesatuan.
Contoh: seorang memiliki sebuah rumah, maka otomatis dia adalah pemilik jendela, pintu,
kunci, dan benda-benda lainnya yang menjadi pelengkap dari benda pokoknya (tanah).

7 Ny. Frieda Husni Hasbullah SH.,MH, Op.cit hal. 34

11
5. Asas Tidak Dapat Dipisahkan.Yaitu orang yang berhak tidak boleh memindah tangankan
sebagian dari kekuasaan yang termasuk hak kebendaan yang ada padanya. Contoh:
seseorang tidak dapat memindah tangankan sebagian dari wewenang yang ada padanya
atas suatu hak kebendaan, seperti memindahkan sebagian penguasaan atas sebuah rumah
kepada orang lain. Penguasaan atas rumah harus utuh, karena itu pemindahannya harus
juga utuh.

6. Asas Prioritas. Yaitu: asas yang menyatakan bahwa seseorang hanya dapat memberikan
hak yang tidak melebihi apa yang dimilikinya atau seseorang tidak dapat memindahkan
haknya kepada orang lain lebih besar daripada hak yang ada pada dirinya. Oleh karena itu,
kadang – kadang asas prioritas dapat diterobos yang mengakibatkan urutan hak kebendaan
menjadi terganggu. Misalnya, seorang memberikan wewenang kepada temannya untuk
menempati rumahnya, tetapi rumah tersebut oleh temannya itu malah dijaminkan dengan
hak tanggungan maka disini asas prioritas diterobos sebab yang didahulukan adalah hak
tanggungannya.

7. Asas Pencampuran (Vermenging). Pencampuran terjadi bila dua atau lebih hak melebur
menjadi satu.

8. Pengaturan dan perlakuan yang berbeda terhadap benda bergerak dan benda tidak
bergerak.

9. Asas Publisitas (openbaarheid). Yaitu hak kebendaan atas benda tidak bergerak
diumumkan dan di daftarkan dalam register umum. Contoh: pengumuman status
kepemilikan suatu benda tidak bergerak (tanah) kepada masyarakat melalui pendaftaran
dalam buku tanah/ register.sedangkan pengumuman benda bergerak terjadi melalui
penguasaan nyata benda itu.

10. Perjanjian Kebendaan (zakelijke overeenkomst). Yaitu : perjanjian yang mengakibatkan


berpindahnya hak kebendaan. Setelah perjanjian kebendaan selesai dilakukan, maka tujuan
pokoknya sudah tercapai, yaitu terciptanya hak kebendaan misalnya gadai, hak
tanggungan dan lain- lain.

2.4. MACAM – MACAM HUKUM BENDA

12
Pembedaan berbagai macam kebendaan dalam hukum perdata berdasarkan perspektif kitab
undang-undang hukum perdata. KUH Perdata membeda-bedakan benda dalam berbagai
macam,

a. Kebendaan dibedakan atas benda tidak bergerak (anroe rende zaken) dan benda
bergerak (roerendes zaken) (Pasal 504 KUH Perdata)

b. Kebendaan dapat dibendakan pula atas benda yang berwujud atau bertubuh (luchamelijke
zaken) dan benda yang tidak berwujud atau berubah (onlichme Lijke Zaken) (Pasal 503
KUH Perdata)

c. Kebendaan dapat dibedakan atas benda yang dapat dihabiskan (verbruikbare zaken) (Pasal
505 KUH Perdata), pembedaan kebendaan demikian ini diatur dalam pasal -pasal 503,504
dan 505 KUH perdata yang berbunyi sebagai berikut: (pasal 503, tiap-tiap kebendaan
adalah bertubuh/ tidak bertubuh), (pasal 504, tiap-tiap kebendaan adalah bergerak atau
tidak bergerak, satu sama lain menurut ketentuan -ketentuan dalam kedua bagian berikut),
(pasal 505, tiap-tiap kebendaan bergerak adalah dapat dihabiskan/tak dapat dihabiskan
kebendaan terlepas dn benda-benda sejenis itu, adalah kebendaan bergerak). Selain itu,
baik didalam buku I dan buku II KUH Perdata, kebendaan dibedakan atas benda yang
sudah ada (tegenwoordige zaken) dan benda yang baru akan ada (taekomstige zaken)
(Pasal 1134 KUH Perdata) dibedakan lagi atas kebendaan dalam perdagangan (zaken in de
handel) dan benda diluar perdagangan (zaken buiten de handel) (Pasal 1332 KUH
Perdata), kemudian kebendaan dibedakan lagi benda yang dapat dibagi (deelbare zaken)
dan benda yang tidak dapat dibagi (ondeelbare zaken) (Pasal 1163 KUH Perdata),
serta akhirnya kebendaan dibedakan atas benda yang dapat diganti (vervangbare zaken)
dan benda yang tidak dapat dibagi (onvervange zaken) (Pasal 1694 KUH Perdata).
Pembedaan benda yang sangat penting yaitu pembedaan atas benda bergerak dan tidak
bergerak serta benda terdaftar dan benda tidak terdaftar. Pembedaan macam kebendaan
berdasarkan totalitas bendanya :

