Anda di halaman 1dari 28

CATATAN UNTUK TIM PENYUSUN BUKU II EDISI REVISI

TAHUN 2014
Oleh: M. TOYEB 1

Dilatarbelakangi oleh keinginan memiliki pedoman yang sempurna dan


sesuai dengan perkembangan aturan terbaru maka penulis termotivasi untuk
memberikan sedikit catatan buku II edisi revisi 2014.
Catatan ini dimaksudkan untuk urung rembuk pemikiran kepada tim
penyusun Buku II edisi revisi yang akan datang agar mengupdate beberapa
konten Buku II. Menurut penulis hal ini penting dilakukan untuk penerbitan Buku
II selanjutnya, apalagi judulnya “edisi revisi”.
Penulis tidak bermaksud menggurui tim penyusun, namun sebagaimana
petunjuk teknis dari Ketua Kamar Lingkungan Peradilan Agama Nomor
14/TUADA-AG/2013 tanggal 12 September 2013, angka 5, Buku II ini adalah
pedoman dalam menjalankan tugas pokok bagi pimpinan, hakim dan pejabat
kepaniteraan.2 Hal inilah yang mengusik pikiran penulis untuk menyampaikan
setidak-tidaknya 8 catatan.
Adapun 8 catatan yang dimaksud penulis adalah sebagai berikut:

1. PROSEDUR PENGAJUAN PERKARA SECARA PRODEO (PBP)

Prosedur pengajuan beperkara secara prodeo atau yang diistilahkan


3
dengan Layanan Pembebasan Biaya Perkara (PBP) dalam Buku II edisi
revisi 2014 tertulis sebagai berikut:
25) Prosedur pengajuan berperkara secara prodeo:
a) Permohonan berperkara secara prodeo diajukan bersama-sama
dengan surat gugatan/permohonan dan melampirkan surat
keterangan tidak mampu dari Kepala Desa/Lurah atau yang
setingkat dan diketahui oleh camat.

1)
Hakim Pengadilan Agama Sanggau
2)
Petunjuk Teknis Buku II Edisi Revisi Tahun 2013 (Surat Nomor 14/TUADA-AG/2013 tanggal 12
September 2013)
3)
Istilah dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2014
b) Meja I membuat SKUM Rp. 0,- dan menyerahkannya kepada
Pemohon.
c) Pemohon menyerahkan surat gugatan/permohonan dan SKUM
kepada Kasir.
d) Kasir menyerahkan kembali sehelai surat gugatan/permohonan
bersama SKUM kepada pihak.
e) Meskipun SKUM Rp. 0,- penerimaan dan pengeluaran keuangan
perkara harus tetap dicatat dalam jurnal dan buku induk.
f) Meja II mencatat dalam register perkara dan memproses lebih lanjut
bagaimana prosedur.
g) Setelah Majelis Hakim menerima berkas dari Ketua Pengadilan
Agama/Mahkamah Syar'iyah, Ketua Majelis menerbitkan PHS disertai
perintah kepada Jurusita/Jurusita Pengganti memanggil para pihak
untuk diadakan sidang insidentil mengenai ketidak mampuannya.
h) Untuk berperkara secara prodeo yang dananya dibantu oleh negara:
1) Biaya dibebankan pada DIPA Pengadilan Agama/ Mahkamah
Syar'iyah.
2) Komponen biaya prodeo meliputi antara lain: biaya pemanggilan,
redaksi dan meterai.
3) Biaya prodeo dapat dialokasikan untuk perkara tingkat pertama,
tingkat banding dan tingkat kasasi.
4) Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 10 tahun
2010 Tentang Pedoman Pemberian bantuan Hukum, beperkara
secara prodeo dapat dibiayai dari DIPA.
5) Mekanisme pembiayaan perkara prodeo yang dibiayai DIPA
adalah sebagai berikut:
a) Tata cara pengajuan dan proses penanganan administrasinya
sama dengan tata cara pengajuan dan proses penanganan
administrasi prodeo biasa.
b) Pemanggilan pertama kepada para pihak oleh Jurusita tanpa
biaya (prodeo biasa).
c) Jika permohonan berperkara secara prodeo dikabulkan Majelis

2
Hakim, Panitera Pengganti menyerahkan salinan amar Putusan
Sela kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk kemudian
dibuatkan Surat Keputusan bahwa biaya perkara tersebut
dibebankan kepada DIPA Pengadilan Agama/Mahkamah
Syar'iyah.
d) Berdasarkan Surat Keputusan KPA tersebut, Bendahara
Pengeluaran menyerahkan bantuan biaya perkara kepada Kasir
sebesar yang telah ditentukan DIPA.
e) Kasir membuat SKUM dan membukukan bantuan biaya
tersebut dalam Buku Jurnal Keuangan dan mempergunakan
biaya sesuai kebutuhan selama proses perkara berlangsung.
f) Dalam hal terdapat sisa anggaran perkara prodeo sebagaimana
dimaksud pada huruf (h) angka (2), sisa tersebut dikembalikan
kepada KPA (Bendahara Pengeluaran). 4
Padahal ketentuan prodeo atau pada ketentuan baru disebut PBP telah
diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung terbaru yaitu dengan PERMA
Nomor 1 Tahun 2014 tertanggal 9 Januari 2014 dan telah diundangkan pada
tanggal 16 Januari 2014.
Bahkan Badilag sendiri telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor
0508.a/DjA/HK.00/III/2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan
Mahakamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pedoman Layanan
Hukum Bagi Masyarakat Miskin di Pengadilan tertanggal 26 Maret 2014.
Oleh karena itu menurut penulis, untuk pembahasan tentang prosedur
prodeo atau PBP, seharusnya tim penyusun setidak-tidaknya menyesuaikan
dengan juknis pasal 3 hingga pasal 10, yang telah dikeluarkan oleh Badilag
sendiri yaitu:

Prosedur Dan Mekanisme Prodeo (PBP) Di Tingkat Peradilan Agama


Penerimaan dan syarat layanan pembebasan biaya perkara
1) Setiap orang atau sekelompok orang yang tidak mampu secara
ekonomi dapat mengajukan permohonan pembebasan biaya perkara.

4)
Buku II edisi revisi 2014 hal 4-5

3
2) Tidak mampu secara ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibuktikan dengan:
a. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan oleh
Kepala Desa/Lurah/Kepala Wilayah setempat yang menyatakan bahwa
benar yang bersangkutan tidak mampu membayar biaya perkara,
atau
b. Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga
Miskin (KKM), Kartu jaminan Kesehatan Masyarakat (Iamkesrnas),
Kartu Beras Miskin (Raskin), Kartu Program Keluarga Harapan (PKH),
Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kartu Perlindungan Sosial
(KP5), atau
c. Dokumen Iainnya yang berkaitan dengan daftar penduduk miskin dalam
basis data terpadu pemerintah atau yang dikeluarkan oleh instansi
lain yang berwenang untuk memberikan keterangan tidak mampu. 5

