Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH HUKUM HIBAH,WASIAT DAN WAKAF

OLEH :

FITRA RAMADHANI

NPM: 20510008

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
BAUBAU
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “HUKUM HIBAH,WASIAT &
WAKAF” dengan tepat waktu.

Besar harapan penulis bahwa makalah ini dapat bernilai baik,dan dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.

Baubau, 05 Desember 2023

FITRA RAMADHANI

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1. Latar Belakang........................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................

1.3. Tujuan Penulisan....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

2.1. Tata cara pelaksanaan Hibah,Wasiat dan Hibah Wasiat

2.2. Faktor-faktor yang dapat membatalkan Hibah,Wasiat dan Hibah Wasiat

2.3. Perbedaan mendasar dari Hibah,Waris dan Hibah Waris

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

3.1. Kesimpulan ............................................................................................................

3.2. Saran.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut hukum perdata Indonesia, hibah adalah suatu perjanjian di mana pihak
yang satu (pemberi hibah) memberikan harta kepada pihak yang lain (penerima hibah)
secara cuma-cuma dan tidak dapat ditarik kembali. Hibah merupakan salah satu bentuk
perbuatan hukum yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata).

Pengertian hibah menurut Pasal 1666 KUHPerdata adalah sebagai berikut:

"Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, pada waktu hidupnya,
dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda

Menurut hukum perdata Indonesia, wasiat adalah suatu pernyataan seseorang


yang diucapkan atau ditulis secara bebas dan tanpa paksaan, yang berisi tentang apa
yang dikehendakinya mengenai harta bendanya setelah ia meninggal dunia. Wasiat
merupakan salah satu bentuk perbuatan hukum yang diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).

Dalam hal ini yaitu wasiat ditujukan pertama-tama untuk keluarga dekat yang
tidak mendapatkan bagian dari harta warisan untuk kebutuhan mereka dan diantara
keluarga yang dekatpun ada yang akan dapat bagian dari harta warisan dan ada pula
yang tidak dapat, maka hendaklah ia mewasiatkan sebagian dari hartanya yakni 1/3 dari
tirkah untuk mereka yang patut mendapatkan pertolongan.

Hibah wasiat merupakan sebuah istilah hukum yang muncul dalam tatanan hukum
perdata di Indonesia. Konsep hibah wasiat ini hanya dikenal dalam ketentuan yang
terdapat di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, selanjutnya disingkat dengan
KUH Perdata.

4
Secara yuridis, hibah wasiat yang diatur dalam KUH Perdata merupakan salah
satu bentuk perpindahan harta pewaris dan atau pewasiat setelah ia meninggal dunia,
selain wasiat3 dan waris4 yang selama ini dikenal dalam literatur hukum Islam.
Meskipun dalam hukum Islam tidak ditemukan istilah hibah wasiat, namun apabila
ditinjau lebih lanjut, maka dapat dilihat bahwa hibah wasiat merupakan bagian dari
wasiat. Hal ini berdasarkan ketentuan dalam pasal 874-876 KUH Perdata. Artinya,
hibah wasiat sama dengan wasiat dalam pandangan hukum Islam, karena dalam
ketentuannya sama-sama berupa penunjukan seseorang oleh pewasiat sebagai penerima
bagian tertentu dari harta yang dimilikinya, dan pemindahan harta yang dimaksud
berlaku setelah pewasiat meninggal dunia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tata cara pelaksanaan Hibah,Wasiat dan Hibah Wasiat


2. Faktor-faktor yang dapat membatalkan Hibah,Wasiat dan Hibah Wasiat
3. Perbedaan mendasar Hibah,Wasiat dan Hibah Wasiat

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan Hibah,Wasiat dan Hibah Wasiat


2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang dapat membatalkan Hibah,Wasiat dan
Hibah Wasiat
3. Untuk mengetahui Perbedaan mendasar Hibah,Wasiat dan Hibah Wasiat

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tata cara pelaksanaan Hibah,Wasiat dan Hibah Wasiat


a. Hibah

Tata cara pelaksanaan hibah menurut hukum perdata diatur dalam Pasal 1666
KUHPerdata. Menurut pasal tersebut, hibah dapat dilakukan dengan cara lisan maupun
tertulis. Namun, untuk menghindari sengketa di kemudian hari, sebaiknya hibah
dilakukan secara tertulis dan didaftarkan ke Kantor Notaris.

