Disusun Oleh :
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan Makalah AUEH yang berjudul
Perjanjian Hibah tepat pada waktu yang ditetapkan.
Tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini ialah guna memenuhi
persyaratan dalam dalam Mata Kuliah AUEH DIII di Politeknik Negeri Sriwijaya dan
menjadi ajang pembelajaran mahasiswa dalam penulisan tulisan ilmiah.
Keberhasilan dalam menyelesaikan Makalah ini tidak terlepas dari
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis
hendak menyampaikan apresiasi dalam bentuk ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Wahidin, M.T. selaku Dosen Pengajar mata kuliah AUEH;
2. Orang tua dan seluruh keluarga yang tak pernah putus berdoa dan memberi
semangat materiil maupun moriil;
3. Seluruh anggota kelas 6SA (Konstruksi Bangunan Gedung)
Penulis menyadari di dalam penulisan dan penyusunan Makalah Tentang
Perjanjian Hibah masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Kritik dan saran
sangat penulis harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan kepenulisan di
kemudian hari. Semoga Makalah yang penulis susun ini mampu membawa
kebermanfaatan bagi semua orang yang membacanya, terutama bagi civitas
academica Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya.
Penulis
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN
Ada perinsipnya perjanjian hibah tidak dapat dicabut dan dibatalkan oleh
pemberi hibah, namun ada tiga pengecualiannya, yaitu
1. jika syarat-syarat penghibaan itu tidak dipenuhi oleh penerima hibah;
2. jika orang yang diberi hibah bersalah dengan melakukan atau ikut
melakukan usaha pembunuhan atau suatu kejahatan lain atas diri penghibah
(pemberi hibah);
3. jika pemberi hibah jatuh miskin, sedangkan penerima hibah menolak
untuk memberi nafkah kepadanya (Pasal 1688 KUH Perdata)
Penghibahan digolongkan dalam perjanjian Cuma-Cuma (bahasa belanda OM
niet) dalam perkataan dengan Cuma-Cuma itu ditunjukkan adanya prestis dari satu
pihak saja, sedangkan pihak lainnya tidak usah memberikan kontra prestisnya sebagai
imbalannya, maka perjanjian yang demikian dikatakan perjanjian sepihak. Karena
lazimnya bahwa orang yang menyanggupi untuk melakukan suatu prestasi karena ia
ingin menerima kontra prsetasi.
Penghibahan hanya dapat meliputi barang-barang yang sudah ada,
penghibahan dari barang-barang yang belum menjadi milik penghibah adalah batal
(Pasal 1667 KUHPerdata).
Dalam hal ini hibah berbeda dengan perjanjian jual beli, jika dalam jual beli
penjual harus melindungi pihak pembeli, maka dalam penghibahan penghibah tidak
hatus melindungi penerima hibah, apabila ternyata barang yang dihibahkan bukan
milik yang sebenarnya dari penghibah maka penghibah tidak wajib untuk melindungi
penerima hibah. Hal ini dapat dimengerti karena perjanjian hibah merupakan
perjanjian Cuma-Cuma yang penerima hibah tidak akan dirugikan dengan pembatalan
suatu penghibahan atau barang yang ternyata bukan milik yang sebenarnya.
Suatu hibah adalah batal jika dibuat dengan syarat bahwa penerima hibah
akan melunasi hutang-hutang atau beban-beban lain, selainnya yang dinyatakan
dengan tegas di dalam akte hibah sendiri atau di dalam suatu daftar yang ditempelkan
kepadanya (Pasal 1670 KUHPerdata).
a. Penghibahan formal (formale schenking) yaitu hibah dalam arti kata yang
syarat Cuma-Cuma.
termasuk pemberian, tetapi menurut pengertian yang luas hal di atas dapat
Tidak ada kemungkinan untuk ditarik kembali artinya hibah merupakan suatu
perjanjian dan menurut Pasal 1338 KUHPerdata yang berbunyi semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Perjanjian hibah ini tidak ditarik kembali selain dengan kesepakatan
kedua belah pihak dan karena alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu.