Permohonan pembebasan biaya perkara oleh Pemohon/Penggugat


1) Permohonan Pembebasan Biaya Perkara diajukan secara tertulis dengan
formulir tersendiri sebagaimana contoh pada Lampiran 1/Form.L.H.3 yang
terpisah dengan surat gugatan/permohonan dengan melampirkan
dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal (3) ayat (2).
2) Permohonan Pembebasan Biaya Perkara oleh Pemohon/Penggugat
diajukan kepada Ketua Pengadilan melalui petugas Meja I bersarnaan
dengan surat gugatau/permohonan.
3) Petugas Meja I setelah meneliti kelengkapan berkas kemudian
menuangkan SKUM nihil.
4) Permohonan Pembebasan Biaya Perkara beserta berkas yang
bersangkutan diproses sesuai dengan Pola Bindalmin.
5) Panitera/Sekretarls memeriksa dan memberikan pertimbangan kelayakan
pembebasan biaya perkara dan ketersediaan anggaran. (lihat dalam
juknis contoh surat pertimbangan panitera/sekretaris) (sebaiknya dijadikan
lampiran dalam Buku II)

5)
Surat Edaran Nomor 0508.a/DjA/HK.00/III/2014 pasal 3

4
6) Panitera menyerahkan permohonan pembebasan biaya serta berkas
perkara kepada Ketua Pengadilan.
7) Ketua Pengadilan dapat mengabulkan atau menolak permohonan
Pembebasan Biaya Perkara setelah memperhatikan pertimbangan
dari Panitera/Sekretaris, yang dituangkan dalam Surat Penetapan. (lihat
dalam juknis contoh surat penetapan PBP Ketua) (sebaiknya dijadikan
lampiran dalam Buku II)
8) Surat Penetapan Ketua Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(7) harus diterbitkan pada hari dan tanggal yang sama dengan
diajukannya surat pemohonan Layanan Pembebasan Biaya Perkara,
9) Apabila pada hari dan tanggal yang bersangkutan, Ketua Pengadilan
tidak berada di tempat, maka Surat Penetapan tersebut dapat
dikeluarkan oleh Wakil Ketua atau Hakim yang ditunjuk. (lihat dalam juknis
contoh Surat Penunjukan Hakim) 6 (sebaiknya dijadikan lampiran dalam
Buku II)

Permohonan Penggugat/Pemohon ttg Pembebasan Biaya Perkara


dikabulkan
1) Dalam hal permohonan Pembebasan Biaya Perkara dikabulkan,
Surat Penetapan dibuat dalam rangkap 3 (tiga), masing-masing untuk
Pemohon, Panitera/Sekretaris selaku KPA dan berkas perkara.
2) Berdasarkan Surat Penetapan Ketua PA sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Panitera/Sekretaris selaku KPA membuat Surat
Keputusan untuk membebankan biaya perkara kepada anggaran
Negara dengan menyebut besaran anggaran yang dibebankan kepada
negara sebesar: (lihat dalam juknis contoh SK KPA) (sebaiknya
dijadikan lampiran dalam Buku II)
a. Untuk perkara gugatan: satu kali panggilan Penggugat, satu kali
panggilan Tergugat, biaya proses, dan biaya Materai.
b. Untuk perkara Cerai Talak: dua kali panggilan Pemohon, dua kali
panggilan Termohon, biaya proses, dan biaya Materai.

6)
Surat Edaran Nomor 0508.a/DjA/HK.00/III/2014 pasal 4

5
3) Berdasarkan Surat Keputusan sebagaimana dlmaksud pada ayat (2),
Bendahara Pengeluaran menyerahkan biaya Layanan Pembebasan
Biaya Perkara kepada kasir secara tunai sebesar yang telah ditentukan
dalam Surat Keputusan tersebut dengan bukti kwitansi. (lihat dalam
juknis contoh kuitansi) (sebaiknya dijadikan lampiran dalam Buku II)
4) Kasir membukukan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam
buku jurnal dan Buku Induk Keuangan Perkara kecuali biaya
pendaftaran, biaya redaksi dan Leges yang dicatat sebagai nihil.
5) Apabila kebutuhan biaya perkara melebihi panjar biaya perkara yang
telah ditentukan dalam Surat Keputusan KPA sebagaimana dimaksud
ayat (2), maka Panitera/Sekretaris selaku KPA dapat membuat Surat
Keputusan untuk menambah panjar biaya pada perkara yang sarna
berdasarkan instrumen Ketua Majelis yang disampaikan oleh Kasir.
(lihat dalam juknis contoh SK KPA Tambah biaya Lanjutan dan contoh
instrumen KM) (sebaiknya dijadikan lampiran dalam Buku II)
6) Apabila kebutuhan biaya perkara melebihi panjar biaya perkara
yang telah ditentukan dalam Surat Keputusan, sedangkan anggaran
Pembebasan Biaya Perkara tidak tersedia lagi di dalam DIPA, maka
proses selanjutnya dilakukan secara cuma-cuma tanpa diperlukan
putusan sela dari Ketua Majelis.
7) Apabila biaya layanan pembebasan biaya perkara tersebut terdapat
slsa, maka sisa tersebut dikembalikan oleh kasir kepada Bendahara
Pengeluaran selambat-lambatnya pada akhir bulan yang bersangkutan.
8) Dalam hal anggaran Layanan Pembebasan Biaya Perkara sudah
tidak tersedia, KPA memberitahukan kepada Petugas Meja Satu. (lihat
dalam juknis contoh surat pemberitahuan anggaran habis dari KPA)
(sebaiknya dijadikan lampiran dalam Buku II)
9) Dalam hal terdapat permohonan Pembebasan Biaya Perkara
sedangkan anggaran Layanan Pembebasan Biaya Perkara sudah tidak
tersedia lagi sebagaimana dimaksud pada ayat (8), maka perkaranya
diproses dengan beperkara secara cuma-cuma. (lihat HIR/Rbg ttg
perkara cuma-cuma)

6
10) Apabila perkara telah diputus, maka biaya perkara dicantumkan dalam
amar putusan yang berbunyi: “Biaya yang timbul dalam perkara ini
sejumlah Rp.... dibebankan kepada negara” 7

Permohonan Penggugat/Pemohon ttg Pembebasan Biaya Perkara


tidak dikabulkan
1) Dalam hal permohonan Pembebasan Biaya Perkara tidak dikabulkan,
Surat Penetapan dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing-masing untuk
Pernohon, dan berkas perkara. (lihat dalam juknis contoh penetapan
tidak dikabulkan). (sebaiknya dijadikan lampiran dalam Buku II)
2) Berdasarkan surat penetapan sebagaimana tersebut pada ayat (1), maka
Penggugat/Pemohon harus membayar biaya perkara dalam jangka waktu
14 (empat belas) hari setelah dijatuhkan Surat Penetapan Ketua
Pengadilan dan jika tidak dipenuhi maka gugatan/permohonan tersebut
dicoret dari register/daftar perkara. (lihat buku II)
3) Ketua Pengadilan menetapkan gugatanjpermohonan dicoret dengan
surat penetapan berdasarkan surat keterangan dari panitera/sekretaris
bahwa penggugat/pemohon tidak membayar panjar biaya perkara
setelah Iewat 14 (empat belas) hari kerja, (lihat dalam juknis contoh
penetapan dicoret Ketua Pengadilan dan contoh surat keterangan dari
pansek) 8 (sebaiknya dijadikan lampiran dalam Buku II)

Permohonan pembebabasan biaya perkara oleh Termohon/Tergugat


1) Permohonan Pembebasan Biaya Perkara oleh Termohon/Tergugat
diajukan secara tertulis dengan formulir tersendiri sebagaimana contoh
pada Lampiran 1/Form.LH.4 dengan melampirkan dokumen sebagaimana
dimaksud pada Pasal (3) ayat (2) dan fotocopy relaas panggilan atau
fotocopy salinan gugatan/permohonan,
2) Permohonan Pembebasan Biaya Perkara bagi Tergugat/Termohon
diajukan kepada Ketua Pengadilan melalui Panitera/Sekretaris sebelum
memberikan jawaban.