1. Tata cara pelaksanaan hibah secara lisan

Hibah secara lisan dilakukan dengan cara penyerahan barang yang dihibahkan
dari pemberi hibah kepada penerima hibah. Penyerahan barang tersebut harus
dilakukan secara nyata dan di hadapan saksi-saksi.

2. Tata cara pelaksanaan hibah secara tertulis

Hibah secara tertulis dilakukan dengan cara membuat akta hibah yang
ditandatangani oleh pemberi hibah dan penerima hibah di hadapan notaris. Akta hibah
harus memuat hal-hal berikut:

 Nama, tempat tinggal, dan pekerjaan pemberi hibah dan penerima hibah
 Benda yang dihibahkan
 Nilai benda yang dihibahkan
 Tujuan hibah
 Tanda tangan pemberi hibah dan penerima hibah.

Setelah akta hibah dibuat, maka akta tersebut harus didaftarkan ke Kantor Notaris.
Pendaftaran akta hibah bertujuan untuk memberikan kepastian hukum terhadap hibah
yang telah dilakukan.

Berikut adalah langkah-langkah pelaksanaan hibah secara tertulis:

6
1. Persiapan
Pemberi hibah dan penerima hibah harus mempersiapkan dokumen-dokumen
berikut:
 KTP dan KK pemberi hibah dan penerima hibah;
 Sertifikat tanah dan bangunan (jika hibah berupa tanah dan bangunan);
 BPKB kendaraan bermotor (jika hibah berupa kendaraan bermotor);
 Surat berharga lainnya (jika hibah berupa surat berharga).
2. Pembuatan akta hibah

Pemberi hibah dan penerima hibah mendatangi kantor notaris untuk membuat
akta hibah. Dalam pembuatan akta hibah, notaris akan meminta kepada pemberi
hibah dan penerima hibah untuk memberikan keterangan mengenai hibah yang akan
dilakukan.

3. Penandatanganan akta hibah

Setelah akta hibah dibuat, maka akta tersebut harus ditandatangani oleh pemberi
hibah dan penerima hibah. Penandatanganan akta hibah dilakukan di hadapan notaris.

4. Pendaftaran akta hibah

Notaris akan mendaftarkan akta hibah ke Kantor Notaris. Pendaftaran akta hibah
bertujuan untuk memberikan kepastian hukum terhadap hibah yang telah dilakukan.

Tata cara pelaksanaan wasiat menurut hukum perdata diatur dalam Pasal 883 sampai
dengan Pasal 935 KUHPerdata. Menurut pasal-pasal tersebut, pelaksanaan wasiat
dilakukan oleh pelaksana wasiat.

Pelaksana wasiat adalah orang yang ditunjuk oleh pewaris dalam wasiatnya untuk
melaksanakan wasiatnya. Jika pewaris tidak menunjuk pelaksana wasiat, maka
pengadilan akan menunjuk pelaksana wasiat.

Pelaksana wasiat memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan wasiat
sesuai dengan yang dikehendaki oleh pewaris. Tugas pelaksana wasiat meliputi:

7
 Menerima harta benda yang diwasiatkan
 Membagi harta benda yang diwasiatkan sesuai dengan isi wasiat
 Membayar hutang-hutang pewaris
 Melakukan tindakan-tindakan lain yang diperlukan untuk melaksanakan wasiat

b. Wasiat

Pelaksana wasiat harus melaksanakan tugasnya dengan hati-hati dan penuh tanggung
jawab. Jika pelaksana wasiat tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, maka ia dapat
dikenakan sanksi hukum.

Berikut adalah tata cara pelaksanaan wasiat menurut hukum perdata:

1. Pewaris meninggal dunia

Pelaksanaan wasiat dimulai dengan meninggalnya pewaris. Dengan


meninggalnya pewaris, maka wasiat yang telah dibuatnya menjadi berlaku dan
mengikat bagi ahli warisnya.

2. Pelaksana wasiat menerima surat wasiat


Pelaksana wasiat harus menerima surat wasiat dari pewaris atau ahli
warisnya. Surat wasiat harus diserahkan kepada pelaksana wasiat dalam
keadaan baik dan tidak rusak.
3. Pelaksana wasiat mendaftarkan surat wasiat

Pelaksana wasiat harus mendaftarkan surat wasiat ke Pengadilan Negeri.