Ada orang yang menghibahkan dan yang akan menerima hibah. Untuk itu,
hukum
Ada harta yang akan dihibahkan, dengan syarat harta itu milik penghibah
secara sempurna (tidak bercampur dengan milik orang lain) dan merupakan
Dengan demikian, jika harta yang akan dihibahkan tidak ada, harta tersebut
masih dalam khayalan atau harta yang dihibahkan itu adalah benda-benda
alasan;
Bahwa penerima hibah haruslah orang yang benar-benar ada pada waktu
orang tersebut (penerima hibah) sudah lahir. Dan tidak dipersoalkan apakah
dia anak-anak, kurang akal, dewasa. Dalam hal ini berarti setiap orang dapat
menerima hibah, walau bagaimana pun kondisi fisik dan keadaan mentalnya.
Dengan demikian memberi hibah kepada bayi yang masih ada dalam
hibah.
yang menerima hibah (penerima hibah). Syarat adanya perjanjian hibah, yaitu
1. perjanjian hibah hanya dapat dilakukan antara orang yang masih hidup (Pasal
3. perjanjian hibah harus dilakukan dengan akta notaris (Pasal 1682 KUH
Perdata).
Pada perinsipnya perjanjian hibah tidak dapat dicabut dan dibatalkan oleh
2. jika orang yang diberi hibah bersalah dengan melakukan atau ikut melakukan
usaha pembunuhan atau suatu kejahatan lain atas diri penghibah (pemberi
hibah);
3. jika pemberi hibah jatuh miskin, sedangkan penerima hibah menolak untuk
Pada hari ini Jumat tanggal Dua Puluh Lima bulan Pebruari tahun Dua Ribu Sebelas
(25–02-2011) di Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini :
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA untuk selanjutnya secara bersama-sama disebut
sebagai PARA PIHAK
Bahwa sebagai bentuk partisipasi dan dukungan PIHAK PERTAMA selaku Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) terhadap penghijauan dan pemeliharaan taman di Kota Surabaya,
PIHAK PERTAMA bermaksud menghibahkan 1 (satu) unit mobil tangki air beserta
kelengkapannya kepada PIHAK KEDUA, untuk selanjutnya menjadi aset PIHAK KEDUA
dan dipergunakan sesuai dengan fungsinya.
Bahwa pelaksanaan hibah dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dimaksud adalah
bersifat sebagai bantuan yang tidak mengikat PIHAK KEDUA, sebagaimana ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah.
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, dengan ini PARA PIHAK sepakat melaksaakan serah
terima 1 (satu) unit mobil tangki air berkapasitas 6.000 (enam ribu) liter beserta kelengkapannya
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Bahwa PIHAK PERTAMA menyerahkan kepada PIHAK KEDUA berupa 1 (satu) unit
mobil tangki air berkapasitas 6.000 (enam ribu) liter beserta kelengkapannya senilai Rp
289.000.000,00 (duaratus delapanpuluh sembilan juta rupiah), dengan spesifikasi sebagai
berikut :
a. Merk : MITSUBISHI
b. No. Mesin : MHMFE73P2AK016209 c.
No. Rangka : 4D34TF05990
d. Warna : Kuning
2. Bahwa PIHAK KEDUA menerima 1 (satu) unit mobil tangki air berkapasitas 6.000 (enam
ribu) liter beserta kelengkapannya, dalam keadaan baik beserta Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK) mobil tersebut melalui Naskah Perjanjian Hibah Daerah ini dari PIHAK
PERTAMA.
3. Bahwa PIHAK PERTAMA menjamin bahwa 1 (satu) unit mobil tangki air
berkapasitas 6.000 (enam ribu) liter beserta kelengkapannya adalah benar milik PIHAK
PERTAMA dan bebas dari ikatan apapun serta bebas dari beban dan kewajiban kepada
pihak lain.
4. Bahwa sejak ditandatanganinya Naskah Perjanjian Hibah Daerah ini, maka hak,
wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan, pemanfaatan 1 (satu) unit mobil tangki air
berkapasitas 6.000 (enam ribu) liter beserta kelengkapannya sepenuhnya beralih dari
PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
5. Selanjutnya PIHAK KEDUA mencatat 1 (satu) unit mobil tangki air berkapasitas
6.000 (enam ribu) liter beserta kelengkapannya sebagaimana dimaksud pada angka 1
(satu) dalam Daftar Inventaris Barang Milik Pemerintah Kota Surabaya.
Demikian Naskah Perjanjian Hibah Daerah ini dibuat dalam rangkap 4 (empat), mempunyai
kekuatan hukum yang sama, 2 (dua) di antaranya dibubuhi meterai secukupnya, masing-masing
untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.