7)
Surat Edaran Nomor 0508.a/DjA/HK.00/III/2014 pasal 5
8)
Surat Edaran Nomor 0508.a/DjA/HK.00/III/2014 pasal 6

7
3) Apabila permohonan pembebasan biaya perkara bagi Tergugat/Termohon
diajukan pada saat sidang sebelum memberikan jawaban, Majelis
Hakim menunda atau menskors persidangan dan memerintahkan
Tergugat/Termohon untuk mengajukan perrnohonan pembebasan biaya
perkara kepada Ketua Pengadilan melalui Panitera/Sekretaris
4) Panitera/Sekretaris memeriksa dan memberikan pertimbangan kelayakan
pembebasan biaya perkara.
5) Panitera/Sekretaris menyerahkan permohonan pembebasan biaya
perkara berikut pertimbangannya kepada Ketua Pengadilan. (lihat dalam
juknis contoh surat pertimbangan dari Panitera/Sekretaris). (sebaiknya
dijadikan lampiran dalam Buku II)
6) Ketua Pengadilan dapat mengabulkan atau menolak permohonan
Pembebasan Biaya Perkara setelah memperhatikan pertimbangan dari
Panitera/Sekretaris, yang dituangkan dalam Surat Penetapan. (lihat
dalam juknis contoh surat penetapan Ketua) (sebaiknya dijadikan
lampiran dalam Buku II)
7) Surat Penetapan Ketua Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(7) harus diterbitkan pada hari dan tanggal yang sama dengan
diajukannya surat pemohonan Layanan Pembebasan Biaya Perkara.
8) Apabila pada hari yang bersangkutan, Ketua Pengadilan tidak berada di
tempat, maka Surat Penetapan tersebut dapat dikeluarkan oleh Wakil
Ketua atau Hakim yang ditunjuk. (lihat dalam juknis contoh surat
penunjukan hakim) 9 (sebaiknya dijadikan lampiran dalam Buku II)

Permohonan Tergugat/Termohon ttg Pembebasan Biaya Perkara


dikabulkan
1) Dalam hal permohonan Layanan Pembebasan Biaya Perkara
dikabulkan, Surat Penetapan dibuat dalarn rangkap 2 (dua) masing-
rnasing untuk berkas perkara dan Pemohon Layanan Pembebasan
Biaya Perkara.
2) Surat Penetapan Ketua Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat

9)
Surat Edaran Nomor 0508.a/DjA/HK.00/III/2014 pasal 8

8
(1) harus diterbitkan pada tanggal yang sama dengan diajukannya surat
pemohonan Layanan Pernbebasan Biaya Perkara.
3) Apabila pada hari dan tanggal yang bersangkutan, Ketua Pengadilan
tidak berada di tempat, maka Surat Penetapan tersebut dapat
dikeluarkan oleh Wakil Ketua atau Hakim yang ditunjuk.
4) Dalam hal perkara telah diputus dan biaya perkara dibebankan kepada
Tergugat/Termohon, maka amar putusan berbunyi: "Biaya yang timbul
daIam perkara ini sejumlah Rp .... dibebankan kepada negara"10

Permohonan Tergugat/Termohon ttg Pembebasan Biaya Perkara tidak


dikabulkan
1) DaIam hal permohonan Layanan Pembebasan Biaya Perkara tidak
dikabulkan, Surat Penetapan dibuat dalarn rangkap 2 (dua) masing-
masing untuk berkas perkara dan Pernohon.
2) Surat Penetapan Ketua Pengadilan sebagaimana dimaksud daIam
ayat (1) harus diterbitkan pada hari dan tanggal yang sama dengan
diajukannya surat pemohonan Layanan Pembebasan Biaya Perkara.
3) Apabila pada hari dan tanggal yang bersangkutan, Ketua Pengadilan
tidak berada di tempat, maka Surat Penetapan tersebut dapat
dikeluarkan oIeh Wakil Ketua atau Hakim yang ditunjuk.
4) Dalam hal perkara telah diputus dan biaya perkara dibebankan
kepada Tergugat/Terrnohon, maka amar putusan berbunyi:
"Membebankan biaya perkara sebesar Rp....(..) kepada
Tergugat/Termohon".
5) Dalam hal Tergugat/Terrnohon membayar biaya perkara sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), maka biaya perkara tersebut disetorkan ke
kas negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak. 11

10 )
Surat Edaran Nomor 0508.a/DjA/HK.00/III/2014 pasal 9
11 )
Surat Edaran Nomor 0508.a/DjA/HK.00/III/2014 pasal 10

9
Prosedur Dan Mekanisme Prodeo (LPBP) Di Tingkat Banding
Permohonan pembebasan biaya sejak perkara tingkat pertama di PA
1) Dalam hal perkara telah ditetapkan sebagai perkara bebas biaya oleh
Pengadilan Agama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (7)
bagi Penggugat/Pemohon atau pasal 9 ayat (1) bagi Tergugat/Termohon,
pengajuan banding untuk berperkara secara bebas biaya harus disertai
surat penetapan pembebasan biaya perkara yang telah dikeluarkan cleh
Ketua Pengadilan Agama.
2) Permohonan tersebut diajukan oleh Pembanding melalui Meja I
bersamaan dengan permohonan banding.
3) Petugas Meja I setelah meneliti kelengkapan berkas kemudian
menuangkan SKUM nihil.
4) Permohonan Pembebasan Biaya Perkara beserta berkas yang
bersangkutan diproses sesuai dengan Pola Bindalmin.
5) Berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan sebagaimana tersebut
pada ayat (1), Panitera/Sekretaris selaku KPA membuat Surat
Keputusan untuk mernbebankan biaya perkara kepada anggaran
Negara dengan menyebut besaran anggaran yang dibebankan kepada
negara sebesar:
a. Satu kali Biaya pemberitahuan akta pernyataan banding
b. Satu kali Biaya pemberitahuan memori banding
c. Satu kali Biaya pemberitahuan kontra memori banding
d. Dua kali Biaya pemberitahuan pemeriksaan berkas (inzage)
e. Dua kali Biaya pemberitahuan isi putusan banding
f. Biaya banding yang dikirim ke PTA.
g. Biaya pengiriman berkas perkara banding ke PTA.
6) Berdasarkan Surat Keputusan KPA sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Bendahara Pengeluaran menyerahkan biaya Layanan
Pembebasan Biaya Perkara kepada kasir secara tunai sebesar yang
telah ditentukan dalam Surat Keputusan tersebut dengan bukti
kwitansi. (lihat dalam juknis contoh kuitansi) (sebaiknya dijadikan
lampiran dalam Buku II)