Pendaftaran surat wasiat bertujuan untuk memberikan kepastian hukum
terhadap wasiat yang telah dibuat.

4. Pelaksana wasiat mengumumkan surat wasiat

Pelaksana wasiat harus mengumumkan surat wasiat kepada para ahli


waris. Pengumuman surat wasiat bertujuan agar para ahli waris mengetahui isi
wasiat dan hak-hak mereka.

5. Pelaksana wasiat melaksanakan wasiat

8
Setelah melaksanakan langkah-langkah di atas, pelaksana wasiat dapat
melaksanakan wasiat sesuai dengan yang dikehendaki oleh pewaris.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan wasiat:

 Pelaksana wasiat harus melaksanakan wasiat dengan hati-hati dan


penuh tanggung jawab.
 Pelaksana wasiat harus melaksanakan wasiat sesuai dengan isi wasiat.
 Pelaksana wasiat harus mengumumkan surat wasiat kepada para ahli
waris.
 Pelaksana wasiat harus membayar hutang-hutang pewaris.

Jika ada ahli waris yang tidak setuju dengan pelaksanaan wasiat, maka ahli
waris tersebut dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri. Gugatan tersebut
dapat diajukan dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal pengumuman surat
wasiat.

c. Hibah Wasiat

Berikut tata cara pelaksanaan hibah wasiat menurut hukum perdata:

1. Pembuatan surat wasiat


Surat wasiat yang memuat hibah wasiat harus dibuat secara tertulis dan
dihadapan notaris. Surat wasiat tersebut harus ditandatangani oleh penghibah
dihadapan notaris dan empat orang saksi
2. Penyerahan surat wasiat kepada notaris
Setelah surat wasiat dibuat, pewaris harus menyerahkan surat tersebut
kepada notaris.penyerahan surat wasiat harus dilakukan secara tertutup dan
disegel.
3. Pembukaan surat wasiat
Setelah pewaris meninggal dunia, surat wasiat dibuka oleh notaris di
hadapan empat orang saksi. Pembukaan surat wasiat harus dilakukan dalam
jangka waktu 30 hari setelah pewaris meninggal dunia.
4. Pendaftaran surat wasiat di pengadilan

9
Notaris harus mendaftarkan surat wasiat ke pengadilan dalam jangka
waktu 30 hari setelah pembukaan wasiat.

Setelah surat wasiat terdaftar di pengadilan, hibah wasiat tersebut menjadi sah
dan mengikat. Penerima hibah wasiat berhak untuk menerima dan menguasai
barang yang dihibahkan.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan hibah
wasiat:
 Hibah wasiat hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah dewasa dan
dalam keadaan sehat jasmani dan rohani
 Hibah wasiat hanya dapat dilakukan atas barang-barang milik pewaris
 Hibah wasiat tidak dapat dilakukan atas barang-barang yang
merupakan harta bersama suami dan istri
 Hibah wasiat tidak dapat dilakukan jika menyebabkan ahli waris tidak
mendapatkan bagian yang wajar dari harta warisan
2.2 Faktor-faktor yang dapat membatalkan Hibah,Wasiat dan Hibah Wasiat
a. Faktor-faktor yang dapat membatalkan hibah menurut hukum perdata adalah
sebagai berikut:
1. Tidak dipenuhi syarat-syarat dengan mana penghibahan telah dilakukan

Pemberi hibah dapat mengajukan pembatalan hibah apabila dapat dibuktikan di


Pengadilan bahwa syarat-syarat dalam penghibahan tidak dipenuhi oleh penerima
hibah. Misalnya, pemberi hibah memberikan hibah kepada penerima hibah dengan
syarat bahwa penerima hibah harus merawatnya hingga meninggal dunia. Namun,
penerima hibah justru menelantarkan pemberi hibah. Dalam hal ini, pemberi hibah
dapat mengajukan pembatalan hibah tersebut.

2. Jika si penerima hibah telah bersalah melakukan atau membantu melakukan kejahatan
yang bertujuan mengambil jiwa si penghibah atau suatu kejahatan lain terhadap si
penghibah

10
Pemberi hibah dapat mengajukan pembatalan hibah apabila penerima hibah telah
melakukan atau membantu melakukan kejahatan yang bertujuan mengambil jiwa
pemberi hibah atau suatu kejahatan lain terhadap pemberi hibah. Misalnya, pemberi
hibah memberikan hibah kepada penerima hibah, namun kemudian penerima hibah
justru mencoba membunuh pemberi hibah. Dalam hal ini, pemberi hibah dapat
mengajukan pembatalan hibah tersebut.