Didasarkan kepada ketentuan dalam pasal 500 dan pasal 501 KUH Perdata yang
menyatakan

sebagai berikut :

Pasal 500

13
“Segala apa yang kaarena hukum perlekatan termasuk dalam sesuatu kebendaan
sepertipun segala hasil dari kebendaan itu, baik hasil karena alam maupun hasil
karena pekerjaan orang lain, selama yang akhir-akhir ini melekat paada kebendaan
itu laksana dan akar terpaut pada tanahnya, kesemuanya itu adalah bagian dari pada
kebendaan tadi”.8

Pasal 501

“Dengan tak mengurai ketentuan-ketentuan istimewa menurut undang-undang


atau karena perjanjian tiap-tiap hasil perdata adalah bagian dari pada sesuatu
kebendaan, jika dan selama hasil itu belum dapat ditagih”.9

Dari pasal-pasal diatas benda dapat dibagi menjadi benda pokok (utama) dan benda
perlekatan. Benda pokok adalah benda yang semula telah dimiliki oleh seseorang
tertentu sedangkan benda perlekatan adalah setiap yang (1) karena perbuatan alam ; (2)
karena perbuatan manusia ; (3) karena hasil perdata yang belum dapat ditagih.

d. Benda tak bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya, tujuannya atau
penetapan undang-undang dinyatakan sebagai benda tak bergerak. Ada 3 golongan benda tak
bergerak, yaitu :

a) Benda menurut sifatnya tak bergerak dapat dibagi menjadi 3 macam :

1. Tanah

2. Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena tumbuh dan berakar serta
bercabang (seperti tumbuh-tumbuhan, buah-buahan yang belum dipetik, dan sebagainya)

3. Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena didirikan diatas tanah, yaitu
karena tertanam dan terpaku seperti tanaman.

b) Benda yang menurut tujuan pemakaiannya supaya bersatu dengan benda tak bergerak,

yaitu :

1. Pada pabrik ; segala macam mesin-mesin katel-katel dan alat-alat lain yang dimaksudkan
supaya terus-menerus berada disitu untuk digunakan dalam menjalankan pabrik.
8 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
9 Ibid

14
2. Pada suatu perkebunan ; segala sesuatu yang dapat digunakan rabuk bagi tanah,
ikan dalam kolam dan lain-lain.

3. Pada rumah kediaman ; segala kacak, tulisan-tulisan, dan lain-lain serta alat-alat
untuk menggantungkan barang-barang itu sebagai bagian dari dinding, sarang burung
yang dapat dimakan (walet)

4. Barang reruntuhan dari suatu bangunan, apabila dimaksudkan untuk dipakai guna untuk

mendirikan lagi bangunan itu.

c) Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai benda tak bergerak, yaitu :

Hak-hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tak bergerak (seperti : hak opstal,

hak hipotek, hak tanggungan dan sebagainya)

Kapal-kapal yang berukuran 20 meter kubik keatas (WvK)

e. Benda bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya, tujuannya atau penetapan
dalam undang-undang dinyatakan sebagai benda bergerak. Ada 2 golongan benda bergerak,
yaitu:Benda yang menurut sifatnya bergerak dalam arti benda itu dapat dipindah atau
dipindahkan dari suatu tempat ketempat lain. Misalnya : kendaraan (seperti : sepeda,
sepeda motor, mobil); alat-alat perkakas (seperti : kursi, meja, alat-alat tulis).

f. Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai benda bergerak adalah segala
hak atas benda-benda bergerak. Misalnya : hak memetik hasil, hak memakai, hak atas bunga
yang harus dibayar selama hidup seseorang, hak menuntut dimuka pengadilan agar uang
tunai atau benda-benda beregerak diserahkan kepada seseorang (penggugat), dan lain-lain.

g. Perbedaan mengenai benda bergerak dan benda tak bergerak tersebut penting artinya,
karena adanya ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku bagi masing-masing golongan benda
tersebut, misalnya : pengaturan mengenai hal -hal sebagai berikut :

 Mengenai hak bezit

15
Untuk benda bergera ada ketentuan dalam pasal 1997 ayat (1) BW yang menentukan,
barang siapa yang menguasai bendaa bergerak dianggap ia sebagai pemiliknya

 Mengenai pembebanan (bezwaring)

Terhadap benda bergerak harus digunakan lembaga jaminan gadai (pand). Sedangkan
benda tak bergerak harus digunakan lembaga jaminan hyphoteek. (pasal 1150 dan pasal 1162
BW).

 Mengenai penyerahan (levering)

Pasal 612 BW menetapkan bahwa penyerahan benda bergerak dapat dilakukan


dengan penyerahan nyata. Sedangkan benda tak bergerak, menurut pasal 616 BW harus
dilakukan dengan balik nama pada daftar umum.

 Mengenai kedaluarsa (verjarinng)

Terhadap benda bergerak tidak dikenal daluarsa, sebab bezti sama dengan
eigendom. Sedangkan benda tak bergerak mengenai kadaluarsa. Seseorang dapat mempunyai
hak milik karena lampaunya 20 tahun (dalam hal ada alas yang sah) atau 30 tahun (dalam hal
tidak ada alas hak), yang disebut dengan “acquisitive verjaring”.

 Mengenai penyitaan (beslag)

h. Revindicatior beslag adalah penyitaan untuk menuntut kembali suatu benda bergerak
miliknya pemohon sendiri yang ada dalam kekuasaan orang lain.

i. Benda yang musnah.Sebagaimana diketahui, bahwa objek hukum adalah segala sesuatu
yang berguna bagi subyek hukum dan yang dapat menjadi pokok (obyek) suatu hubungan
hukum. Maka bendabenda yang dalam pemakaiannya akan musnah, kegunaan benda-
benda itu terletak pada kemusnahannya. Misalnya : makanan dan minuman, kalau
dimakan dan diminum (artinya musnah) baru memberi manfaat bagi kesehatan.

j. Benda yang tetap ada.Benda yang tetap ada ialah benda-benda yang dalam
pemakaiannya tidak mengakibatkan benda itu musnah, tetapi memberi manfaat bagi
pemakaiannya. Seperti : cangkir, sendok, piring, mobil, motor, dan sebagainya.

16
k. Benda yang dapat diganti dan benda yang tak dapat diganti.Menurut pasal 1694, BW
pengambilan barang oleh penerima titipan harus in natura, artinya tidak boleah diganti oleh
benda lain. Oleh karena itu, maka perjanjian pada penitipan barang umumnya hanya
dilakukan mengenai benda yang tidak musnah.Bilamana benda yang dititipkan berupa uang,
maka menurut pasal 1714 BW, jumlah uang yang harus dlkembalikan harus dalam mata uang
yang sama pada waktu dititipkan, baik mata uang itu telah naik atau turun nilainya. Lain
halnya jika uang tersebut tidak dititipkan tetapi dipinjam menggantikan, maka yang
menerima pinjaman hanya diwjibkan mengembalikan sejumlah uang yang sama banyaknya
saja, sekalipun dengan mata uang yang berbeda dari waktu perjanjian (pinjam mengganti)
diadakan.

l. Benda yang diperdagangkan.Benda yang diperdagangkan adalah benda-benda yang dapat


dijadikan objek (pokok) suatu perjanjian. Jadi semua benda yang dapat dijadikan pokok
perjanjian dilapangan harta kekayaan termasuk benda yang dipertahankan.

m. Benda yang tak diperdagangkan. Benda yang tak diperdagangkan adalah benda-benda
yang tidak dapat dijadikan objek (pokok) suatu perjanjin dilapangan harta kekayaan.

