Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KOMPETENSI PERADILAN (ABSOLUT DAN RELATIF)

Mata Kuliah : Hukum Acara Perdata

Dosen Pengampu : Dr.H. Sudirman L, M.H

Disusun Oleh:

1. Arifah Aliah Saleh (2020203874234027)

2. Muftihatul Rahma (2020203874234030)

HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT. Yang telah memberi karunia yang berupa
nikmat kesempatan, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kompetensi Peradilan (Absolut dan Relatif) ”. Shalawat dan salam
tercurahkan penuh kepada Rasulullah SAW.
Suatu kebahagiaan tersendiri bagi penulis dalam meyusun makalah ini, karena
disini penulis bisa mengapresiasikan apa yang ada dibenak sanubarinya yang berupa
ide dan pikiran dalam rangka ikut mencerdaskan generasi muslimin. Di sisi lain
penulis harus berpikir dan bekerja keras agar makalah yang dibuat akan lebih baik
untuk menjadi generasi bangsa yang cerdas dan memiliki sikap berbudi pekerti yang
luhur dan menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen, dan rekan-rekan
yang telah mendukung penulis sehingga makalah ini dapat selesai dan tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca, yang apabila ada kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah  ini. Dan teriring doa semoga sukses.
Amin.

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
A.   Latar belakang masalah.......................................................................................1
B.   Rumusan masalah................................................................................................1
C.  Tujuan penulisan masalah....................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
A.    Pengertian Kompetensi Peradilan......................................................................3
B. Pengertian Kompetensi Absolut............................................................................3
C. Pengertian Kompetensi Relatif..............................................................................5
BAB III....................................................................................................................................6
A. Kesimpulan.....................................................................................................6
B. Kritik dan Saran....................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang masalah


Salah satu hal penting jika ingin mengajukan gugatan ke pengadilan adalah
memerhatikan bahwa gugatan yang akan diajukan oleh Penggugat adalah benar
ditujukan kepada badan peradilan yang berwenang untuk mengadili perkara tersebut.
Pengadilan Negeri memiliki batasan kewenangan. Batasan tersebut? menyebabkan
Pengadilan Negeri menjadi tidak berwenang dalam memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara yang diajukan kepadanya.
 
Hal tersebut merupakan konsekuensi dari adanya pengaturan mengenai kewenangan
atau kompetensi absolut suatu badan peradilan. Kewenangan absolut yang menjadi
pemisah kewenangan menyangkut pembagian kekuasaan antara badan-badan
peradilan, menegaskan bahwa apa yang menjadi kewenangan satu badan peradilan
tertentu mutlak tidak dapat menjadi kewenangan badan peradilan lainnya.
 
Pasal 134 HIR berbunyi:
?Jika perselisihan itu suatu perkara yang tidak masuk kekuasaan pengadilan negeri
maka pada setiap waktu dalam pemeriksaan perkara itu dapat diminta supaya hakim
menyatakan dirinya tidak berkuasa dan hakimpun wajib mengakuinya karena
jabatannya.?
 
Pada perkara perdata sebagaimana dalam Hukum Acara Perdata telah diatur dua
macam kewenangan yaitu kewenangan/kompetensi relatif dan
kewenangan/kompetensi absolut.

B.   Rumusan masalah


1. Apa pengertian kompetensi peradilan?

2. Apa pengertian kompetensi absolut ?

3. Apa pengertian kompetensi relatif?

1
C.  Tujuan penulisan masalah
1. Agar dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksud kompetensi peradilan.

2. Agar dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan kalimat
kompetensi absolut.

3. Agar dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan kompetensi relatif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kompetensi Peradilan


Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kewenangan
(kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu).Kompetensi dari suatu
pengadilan untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara berkaitan
dengan jenis dan tingkatan pengadilan yang ada berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Ada beberapa cara untuk mengetahui kompetensi dari suatu
pengadilan untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara : pertama, dapat
dilihat dari pokok sengketanya. kedua dengan melakukan pembedaan atas atribusi
dan delegasi. Ketiga, dengan melakukan pembedaan atas kompetensi absolut dan
kompetensi relatif. Dapat dilihat dari pokok sengketanya dan subyek pelaku
hukumnya, apabila pokok sengketanya terletak dalam lapangan hukum privat, maka
sudah tentu yang berkompetensi adalah hakim biasa (hakim pengadilan umum), dan
apabila dalam lapangan pelaku kegitan beragama islam dan kegiatan yang
diselenggarakan secara islami maka yang berkompetensi adalah hakim pengadilan
agama. Apabila pokok sengketanya terletak dalam lapangan hukum publik, maka
sudah tentu yang berkompetensi adalah administrasi negara yang berkuasa (hakim
PTUN). Dalam perkara ekonomi syari’ah belum ada pedoman bagi hakim dalam
menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah. Untuk memperlancar proses pemeriksaan
dan penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah, dikeluarkan Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah.1 Pada perkara perdata
sebagaimana dalam Hukum Acara Perdata telah diatur dua macam kewenangan yaitu
kewenangan/kompetensi relatif dan kewenangan/kompetensi absolut.

B. Pengertian Kompetensi Absolut


Kewenangan/kompetensi absolut merupakan pemisahan kewenangan yang
menyangkut pembagian kekuasaan antara badan-badan peradilan, dilihat dari
macamnya pengadilan, menyangkut pemberian kekuasaan untuk mengadili
(attributie van rechtsmacht). Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 dan Pasal 18 UU No. 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa kekuasaan

1 Mahkamah Agung, Penemuan dan Pemecahan Masalah Hukum dan Peradilan, 2014

3
kehakiman terdiri dari Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan
Peradilan Tata Usaha Negara.
 
