Disusun Oleh:
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT. Yang telah memberi karunia yang berupa
nikmat kesempatan, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kompetensi Peradilan (Absolut dan Relatif) ”. Shalawat dan salam
tercurahkan penuh kepada Rasulullah SAW.
Suatu kebahagiaan tersendiri bagi penulis dalam meyusun makalah ini, karena
disini penulis bisa mengapresiasikan apa yang ada dibenak sanubarinya yang berupa
ide dan pikiran dalam rangka ikut mencerdaskan generasi muslimin. Di sisi lain
penulis harus berpikir dan bekerja keras agar makalah yang dibuat akan lebih baik
untuk menjadi generasi bangsa yang cerdas dan memiliki sikap berbudi pekerti yang
luhur dan menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen, dan rekan-rekan
yang telah mendukung penulis sehingga makalah ini dapat selesai dan tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca, yang apabila ada kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan teriring doa semoga sukses.
Amin.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
A. Latar belakang masalah.......................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................................1
C. Tujuan penulisan masalah....................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
A. Pengertian Kompetensi Peradilan......................................................................3
B. Pengertian Kompetensi Absolut............................................................................3
C. Pengertian Kompetensi Relatif..............................................................................5
BAB III....................................................................................................................................6
A. Kesimpulan.....................................................................................................6
B. Kritik dan Saran....................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
C. Tujuan penulisan masalah
1. Agar dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksud kompetensi peradilan.
2. Agar dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan kalimat
kompetensi absolut.
3. Agar dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan kompetensi relatif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1 Mahkamah Agung, Penemuan dan Pemecahan Masalah Hukum dan Peradilan, 2014
3
kehakiman terdiri dari Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan
Peradilan Tata Usaha Negara.
Terhadap kewenangan absolut, walaupun Tergugat tidak mengajukan eksepsi
kewenangan absolut atas perkara yang diajukan ke suatu badan pengadilan, maka
majelis hakim tetap harus memeriksa terkait kewenangan absolutnya untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang diajukan kepadanya. Apabila
terbukti bahwa perkara tersebut bukan merupakan kewenangan absolut pengadilan
yang bersangkutan, maka majelis hakim wajib menghentikan pemeriksaan.
Contoh terhadap kewenangan/kompetensi absolut, yaitu pengajuan gugatan oleh
Penggugat ke Pengadilan Negeri. Dimana diketahui sebelumnya dalam perjanjian
pihak-pihak yang bersengketa terdapat perjanjian arbitrase yang menegaskan pilihan
forum penyelesaian sengketa di Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
Terhadap kewenangan pengadilan yang dianggap tidak sesuai maka Tergugat dapat
menyampaikannya melalui eksepsi. Eksepsi mengenai kewenangan Pengadilan
tersebut diajukan apabila pihak Tergugat merasa gugatan yang diajukan oleh pihak
Penggugat bukan merupakan perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Negeri
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus.
Berdasarkan Pasal 136 HIR, apabila terdapat pengajuan eksepsi mengenai
kewenangan absolut maka hakim akan memeriksa dan memutus terlebih dahulu
mengenai eksepsi tersebut. Terhadap pengajuan eksepsi mengenai kewenangan
absolut tersebut hakim akan menunda pemeriksaan pokok perkara. Hal tersebut
disebabkan oleh pemeriksaan serta pemutusan mengenai eksepsi tersebut diambil dan
dijatuhkan sebelum pemeriksaan pokok perkara.
Tindakan yang demikian bersifat imperatif dimana tidak dapat dibenarkan memeriksa
pokok perkara sebelum ada putusan yang menegaskan apakah Pengadilan Negeri
yang bersangkutan berwenang atau tidak untuk memeriksanya.
Apabila hakim berpendapat, bahwa ia berwenang memeriksa dengan mengadili
perkara dengan alasan, apa yang diperkarakan termasuk yuridiksi absolut Pengadilan
Negeri yang bersangkutan, maka eksepsi tergugat ditolak, penolakan dituangkan
dalam bentuk putusan sela (interlocutory) dan amar putusan, berisi penegasan
bahwa Pengadilan Negeri berwenang mengadili dan memerintahkan kedua belah
4
pihak melanjutan pemeriksaan pokok perkara. Apabila eksepsi kompetensi yang
diajukan tergugat beralasan dan dapat dibenarkan oleh hakim bahwa Pengadilan
Negeri tidak berwenang mengadili perkara, maka eksepsi dikabulkan. Hakim
menjatuhkan putusan akhir (final judgement) sehingga pemeriksaan perkara
dianggap selesai pada tingkat pertama.
5
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kewenangan
(kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu).Kompetensi dari suatu
pengadilan untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara berkaitan
dengan jenis dan tingkatan pengadilan yang ada berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Mahkamah Agung, Penemuan dan Pemecahan Masalah Hukum dan Peradilan,
2014
6
[2] https://bahasan.id/mengenali-kewenangan-atau-kompetensi-pengadilan-dalam-
menangani-perkara/