Dalam doktrin ilmu hukum benda juga dapat dibedakan :

 Benda tambahan : merupakan buh-buah atau hasil-hasil dari status benda pokok yang
dalam hal ini buah atau hasil tersebut terwujud dalam bentuk hasil alam, hasil
pekerjaan manusia, dan hasil perdata yang telah dapat di tagih.

 Benda ikutan : yang mengikuti status benda pokok, yang tanpa benda pokok tersebut
benda ikutan ini tidak akan mempunyai arti, meskipun benda ikutan ini sendiri tidak
melekat pada benda pokoknya.

Pembedaan macam kependaan berdasarkan kepemilikannya ;

Ketentuan dalam pasal 519 KUH Perdata menyatakan bahwa ada kebendaan
yang bukan milik siapapun juga, kebendaan lainnya milik Negara, milik badan kesatuan atau
milik seseorang. Berdasarkan ketentuan dalam pasal 519 KUH Perdata, maka suatu
bisa merupakan:

a. Kebendaan ( bergerak) yang tidak ada pemiliknya ( Rer Nullius )

17
b. Kebendaan milik negara

c. Kebendaan milik Badan Kesatuan, yaitu kebendaan milik bersama dari


perkumpulan- perkumpulan

d. Kebendaan milik seseorang, yaitu kebendaan milik satu orang atau lebih
dalam perseorangan.

SKEMA HUKUM BENDA

HUKUM BENDA / ZAAK (BUKU II) BW

Ada pasal yang masih berlaku

PASAL-PASAL YANG MASIH BERLAKU

18
Pentingnya Membedakan B. Bergerak/Tidak Bergerak

No BENDA BERGERAK BENDA TAK BERGERAK

01 Hak Bezit Barang siapa mengusai benda tak bergerak tidak bisa
dianggap sebagai pemilik dari benda tak bergerak itu
P. 1977 KUHPerdata (Bezitter dari benda
bergerak adalah eigenaar

02 Pembebanan (bezwaring) Harus dilakukan dengan lembaga jaminan Hypotheek


(P.1150 dan P.1162 KUHPerdata)
Harus digunakan lembaga jaminan gadai
pand

03 Penyerahan (Levering) P. 1616 KUHPerdata

P.612 KUHPerdata. Dapat dilakukan dengan Harus dilakukan dengan balik nama pada daftar umum
penyerahan nyata

19
04 Kadaluarsa (Verjaring) Seorang dapat memperoleh hak milik karena
lampaunya 20 tahun (dalam hal ada alas hak yang sah),
Benda bergerak tidak dikenal kadaluarsa, atau 30 tahun (dalam hal tidak ada alas hak) yang
sebab bezit sm dengan eigendom disebut dengan acquisitieve verjaring

05 Penyitaan (Beslag) Executoir Beslag

Revindikatoir Beslag : penyitaan untuk Penyitaan yang dilakukan untuk melaksanakan putusa
menuntut kembali sesuatu benda bergerak pengadilan
miliknya yang berada dalam kekuasan orang
lain

MACAM – MACAM HAK BENDA

Bezit
Eigendom
Langsung memberikan Opstal
kenikmatan Erfpacht
Vrucht gebruik
Macam Hak
Kebendaan
20

Sebagai jaminan
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Prof. R. Subekti, S.H. dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Ny. Frieda Husni Hasbullah SH.,MH, Hukum Kebendaan Perdata (jilid 1: hak-hak yang
memberi kenikmatan), Jakarta: Penerbit Ind-Hil-Co,2005

Mariam Dams Badrulzaman, Mencan Sistem Hukum Benda Nasional,Bandung: Alumni 1983,

Soedewi Mascjhoen Sofwan, Sri: Hukum Perdata Hukum Benda, Liberty, Yogyakarta, 2000

Triwulan Tutik, Titik: Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana, Jakarta,
2008

21
Internet

https://tommizhuo.wordpress.com/2015/02/13/hukum-perdata-hukum-benda-macam-macam-
benda-asas-asas-kebendaan/s

22

Anda mungkin juga menyukai