Terhadap kewenangan absolut, walaupun Tergugat tidak mengajukan eksepsi
kewenangan absolut atas perkara yang diajukan ke suatu badan pengadilan, maka
majelis hakim tetap harus memeriksa terkait kewenangan absolutnya untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang diajukan kepadanya. Apabila
terbukti bahwa perkara tersebut bukan merupakan kewenangan absolut pengadilan
yang bersangkutan, maka majelis hakim wajib menghentikan pemeriksaan.
 
Contoh terhadap kewenangan/kompetensi absolut, yaitu pengajuan gugatan oleh
Penggugat ke Pengadilan Negeri. Dimana diketahui sebelumnya dalam perjanjian
pihak-pihak yang bersengketa terdapat perjanjian arbitrase yang menegaskan pilihan
forum penyelesaian sengketa di Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
 
Terhadap kewenangan pengadilan yang dianggap tidak sesuai maka Tergugat dapat
menyampaikannya melalui eksepsi. Eksepsi mengenai kewenangan Pengadilan
tersebut diajukan apabila pihak Tergugat merasa gugatan yang diajukan oleh pihak
Penggugat bukan merupakan perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Negeri
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus.
 
Berdasarkan Pasal 136 HIR, apabila terdapat pengajuan eksepsi mengenai
kewenangan absolut maka hakim akan memeriksa dan memutus terlebih dahulu
mengenai eksepsi tersebut. Terhadap pengajuan eksepsi mengenai kewenangan
absolut tersebut hakim akan menunda pemeriksaan pokok perkara. Hal tersebut
disebabkan oleh pemeriksaan serta pemutusan mengenai eksepsi tersebut diambil dan
dijatuhkan sebelum pemeriksaan pokok perkara.
 
Tindakan yang demikian bersifat imperatif dimana tidak dapat dibenarkan memeriksa
pokok perkara sebelum ada putusan yang menegaskan apakah Pengadilan Negeri
yang bersangkutan berwenang atau tidak untuk memeriksanya.
 
Apabila hakim berpendapat, bahwa ia berwenang memeriksa dengan mengadili
perkara dengan alasan, apa yang diperkarakan termasuk yuridiksi absolut Pengadilan
Negeri yang bersangkutan, maka eksepsi tergugat ditolak, penolakan dituangkan
dalam bentuk putusan sela (interlocutory) dan amar putusan, berisi penegasan
bahwa Pengadilan Negeri berwenang mengadili dan memerintahkan kedua belah

4
pihak melanjutan pemeriksaan pokok perkara. Apabila eksepsi kompetensi yang
diajukan tergugat beralasan dan dapat dibenarkan oleh hakim bahwa Pengadilan
Negeri tidak berwenang mengadili perkara, maka eksepsi dikabulkan. Hakim
menjatuhkan putusan akhir (final judgement) sehingga pemeriksaan perkara
dianggap selesai pada tingkat pertama.

 C. Pengertian Kompetensi Relatif


Kewenangan/kompetensi relatif mengatur pembagian kekuasaan mengadili antar badan
peradilan yang sama, tergantung pada domisili atau tempat tinggal para pihak
(distributie van rechtsmacht), terutama tergugat. Pengaturan mengenai kewenangan
relatif ini diatur pada Pasal 118 HIR. Kewenangan relatif ini menggunakan asas actor
sequitor forum rei  yang berarti yang berwenang adalah Pengadilan Negeri tempat
tinggal Tergugat.
 
Terhadap kewenangan/kompetensi relatif, jika pihak Tergugat tidak mengajukan jawaban
yang berisi eksepsi mengenai kewenangan/kompetensi relatif terhadap perkara yang
sedang diadili, maka perkara tersebut dapat dilanjutkan pemeriksaannya hingga majelis
hakim menjatuhkan putusan akhir.
 
Terhadap kewenangan/kompetensi relatif, apabila Tergugat tidak mengajukan jawaban
yaitu eksepsi mengenai kewenangan relatif, maka perkara tetap dapat dilanjutkan
pemeriksaannya karena tidak menyangkut hal krusial, yaitu hanya mengenai lokasi
pengadilan seharusnya. Contoh terhadap kewenangan/kompetensi relatif, yaitu
Penggugat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, sedangkan diketahui
bahwa Tergugat bertempat tinggal di daerah Jakarta Timur. Hal tersebut tidak sesuai
dengan asas actor sequitor forum rei.

5
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kewenangan
(kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu).Kompetensi dari suatu
pengadilan untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara berkaitan
dengan jenis dan tingkatan pengadilan yang ada berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Kewenangan/kompetensi absolut merupakan pemisahan kewenangan yang


menyangkut pembagian kekuasaan antara badan-badan peradilan, dilihat dari
macamnya pengadilan, menyangkut pemberian kekuasaan untuk mengadili
(attributie van rechtsmacht).

Kewenangan/kompetensi relatif mengatur pembagian kekuasaan mengadili antar


badan peradilan yang sama, tergantung pada domisili atau tempat tinggal para pihak
(distributie van rechtsmacht), terutama tergugat.

B. Kritik dan Saran


Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, kerena kesempur-naan
itu hanya milik Allah, berkenaan dengan hal ini kami dari penyusun sangat
membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam pembuatan makalah ke
depannya, dan tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada guru yang telah
membimbing kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat pada
waktunya. Dan semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi pembaca. Akhirul qalam
Assalamu Alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatu.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Mahkamah Agung, Penemuan dan Pemecahan Masalah Hukum dan Peradilan,
2014

6
[2] https://bahasan.id/mengenali-kewenangan-atau-kompetensi-pengadilan-dalam-
menangani-perkara/

Anda mungkin juga menyukai