10
7) Kasir membukukan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dalam Buku Jurnal Banding dan Buku Induk Keuangan Perkara
kecuali biaya pendaftaran, biaya redaksi dan Leges yang dicatat
sebagai nihil.
8) Setelah Kasir membukukan panjar biaya banding dan membuatkan
SKUM, prosedur permohonan banding selanjutnya diproses sesuai
dengan Pola Bindalmin.
9) Kasir mengirim biaya banding ke PTA dan menyerahkan bukti kirim
untuk dimasukkan dalam berkas perkara yang akan dikirim ke PTA.
10) Apabila kebutuhan biaya perkara melebihi panjar biaya perkara
yang telah ditentukan dalam Surat Keputusan, maka Panitera/Sekretaris
sebagai KPA dapat membuat Surat Keputusan untuk menambah
panjar biaya pad a perkara yang sama berdasarkan instrumen atau
penetapan sela dari PTA. (lihat contoh instrumen tambah biaya kasir)
11) Apabila kebutuhan biaya perkara melebihi panjar biaya perkara yang
telah ditentukan dalam Surat Keputusan, sedangkan anggaran PBP
tidak tersedia Iagi di dalam DIPA, maka proses selanjutnya dilakukan
secara cuma-cuma tanpa diperlukan penetapan sela.
12) Apabila biaya layanan pembebasan biaya perkara tersebut terdapat
sisa, maka sisa tersebut dikembalikan oleh kasir kepada Bendahara
Pengeluaran paling lambat pada akhir bulan yang bersangkutan.
13) Dalam hal anggaran Layanan Pembebasan Biaya Perkara sudah
habis, maka KPA membuat pernyataan dan perkaranya diproses
secara cuma-cuma. (lihat contoh pernyataan)
14) Surat Penyataan KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (11)
dilampirkan pada berkas perkara banding bundel B yang akan dikirim
ke PTA.
15) Apabila perkara telah diputus, maka biaya perkara dicantumkan dalam
amar putusan yang berbunyi: “Biaya yang timubul dalam perkara ini
sejumlah Rp ..... dibebankan kepada negara”. 12

12 )
Surat Edaran Nomor 0508.a/DjA/HK.00/III/2014 pasal 11

11
Permohonan pembebasan biaya sejak perkara baru diajukan di tingkat
banding
1) Dalam hal permohonan pembebasan biaya perkara diajukan untuk
pertama kali di tingkat banding, maka permohonan pembebasan biaya
perkara diajukan secara tertulis dengn formulir tersendiri sebagaimana
contoh pada lampiran I/Form.LHS yang terpisah dengan permohonan
banding dengan melampirkan dokumen sebagaimana dimaksud pada
Pasal (3) ayat (2). (lihat dalam juknis contoh formulir prodeo)
(sebaiknya dijadikan lampiran dalam Buku II)
2) Permohonan Pembebasan Biaya Perkara oleh Pembanding diajukan
kepada Ketua Pengadilan Agama melalui petugas Meja I bersamaan
dengan permohonan banding.
3) Petugas Meja I setelah meneliti kelengkapan berkas kemudian
menuangkan SKUM nihil.
4) Permohonan Pembebasan Biaya Perkara beserta berkas yang
bersangkutan diproses sesuai dengan Pola Bindalmin
5) Permohonan Pembebasan Biaya Perkara bagi Terbanding diajukan
kepada Ketua pengadilan melalui petugas Meja I sebelum diajukan
kontra memori banding.
6) Petugas Meja I setelah meneliti kelengkapan berkas, meneruskan
permohonan banding beserta permohonan pembebasan biaya
perkara kepada Ketua pengadilan melalui Panitera/Sekretaris.
7) Panitera/Sekretaris memeriksa dan memberikan pertimbangan kelayakan
pembebasan biaya perkara dan ketersediaan anggaran. (lihat dalam
juknis contoh surat keterangan layak dari pansek) (sebaiknya dijadikan
lampiran dalam Buku II)
8) Panitera menyerahkan permohonan pembebasan biaya beserta
pertimbangannya kepada Ketua Pengadilan.
9) Ketua Pengadilan dapat mengabulkan atau menolak permohonan
Pembebasan Biaya Perkara seteIah memperhatikan pertimbangan dari
Panitera/Sekretaris, yang dituangkan dalam Surat Penetapan. (lihat
dalam juknis contoh surat penetapan) (sebaiknya dijadikan lampiran

12
dalam Buku II)
10) Surat Penetapan Ketua Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(8) harus diterbitkan pada dan tanggal yang sama dengan diajukannya
surat pemohonan Layanan Pembebasan Biaya Perkara.
11) Apabila pada hari dan tanggal yang bersangkutan, Ketua Pengadilan
tidak berada di tempat, maka Surat Penetapan tersebut dapat dikeluarkan
oIeh Wakil Ketua atau Hakim yang ditunjuk. (lihat dalam juknis contoh
surat penunjukan) (sebaiknya dijadikan lampiran dalam Buku II)
12) Dalam hal permohonan PBP dikabulkan, Surat Penetapan Ketua dibuat
rangkap tiga, masing-rnasing satu rangkap untuk Pemohon, satu rangkap
untuk KPA dan satu rangkap dirnasukkan daIam berkas perkara.
13) Berdasarkan surat penetapan Ketua Pengadilan sebagiamana tersebut
pada ayat (12) di atas, Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna
Anggaran membuat Surat Keputusan untuk membebankan biaya perkara
kepada anggaran negara dengan menyebut besaran anggaran yang
dibebankan kepada negara sebesar: (lihat dalam juknis contoh SK KPA)
(sebaiknya dijadikan lampiran dalam Buku II)
a. Satu kali Biaya pemberitahuan akta banding
b. Satu kall Biaya pemberitahuan memori banding
c. Satu kali Biaya pemberitahuan kontra memori banding
d. Dua kali Biaya pemberitahuan pemeriksaan berkas (inzage)
e. Dua kali Biaya pemberitahuan isi putusan banding
f. Biaya banding yang dikirim ke Pengadilan Tinggi
Agama/Mahkamah Syar'iyah Aceh.
g. Biaya pengiriman berkas perkara banding ke PTA.
14) Berdasarkan Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (12),
Bendahara Pengeluaran menyerahkan biaya Layanan Pembebasan
Biaya Perkara kepada kasir secara tunai sebesar yang teIah ditentukan
daIam Surat Keputusan tersebut dengan bukti kuitansi. (lihat d a l a m
juknis contoh kuitansi) (sebaiknya dijadikan lampiran dalam Buku II)
15) Berdasarkan bukti kuitansi dari kasir tersebut Panitera/Sekretaris
membuatkan Akta Pernyataan Banding.