3. Jika penerima hibah menolak

Penerima hibah dapat menolak hibah yang diberikan oleh pemberi hibah. Dalam
hal ini, hibah tersebut menjadi batal demi hukum.

Selain faktor-faktor tersebut, hibah juga dapat dibatalkan berdasarkan ketentuan lain
dalam hukum positif, seperti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Misalnya, hibah yang diberikan oleh suami kepada istri yang dijatuhi hukuman penjara
seumur hidup karena kejahatan yang dilakukannya terhadap suami tersebut dapat
dibatalkan.

Pembatalan hibah harus dilakukan melalui gugatan di Pengadilan. Gugatan


pembatalan hibah dapat diajukan oleh pemberi hibah atau oleh ahli warisnya.

b. Faktor yang dapat membatalkan wasiat menurut hukum perdata

Menurut hukum perdata Indonesia, wasiat merupakan suatu perbuatan hukum


yang bersifat mengikat dan tidak dapat ditarik kembali. Namun, wasiat dapat dibatalkan
dalam hal-hal tertentu yang diatur dalam Pasal 936 sampai dengan Pasal 945
KUHPerdata.

Faktor-faktor yang dapat membatalkan wasiat menurut hukum perdata adalah sebagai
berikut:

1. Wasiat dibuat oleh orang yang tidak cakap hukum


Wasiat yang dibuat oleh orang yang tidak cakap hukum, seperti anak
kecil, orang gila, atau orang yang sedang mabuk, dapat dibatalkan.
2. Wasiat dibuat dengan paksaan atau penipuan

11
Wasiat yang dibuat dengan paksaan atau penipuan dapat dibatalkan.

3. Wasiat bertentangan dengan undang-undang

Wasiat yang bertentangan dengan undang-undang dapat dibatalkan.

4. Wasiat bertentangan dengan kesusilaan

Wasiat yang bertentangan dengan kesusilaan dapat dibatalkan.

5. Wasiat dicabut oleh pewaris

Wasiat dapat dicabut oleh pewaris sendiri.

6. Wasiat batal demi hukum

Wasiat dapat batal demi hukum jika pewaris meninggal dunia tanpa
memiliki ahli waris. Pembatalan wasiat harus dilakukan melalui gugatan di
Pengadilan. Gugatan pembatalan wasiat dapat diajukan oleh ahli waris, orang
yang berkepentingan, atau oleh pewaris sendiri.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembatalan wasiat:

1. Gugatan pembatalan wasiat harus diajukan dalam jangka waktu 30 hari sejak
tanggal pengumuman surat wasiat.
2. Gugatan pembatalan wasiat harus diajukan kepada Pengadilan Negeri yang
berwenang.

Jika gugatan pembatalan wasiat dikabulkan oleh Pengadilan, maka wasiat tersebut
menjadi batal demi hukum.

c. Faktor yang dapat membatalkan hibah wasiat menurut hukum perdata

Menurut hukum perdata Indonesia, hibah wasiat dapat dibatalkan oleh ahli waris
jika hibah tersebut bertentangan dengan hukum atau melanggar hak-hak ahli waris.
Faktor-faktor yang dapat membatalkan hibah wasiat menurut hukum perdata adalah
sebagai berikut:

12
1. Pewaris tidak cakap hukum
Hibah wasiat yang dibuat oleh pewaris yang tidak cakap hukum dapat
dibatalkan oleh ahli waris. Pewaris yang tidak cakap hukum adalah pewaris
yang tidak dapat memahami dan menyetujui isi hibah wasiat tersebut.
2. Hibah wasiat dibuat dengan paksaan, penipuan, atau akal licik
Hibah wasiat yang dibuat dengan paksaan, penipuan, atau akal licik dapat
dibatalkan oleh ahli waris. Paksaan, penipuan, dan akal licik adalah hal-hal
yang dapat menghilangkan atau mengurangi kehendak bebas pewaris dalam
membuat hibah wasiat.
3. Hibah wasiat bertentangan dengan undang-undang
Hibah wasiat yang bertentangan dengan undang-undang dapat dibatalkan
oleh ahli waris. Undang-undang yang dimaksud adalah Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPerdata) dan peraturan perundang-undangan lainnya.
4. Hibah wasiat melanggar hak-hak ahli waris
Hibah wasiat yang melanggar hak-hak ahli waris dapat dibatalkan oleh
ahli waris. Hak-hak ahli waris yang dimaksud adalah hak waris yang diatur
dalam Pasal 832 KUHPerdata.

Berikut adalah beberapa contoh hibah wasiat yang dapat dibatalkan oleh ahli waris:

 Hibah wasiat yang dibuat oleh pewaris yang sedang sakit keras dan
tidak sadar.
 Hibah wasiat yang dibuat oleh pewaris dengan dipaksa oleh ahli waris
lain.
 Hibah wasiat yang dibuat oleh pewaris untuk memberikan seluruh
harta bendanya kepada orang lain, sehingga ahli waris tidak
mendapatkan apa-apa.
 Untuk membatalkan hibah wasiat, ahli waris harus mengajukan
gugatan ke pengadilan. Gugatan tersebut harus diajukan dalam jangka
waktu 3 tahun sejak tanggal meninggalnya pewaris.

13
2.3 Perbedaan mendasar dari Hibah,Waris dan Hibah Waris

Hibah, wasiat, dan hibah wasiat adalah tiga lembaga hukum perdata yang
mengatur tentang pemindahan kepemilikan suatu benda atau hak dari satu orang kepada
orang lain. Ketiga lembaga hukum tersebut memiliki perbedaan, baik dari segi
pengertian, waktu berlakunya, maupun syarat-syaratnya.

Perbedaan hibah, wasiat, dan hibah wasiat menurut pengertiannya:

1. Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan sesuatu


kepada orang lain secara cuma-cuma dan tanpa imbalan.
2. Wasiat adalah suatu pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya
setelah ia meninggal dunia.
3. Hibah wasiat adalah suatu pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada
orang lain pada saat ia masih hidup, tetapi pelaksanaannya baru dilakukan
setelah ia meninggal dunia.

Perbedaan hibah, wasiat, dan hibah wasiat menurut waktu berlakunya:

1. Hibah berlaku sejak saat perjanjian hibah dibuat, yaitu saat pemberi hibah
masih hidup.
2. Wasiat berlaku sejak saat pewaris meninggal dunia.
3. Hibah wasiat berlaku sejak saat pewaris meninggal dunia.

Perbedaan hibah, wasiat, dan hibah wasiat menurut syarat-syaratnya:

1. Hibah tidak memerlukan persetujuan orang lain, kecuali jika hibah tersebut
dilakukan kepada anak yang belum dewasa atau untuk kepentingan orang
yang tidak cakap berbuat hukum.
2. Wasiat harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh pewaris di hadapan
dua orang saksi.
3. Hibah wasiat harus memenuhi syarat-syarat untuk membuat wasiat, yaitu:

14
 Harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh pewaris di hadapan
dua orang saksi.
 Harus menunjuk penerima hibah.
 Harus menyebutkan benda atau hak yang dihibahkan.
 Harus menyebutkan waktu pelaksanaan hibah.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hibah,


wasiat, dan hibah wasiat adalah tiga lembaga hukum perdata yang berbeda. Hibah dan
hibah wasiat adalah lembaga hukum yang dilakukan pada saat pewaris masih hidup,
sedangkan wasiat adalah lembaga hukum yang dilakukan setelah pewaris meninggal
dunia.rubahan terbaru di Hub Bantuan PrivasiTerbuka di jendela baru

16
DAFTAR PUSTAKA

Mertokusumo, Sydikno.1996.Mengenal Hukum. Liberty

HS,Salim.2005. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW. Sinar Grafika

fahum.umsu.ac.id/perjanjian-hibah-dalam-hukum-perdata-hak-dan-kewajiban/
#:~:text=Perjanjian%20hibah%20adalah%20suatu%20perjanjian,penerima%20hibah)%20tanpa
%20menerima%20imbalan ejournal.undip.ac.id/index.php/notarius/article/view/23128

docplayer.info/222544325-Unik-kuliner-drigo-l-tobing-perspektif-fotografer-kawakan-sacti-
club-tendangan-sehat-segala-usia-judul-rubrik-edisi-17-november-2021.html

ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/download/79684/42252/#:~:text=dihapuskan%2C
%20apabila%3A%201.%20karena,3.%20jika%20penerima%20hibah%20menolak

17

Anda mungkin juga menyukai