13
16) Permohonan banding pembanding diproses sesuai dengan Pola
Bindalmin.
17) Kasir membukukan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (14)
dalam Buku jurnal dan Buku Induk Keuangan Perkara kecuali biaya
pendaftaran, biaya redaksi dan Leges yang dicatat sebagai nihil.
18) Kasir mengirim biaya banding ke PTA dan menyerahkan bukti kirim ke
petugas meja III untuk dimasukkan dalam berkas perkara banding
bundel B.
19) Apabila kebutuhan biaya perkara melebihi panjar biaya perkara yang
telah ditentukan dalam Surat Keputusan, maka Panitera/Sekretaris dapat
membuat Surat Keputusan untuk menambah panjar biaya pada perkara
yang sama berdasarkan instrumen atau penetapan sela dari PTA. (lihat
dalam juknis contoh instrumen dan penetapan sela) (sebaiknya dijadikan
lampiran dalam Buku II)
20) Apabila kebutuhan biaya perkara melebihi panjar biaya perkara yang telah
ditentukan dalam Surat Keputusan, sedangkan anggaran PBP tidak
tersedia lagi di dalam DIPA, maka proses selanjutnya dilakukan secara
cuma-cuma tanpa diperlukan penetapan sela.
21) Apabila biaya layanan pembebasan biaya perkara tersebut terdapat sisa,
maka sisa tersebut dikembalikan oleh kasir kepada Bendahara
Pengeluaran paling lambat pada akhir bulan yang bersangkutan,
22) Dalam hal anggaran Layanan Pembebasan Biaya Perkara sudah tidak
tersedia, KPA memberltahukan kepada Petugas Meja I. (lihat dalam
juknis contoh surat pemberitahuan anggaran habis dari KPA) (sebaiknya
dijadikan lampiran dalam Buku II)
23) Dalam hal terdapat permohonan Pembebasan Biaya Perkara sedangkan
anggaran Layanan Pembebasan Biaya Perkara sudah tidak tersedia lagi
sebagaimana dimaksud pada ayat (20), maka perkaranya diproses
dengan berperkara sebagai berikut:
a. Ketua Pengadilan menunjuk Majelis Hakim untuk memeriksa
ketidakmampuan pemohon.
b. Dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari sejak permohonan itu

14
dicatat oleh panitera, majelis hakim yang ditunjuk memerintahkan
panitera untuk memberitahukan perrnohonan itu kepada pihak lawan
dan memerintahkan untuk memanggil kedua belah pihak supaya
datang di muka hakim untuk dilakukan pemeriksaan tentang
permohonan pembebasan biaya perkara.
c. Pemanggilan kepada para pihak untuk pemeriksaan permohonan
pembebasan biaya perkara dilakukan tanpa biaya dan dicatat dalam
buku jurnal dan buku induk dengan nilai Rp.0,00 (nihil)
d. Pemeriksaan oleh majelis hakim sebagaimana pada angka (1) hanya
memeriksa ketidakmampuan pemohon secara ekonomi tanpa
memutus (menolak atau mengabulkan) yang hasilnya dituangkan
dalam Berita Acara
e. Berita Acara hasil pemeriksaan permohonan pembebasan biaya
perkara bersama bundel A dan salinan putusan dikirim oleh
pengadilan agama ke PTA.
24) Apabila perkara telah diputus, maka biaya perkara dicantumkan dalam
amar putusan yang berbunyi: "Biaya yang timbul dalam perkara ini
sejumlah Rp........dlbebankan kepada neqara".
25) Dalam hal permohonan PBP tidak dikabulkan, maka Pembanding harus
membayar panjar biaya banding dalam tenggang waktu masa banding
dan jika tidak dipenuhi maka permohonan bandingnya tidak memenuhi
sesuai peraturan yang berlaku13

Prosedur Dan Mekanisme Prodeo (PBP) Di Tingkat Kasasi


Pembebasan Biaya Perkara Lanjutan
1) Dalam hal perkara telah ditetapkan sebagai perkara bebas biaya oleh
Pengadilan Agama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (7)
bagi Penggugat/Pemohon atau Pasal 9 ayat (1) bagi
Tergugat/Termohon, pengajuan kasasi untuk beperkara secara bebas
biaya harus disertai surat penetapan layanan pembebasan biaya perkara
yang telah dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Agama.

13 )
Surat Edaran Nomor 0508.a/DjA/HK.00/III/2014 pasal 12

15
2) Permohonan tersebut diajukan oleh Pemohon Kasasi melalui Meja I
bersamaan dengan permohonan kasasi.
3) Petugas Meja I setelah meneliti kelengkapan berkas kernudian
menuangkan SKUM nihil.
4) Permohonan Pembebasan Biaya Perkara beserta berkas yang
bersangkutan diproses sesuai dengan Pola Bindalmin
5) Berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan sebagaimana tersebut
pada ayat (1), Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran
membuat Surat Keputusan untuk membebankan biaya perkara kepada
anggaran negara dengan menyebut besaran anggaran yang dibebankan
kepada negara sebesar:
a. Satu kali Biaya pemberitahuan akta kasasl
b. Satu kali Biaya pemberitahuan memori kasasi
c. Satu kali Biaya pemberitahuan kontra memori kasasi
d. Dua kali Biaya pemberitahuan isi putusan kasasi
e. Biaya kasasi yang dikirim ke Mahkamah Agung.
f. Biaya pengiriman berkas perkara kasasi ke Mahkamah Agung
6) Berdasarkan Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Bendahara Pengeluaran menyerahkan biaya Layanan Pembebasan Biaya
Perkara kepada kasir secara tunai sebesar yang telah ditentukan
dalam Surat Keputusan tersebut dengan bukti kwitansi.
7) Kasir membukukan biaya sebagalmana dimaksud pada ayat (3) dalam
Buku jurnal dan Buku Induk Keuangan Perkara kecuali biaya
pendaftaran, biaya redaksi dan Leges yang dicatat sebagai nihil.
8) Setelah Kasir membukukan panjar biaya perkara kasasi dan membuatkan
SKUM, prosedur permohonan kasasi selanjutnya diproses sesuai dengan
Pola Bindalmin
9) Kasir rnengirimkan biaya kasasi ke Mahkamah Agung dan menyerahkan
bukti pengiriman kepada petugas Meja III untuk dimasukan dalam berkas
perkara.
10) Apabila kebutuhan biaya perkara melebihi panjar biaya perkara yang
telah ditentukan dalam Surat Keputusan, maka Panitera/Sekretaris dapat

16
membuat Surat Keputusan untuk menambah panjar biaya perkara
berdasarkan instrumen atau penetapan sela dari Mahkamah Agung
berkaitan dengan perintah diadakan pemeriksaan tambahan.
11) Apabila kebutuhan biaya perkara melebihi panjar biaya perkara yang
telah ditentukan dalam Surat Keputusan, sedangkan anggaran PBP tidak
tersedia lagi di dalam DIPA, maka proses selanjutnya dilakukan dengan
cara Cuma-cuma tanpa diperlukan penetapan sela.
12) Apabila biaya layanan pembebasan biaya perkara tersebut terdapat
sisa, maka sisa tersebut dikembaltkan oleh kasir kepada Bendahara
Pengeluaran paling lambat pada akhir bulan yang bersangkutan.
13) Dalam hal anggaran Layanan Pembebasan Biaya Perkara sudah habis,
maka KPA membuat pernyataan dan perkaranya diproses secara cuma-
cuma. (lihat contoh pernyataan)
14) Surat Penyataan KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (11)
dilampirkan pada berkas perkara kasasi bundel B yang akan dikirim
ke Mahkamah Agung.
15) Apabila perkara telah diputus, maka biaya perkara dicantumkan
dalam amar putusan yang berbunyi: "Biayayang timbul dalam perkara
ini sejumlah Rp.... dibebankan kepada neqara".14

Permohonan pembebasan biaya sejak perkara baru diajukan di tingkat


kasasi
1) Dalam hal permohonan pembebasan biaya perkara diajukan untuk
pertama kali di tingkat kasasi, maka Permohonan Pembebasan Biaya
Perkara diajukan secara tertulis dengan formulir tersendiri sebagaimana
contoh pada lampiran yang terpisah dengan Permohonan kasasi dengan
melampirkan dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal (3) ayat (2).
2) Permohonan pembebasan biaya perkara oleh Pemohon Kasasi diajukan
kepada Ketua PA melalui petugas Meja I bersamaan dengan permohonan
kasasi.
3) Permohonan Pembebasan Biaya Perkara bagi Termohon Kasasi diajukan

14 )
Surat Edaran Nomor 0508.a/DjA/HK.00/III/2014 pasal 13

17
kepada Ketua Pengadilan Agama melalui petugas Meja I sebelum
diajukan kontra memori kasasi,
4) Petugas Meja I setelah meneliti kelengkapan berkas kemudian
menuangkan SKUM Nihil.
5) Permohonan Pembebasan Biaya Perkara beserta berkas yang
bersangkutan diproses sesuai dengan Pola Bindalmin
6) Panitera/Sekretaris memeriksa dan memberikan pertimbangan kelayakan
pembebasan biaya perkara dan ketersediaan anggaran.
7) Panitera menyerahkan permohonan pembebasan biaya beserta
pertimbangannya kepada Ketua Pengadilan Agama.
8) Ketua Pengadilan Agama dapat mengabulkan atau menolak permohonan
Pembebasan Biaya Perkara setelah memperhatikan pertimbangan dari
Panitera/Sekretaris, yang dituangkan dalam Surat Penetapan.
9) Surat Penetapan Ketua Pengadilan Agama sebagaimana dimaksud dalam
ayat (8) harus diterbitkan pada dan tanggal yang sama dengan
diajukannya surat pemohonan Layanan Pembebasan Biaya Perkara.
10) Apabila pada hari yang bersangkutan, Ketua Pengadilan tidak berada di
tempat, maka Surat Penetapan tersebut dapat dikeluarkan oleh Wakil
Ketua atau Hakim yang ditunjuk. (lihat contoh surat penunjukan)
11) Dalam hal permohonan PBP dikabulkan, Surat Penetapan Ketua dibuat
rangkap tiga, masing-masing satu rangkap untuk Pemohon, satu rangkap
untuk KPA dan satu rangkap dimasukkan dalam bundel B berkas perkara
kasasi.
12) Berdasarkan surat penetapan Ketua Pengadilan sebagaimana tersebut
pada ayat (8) di atas, Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna
Anggaran membuat Surat Keputusan untuk membebankan biaya perkara
kepada anggaran negara dengan menyebut besaran anggaran yang
dibebankan kepada negara sebesar:
a. Satu kali Biaya pemberitahuan akta kasasi
b. Satu kali Biaya pemberitahuan memori kasasi
c. Satu kali Biaya pemberitahuan kontra memori kasasi
d. Dua kali Biaya pemberitahuan isi putusan kasasi

18
e. Biaya kasasi yang dikirim ke Mahkamah Agung
f. Biaya pengiriman berkas perkara kasasi ke Mahkamah Agung
13) Berdasarkan Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (12),
Bendahara Pengeluaran menyerahkan biaya Layanan Pembebasan Biaya
Perkara kepada kasir secara tunai sebesar yang telah ditentukan
dalam Surat Keputusan tersebut dengan bukti kwitansi.
14) Berdasarkan bukti kuitansi dari kasir, Panitera/Sekretaris membuatkan
Akta Permohonan kasasi.,
15) Kasir membukukan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (11) dalam
Buku jurnal dan Buku Induk Keuangan Perkara kecuali biaya pendaftaran,
biaya redaksi dan Leges yang dicatat sebagai nihil.
16) Kasir mengirim biaya perkara kasasi ke MARI dan menyerahkan bukti
kirim untuk dimasukkan dalam berkas perkara kasasi.
17) Apabila kebutuhan biaya perkara melebihi panjar biaya perkara yang telah
ditentukan dalam Surat Keputusan, maka Panitera/Sekretaris dapat
membuat Surat Keputusan untuk menambah panjar biaya perkara
berdasarkan instrumen atau penetapan sela Mahkamah Agung yang
berkaitan dengan perintah pemeriksaan tambahan.
18) Apabila kebutuhan biaya perkara melebihi panjar biaya perkara yang
telah ditentukan dalam Surat Keputusan, sedangkan anggaran PBP tidak
tersedia lagi di dalam DIPA, maka proses selanjutnya dilakukan dengan
secara cuma-cuma tanpa diperlukan penetapan sela.
19) Apabila biaya layanan pembebasan biaya perkara tersebut terdapat sisa,
maka sisa tersebut dikembalikan oleh kasir kepada Bendahara
Pengeluaran paling lambat pada akhir bulan yang bersangkutan,
20) Dalam hal permohonan PBP sudah tidak tersedia, KPA memberitahukan
kepada Petugas Meja I. (lihat dalam juknis contoh surat pemberitahuan
anggaran habis dari KPA) (sebaiknya dijadikan lampiran dalam Buku II)
21) Dalam hal terdapat permohonan Pembebasan Biaya Perkara sedangkan
anggaran Layanan Pembebasan Biaya Perkara sudah tidak tersedia lagi
sebagaimana dimaksud pada ayat (20), maka perkaranya diproses dengan
berperkara sebagai berikut:

19
a. Ketua Pengadilan menunjuk Majelis Hakim untuk memeriksa ketidak
mampuan permohonan pemohon.
b. Majelis Hakim memeriksa permoohonan pembebasan baiaya pekrara
yang dituangkan dalam berita acara sebagai bahan pertimbangan di
tingkat kasasi.
c. Berita acara pemeriksaan tersebut tidak termasuk menjatuhkan
penetapan tentang dikabulkan atau ditolaknya permohonan pembebasan
biaya perkara.
d. Berita acara hasil pemeriksaan tersebut dikirim oleh PA ke MA bersama
dengan bundel A dan bundel B.
22) Proses penanganan permohonan kasasi tersebut di PA dilaksanakan
sesuai Pola Bindalmin secara Cuma-cuma,
23) Apabila perkara telah diputus, maka biaya perkara dicantumkan dalam
amar putusan yang berbunyi: "Biaya yang timbul dalam perkara ini
sejumlah Rp...(...) dibebankan kepada neqara".
24) Dalam hal permohonan PBP tidak dikabulkan, maka Penggugat/Pemohon
harus membayar biaya perkara dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari setelah dijatuhkan Surat Penetapan Ketua Pengadilan dan jika tidak
dipenuhi maka permohonan kasasinya tidak memenuhi syarat formil. 15

Prosedur Dan Mekanisme Prodeo (PBP) Di Tingkat PK


1) Prosedur dan Mekanisme Pembebasan Biaya Perkara pada tingkat
Peninjauan Kembali mengikuti Petunjuk Pelaksanaan tentang Prosedur
dan Mekanisme Pembebasan Biaya Perkara pada tingkat kasasi
sebagaimana dimaksud pada Pasal (7) dan Pasal (8) Petunjuk
Pelaksanaan ini.
2) Adapun besaran komponen biaya perkara yang dituangkan dalam Surat
Keputusan Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran atas
permohonan Pembebasan Biaya Perkara yang dikabulkan adalah
meliputi:
a. Biaya pengiriman biaya perkara peninjauan kembali melalui

15 )
Surat Edaran Nomor 0508.a/DjA/HK.00/III/2014 pasal 14

20
bank/kantor pos.
b. Biaya pemberitahuan pernyataan dan alasan peninjauan kembali.
c. Biaya pemberitahuan jawaban atas permohonan dan alasan
peninjauan kembali.
d. Biaya fotokopi/penggandaan dan pemberkasan,
e. Biaya pengiriman berkasa perkara peninjauan kembali.
f. Biaya transportasi petugas pengiriman dan pemberitahuan.
g. Biaya pemberitahuan amar putusan peninjauan kembali kepada
Pemohon peninjauan kembali.
h. Biaya pemberitahuan amar putusan peninjauan kembali kepada
Termohon peninjauan kembali
Dalam hal pelaksanaan DIPA alokasi anggaran khusus pembebasan biaya
perkara belum dapat dijalankan karena awal tahun anggaran dan atau hal
lainnya yang sah menurut ketentuan peraturan perundangan, maka panjar
biaya perkara tersebut diperlakukan seperti panjar biaya perkara secara
cuma-cuma16.
Demikian juga menurut penulis pada pembahasan tentang Beracara
secara prodeo sebagaimana tertera pada halaman 63-67, ketentuannya
mengacu kepada Surat Edaran Nomor 0508.a/DjA/HK.00/III/2014.

2. PEMANGGILAN DAN PEMBERITAHUAN (PBT) BAGI PIHAK DI LUAR NEGERI


Mengenai pemanggilan pihak beperkara, terutama Tergugat/Termohon
dalam bukut II edisi revisi 2014 diatur sebagai berikut:
10) Pemanggilan terhadap Tergugat / Termohon yang berada diluar negeri
harus dikirim melalui Departemen Luar Negeri cq. Dirjen Protokol dan
Konsuler Departemen Luar Negeri dengan tembusan disampaikan
kepada Kedutaan Besar Indonesia di negara yang bersangkutan.
11) Permohonan pemanggilan sebagaimana tersebut pada angka
(10) tidak perlu dilampiri surang panggilan, tetapi permohonan
tersebut dibuat tersendiri yang sekaligus berfungsi sebagai surat
panggilan (relaas). Meskipun surat panggilan (relaas) itu tidak kembali

16 )
Surat Edaran Nomor 0508.a/DjA/HK.00/III/2014 pasal 15

21
atau tidak dikembalikan oleh Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler
Departemen Luar Negeri, panggilan tersebut sudah dianggap sah,
resmi dan patut (Surat Edaran Mahkamah Agung kepada Ketua
Pengadilan Agama Batam Nomor 055/75/91/I/UMTU/Pdt./1991 tanggal
11 Mei 1991).
12) Tenggang waktu antara pemanggilan dengan persidangan
sebagaimana tersebut dalam angka (10) dan (11) sekurang- kurangnya
6 (enam) bulan sejak surat permohonan pemanggilan dikirimkan. 17
Dari ketentuan di atas, Buku II edisi revisi hanya mengatur tentang
pemanggilan, namun tidak mengatur tentang pemberitahuan (PBT) isi
putusan setelah perkara diputus oleh Majelis Hakim. Hal ini tentu bermasalah
jika kita akan menghitung berkekuatan hukum tetap (BHT)nya suatu putusan,
karena jika jangka waktu BHT disamakan dengan jangka waktu pemanggilan
yaitu 6 bulan sejak surat permohonan pemanggilan dikirimkan, maka hal
tersebut sangat merugikan bagi Penggugat/Pemohon.
Oleh karena itu, menurut penulis adalah layak jika Buku II edisi
berikutnya dalam hal pihak-pihakberalamat di luar negeri tidak hanya
mengatur masalah pemanggilan saja, tetapi juga mengatur tentang tata cara
pemberitahuan isi putusan beserta jangka waktu BHT-nya.
Menurut penulis layaklah kiranya dalam menghitung waktu BHT adalah
14 (empat belas) hari sejak surat permohonan PBT isi putusan tersebut
dikirimkan, bukan 6 enam) bulan seperti saat pemanggilan.

3. BATAS MAKSIMAL PENYELESAIAN PERKARA

Tertulis pada buku II edisi revisi 2014 batas maksimal penanganan


perkara adalah 6 bulan18. Ketentuan tersebut masih mengacu pada Surat
Edaran MARI Nomor 3 Tahun 1998, padahal sesuai Surat Edaran MARI
Nomor 2 Tahun 2014, penyelesaian perkara dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut: “1. Penyelesaian perkara pada Pengadilan Tingkat Pertama

17 )
Buku II edisi revisi 2014 hal 28
18 )
Buku II edisi revisi 2014 hal 29

22
paling lambat dalam waktu 5 (lima) bulan”19. Demikan juga tentang
penentuan hari sidang pada huruf c.4. 20 dan tentang pemanggilan para pihak
21
huruf d.12 , menurut penulis, jangka waktunya juga menjadi 5 (lima) bulan
menyesuaikan dengan Surat Edaran MARI Nomor 2 Tahun 2014.

4. DOKUMEN ELETRONIK
Pada halaman 37, 38 dan 39 Buku II edisi revisi 2014, tertera adanya
keharusan mengikutsertakan dokumen eletronik/softcopy pada perkara
kasasi dan PK, sedangkan untuk perkara banding bundel A dan Bundel B
pada halaman 36 dan 50, tidak tertera adanya keharusan mengikutsertakan
dokumen eletronik/softcopy, padahal pada praktiknya selama ini PTA selalu
meminta dokumen eletronik/softcopy jika ada perkara banding. Menurut
penulis, seharusnya untuk perkara banding bundel A dan Bundel B pada
halamn 36 dan 50 juga harus mencantumkan dokumen eletronik/softcopy.

5. LAPORAN PERKARA YG DISELESAIKAN MELEWATI BATAS WAKTU MAKSIMAL


Pada halaman 41 Buku II edisi revisi 2014, mengenai laporan perkara
yang diselesaikan melebihi batas waktu maksimal masih mengacu kepada
Surat Edaran MARI Nomor 3 Tahun 1998 yaitu dengan batas waktu 6
(enam) bulan, padahal sesuai Surat Edaran MARI Nomor 2 Tahun 2014,
penyelesaian perkara dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
“1. Penyelesaian perkara pada Pengadilan Tingkat Pertama paling lambat
dalam waktu 5 (lima) bulan”. Oleh karena itu menurut penulis, ketentuan
tersebut pada halaman 41 seharusnya juga diubah menjadi 5 (lima) bulan,
menyesuaikan dengan Surat Edaran MARI Nomor 2 Tahun 2014.

6. ASAS PERSONALITAS KEISLAMAN


Berdasarkan pengalaman penulis yang pernah bertugas di daerah yang
umat Islamnya minoritas, masih dapat dikembangkan penerapan asas
personalitas keislaman tersebut, tidak hanya terpaku kepada masalah
perceraian semata sebagaimana contoh pada Buku II edisi revisi 2014 hal
19 )
Surat Edaran MARI Nomor 2 Tahun 2014 hal 1
20 )
Buku II edisi revisi 2014 hal 26
21 )
Buku II edisi revisi 2014 hal 28

23
59, namun pada masalah lain dalam lingkup pasal 49 huruf (a) UU Nomor 7
Tahun 1989, yaitu:

Jenis perkara Ketentuan Pasal Kondisi


Dispensasi Kawin pasal 7 (2) UU Nomor 1 Jika salah satu calon
Tahun 1974 mempelai baru masuk
Islam dan masih
berusia di bawah 18
tahun, sehingga yang
mengajukan perkara
adalah orang tua calon
mempelai tersebut
sedangkan orang tua
calon mempelai
tersebut masih
beragama non Islam
Pembatalan Nikah pasal 23 UU Nomor 1 Oleh orang tua/keluarga
Tahun 1974 dalam garis keturunan
lurus ke atas yang
beragama non Islam
atau salah seorang
suami atau istri yang
sudah kembali ke
agama semula (non
Islam)
Itsbat Nikah pasal 7 (4) KHI Dapat terjadi pada
keadaan kedua orang
tua telah wafat, namun
perkawinannya belum
tercatat, sedangkan
anak/anak-anaknya
beragama non Islam

24
Pencegahan pasal 14 (1) UU Nomor 1 Dalam keadaan apabila
perkawinan Tahun 1974 yang mengajukan
adalah keluarga baik
dalam garis lurus ke
atas maupun ke bawah
beragama non Islam
Harta bersama pasal 37 UU Nomor 1 Jika salah satu pihak
Tahun 1974 jo 97 KHI antara suami dan istri
sudah beragama non
Islam
Pangasuhan anak pasal 55 UU Nomor 1 Jika salah satu pihak
Tahun 1974 jo 103, 105, antara suami dan istri
156 KHI atau kerabat yang
mangajukan sudah
beragama non Islam
Penetapan asal usul Pasal 44 ayat (2) UU Jika salah satu pihak
anak Nomor 1 Tahun 1974 jo antara suami dan istri
103 KHI sudah beragama non
Islam

Menurut penulis dalam keadaan seperti tersebut di atas, walaupun


yang bersangkutan beragama non Islam, maka yang bersangkutan
mempunyai legal standing untuk mengajukan perkaranya ke Pangadilan
Agama. Secara sosiologis pendapat penulis ini dilatarbelakangi Kabupaten
tempat penulis bertugas, yang umat Islamnya minoritas, namun pembauran
di masyarakat, tidak sedikit orang Islam menikah dengan pasangan yang
awalnya beragama non Islam, namun masuk Islam (muallaf) sebelum
dilangsungkannya pernikahan. Menurut data Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sanggau (Sanggau Dalam Angka) tahun 2013 dengan
berdasarkan data tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Sanggau secara
keseluruhan sebesar 385.859 orang dan dari jumlah tersebut jumlah umat

25
22
Islam sebesar 121.922 orang atau jumlah umat Islam sekitar 31,59% dari
jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Sanggau.

7. REGISTER PERKARA
Dasar diberlakukannya Register Perkara adalah Surat Ketua
Mahkamah Agung RI Nomor KMA/001/SK/1991 tanggal 24 Januari 199123
yang salah satu fungsinya untuk menyimpan data dan pusat ingatan serta
sumber informasi, oleh karenanya register perkara mempunyai nilai yuridis
dan pembuktian sebagai akta otentik.
Sejak dari awal ditetapkan penggunaan pola register berdasarkan
Instruksi Direktorat Jenderal Binbaga Islam Departemen Agama Nomor
D/Inst./117/1975 tanggal 12 Agustus 197524 hingga sekarang jenis-jenis
register perkara semakin berkembang. Jenis-jenis register perkara di dalam
Buku II edisi revisi tahun 2014 di halaman 22-23 berjumlah 17 jenis
register25, namun di halaman 172 Buku II edisi revisi tahun 2014 dalam
pembahasan sengketa kewenangan mengadili ternyata ada kewajiban
Pengadilan Agama mendaftarkan perkara sengketa kewenangan mengadili
pada “Register Permohonan Sengketa Kewenangan Mengadili”,
sementara Register Perkara Sengketa Kewenangan Mengadili tidak
termasuk dalam jenis-jenis register sebagaimana pada halaman 22-23 Buku
II edisi revisi tahun 2014.
Jadi menurut penulis, sebetulnya jenis-jenis register di Buku II halaman
22-23, kurang satu jenis yaitu Register Permohonan Sengketa Kewenangan
Mengadili.

8. AMAR PUTUSAN/PENETAPAN DIBATALKAN & DICABUT


Berkaitan dengan amar yang ada dalam Buku II edisi revisi 2014,
khususnya putusan/penetapan yang produknya dibatalkan atau dicabut26

22 )
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sanggau ”Sanggau Dalam Angka” Tahun 2013
23 )
Buku Pola Bindalmin, hal. 43
24 )
Buku Pola Bindalmin, hal. 42
25 )
Buku II edisi revisi 2014, hal. 22-23
26 )
Buku II edisi revisi 2014, hal. 72-73

26
berbeda dengan Format Putusan & BAS yang diterbitkan oleh Badilag27,
seharusnya menurut penulis, hendaknya ada kesamaan format baik di Buku
II edisi revisi 2014 dan Format Putusan & BAS yang diterbitkan oleh Badilag,
sehingga tidak membingungkan atau setidak-tidaknya ada penjelasan
tentang alternatif pilihan antara kedua format tersebut.

PENUTUP
Demikian 8 catatan penulis terhadap Buku II edisi revisi Tahun 2014, yang
dilatarbelakangi keinginan penulis memiliki buku pedoman kerja yang
senantiasa up to date sesuai dengan perkembangan dan perubahan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Semoga catatan penulis ini mendapat tanggapan dan koreksi, sehingga
memperkaya khazanah pengetahuan dan sebagai pedoman dalam
menjalankan tugas.

27 )
Pedoman Format Berita Acara Sidang dan Putusan Peradilan Agama/Mahkamah Syar’iyah, hal.
72-73

27
SUMBER BACAAN

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sanggau, “Sanggau Dalam Angka”,Tahun


2013.
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama MARI, “Pedoman Pelaksanaa
Tugas dan Administrasi Peradilan Agama Buku II”, edisi revisi 2014.
Dr. H. Abdul Manan, SH., S.Ip., M.Hum & Drs. H. Ahmad Kamil, SH., M.Hum,
“Penerapan Dan Pelaksanaan Pola Pembinaan Dan Pengendalian
Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi
Agama”, Direktorat Jenderal Badilag MARI, Jakarta, Tahun 2007.
Direktorat Pembinaan Administrasi Peradilan Agama, “Pedoman Format Berita
Acara Sidang Dan Putusan Peradilan Agama/Mahkamah Syar’iyah”,
Tahun 2014.
Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu di
Pengadilan.
Petunjuk Teknis Buku II Tahun 2013 (Surat Tuada Agama Nomor 14/TUAD-
AG/2013).
Surat Edara Dirjen Badilag Nomor 0508.a/DjA/HK.00/III/2014
Surat Edaran MARI Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penyelesaian Perkara Di
Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding Pada 4 (Empat)
Lingkungan Peradilan.

28

Anda mungkin juga menyukai