Anda di halaman 1dari 5

PERAN APARAT PENGADILAN DALAM MEMBERIKAN KESEJUKAN KEPADA

PENCARI KEADILAN
Oleh : Drs. Herman Supriyadi
(Wakil Ketua Pengadilan Agama Sarolangun)

Pendahuluan

Manakala musyawarah secara kekeluargaan, mediasi ataupun upaya damai lain yang telah
ditempuh oleh pihak-pihak yang bersengketa tentang masalah keperdataan tetap mengalami
jalan buntu, maka terkahir tempat yang dituju tidak lain adalah pengadilan. Di pengadilan-lah
para pihak tersebut menaruh harapan agar kiranya sengketa yang mereka hadapi dapat
terselesaikan secara adil. Hak-hak dari masing-masing pihak yang dirasakan telah dizhalimi,
dirampas atau diambil oleh pihak lain secara tidak benar, dengan adanya putusan pengadilan
diharapkan dapat kembali seperti semula.

Di sisi lain tidak sedikit pihah yang merasa hak-haknya terzhalimi namun tidak berani
mengajukan perkaranya ke pengadilan. Hal tersebut terjadi antara lain disebabkan banyak yang
tidak memahami cara berperkara di pengadilan sehngga digeluti oleh rasa kekhawatiran seperti
khawatir dengan proses yang rumit dan berbelit-belit, memerlukan waktu yang lama, biaya
yang mahal, dan sebagainya. Akibatnya tidak sedikit orang yang dizhalimi harus menaggung
akibat dari kezhaliman tersebut secara berkepanjangan sampai akhir hayatnya.

Tujuan pengadilan itu sendiri pada dasarnya adalah untuk menciptakan rasa tenteram bagi
masyarakat pencari keadilan. Pengadilan harus mampu memberikan pelayanan dengan sebaik-
baiknya serta putusan yang seadil-adilnya sehingga meskipun pencari keadilan tersebut harus
kehilangan harta ataupun hak namun merasa puas karena menyadari hal tersebut wajar
diterimanya. Misalnya dalam perkara perceraian, meskipun pada awalnya salah satu pihak
ngotot keberatan untuk bercerai namun setelah mendengar pertimbangan-pertimbangan dalam
putusan menjadi ikhlas menerima putusan tersebut karena sadar bahwa itu adalah yang terbaik
bagi dirinya sesuai dengan firman Allah, SWT dalam surah al-Baqarah ayat 229 yang berbunyi :

‫ﻔـﺍﻤﺳـﺍﻚ ﺒـﻤﻌـﺮﻮﻒ ﺍﻮﺘـﺳـﺮﻳـﺢ ﺒـﺍﺤـﺴـﺍﻦ‬


Permasalahan

Seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar pencari keadilan yang datang ke pengadilan
khususnya Pengadilan Agama menghadapi permasalahan serius yang tidak bisa diselesaikannya
lagi. Tujuan kedatangannya tidak lain agar permasalahan yang dihadapinya tersebut selesai
secepatnya. Mereka bertanya bagaimana cara agar perkaranya cepat selesai bahkan kalau dapat
cukup satu kali sidang dengan berbagai alasan seperti tempat yang jauh, tidak ada kendaraan dan
sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini biasanya sering diajukan kepada aparat yang
bertugas di lapangan.

Terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut aparat peradilan harus mampu memberikan


penjelasan yang sesuai dengan ketentuan hukum baik hukum formil maupun materil. Kadang-
kadang ada aparat yang karena merasa bukan tugasnya, atas pertanyaan tersebut menjawab “itu
wewenang Majelis yang menyidangkannya”. Sebaliknya adapula yang karena ingin menyejukkan
perasaan pencari keadilan tersebut menjelaskan bahwa “ apabila sudah ada bukti-bukti surat dan
saksi-saksi perkara tersebut akan diputuskan”.

Jawaban-jawaban sebagaimana tersebut di atas memiliki berbagai kelemahan. Jawaban


pertama misalnya memang telah sesuai dengan ketentuan hukum acara karena yang berwenang
memutuskan suatu perkara adalah Majelis Hakim dalam persidangan. Akan tetapi jawaban
tersebut dapat membuat tidak puas perasaan penanya karena ia yakin aparat yang bersangkutan
menjawab demikian disebabkan tidak mau membantu dirinya, sedangkan jawaban kedua pada
awalnya dapat membuat sejuk perasaan pencari keadilan tersebut. Akan tetapi bila perkaranya
belum dapat diputuskan karena belum terpenuhi syarat formil ataupun materilnya misalnya
keterangan yang diberikan Saksi tidak meyakinkan Majelis sehingga perkaranya belum dapat
diputus maka akan lebih menyakitkan bagi pihak penanya atau pencari keadilan yang
dimaksud karena sudah terlanjur dijanjikan. Lalu bagaimana seharusnya keterangan yang dapat
diberikan sehingga di satu sisi dapat menenangkan pihak yang berpekara dan disisi lain tidak
bertentangan dengan ketentuan hukum acara yang berlaku di pengadilan ?

Pembahasan
Mahkamah Agung dengan berbagai programnya antara lain adanya meja informasi dalam
sistem Reformasi Birokrasi telah berusaha untuk memberikan kepuasan bagi masyarakat
pencari keadilan. Bila ada masyarakat pencari keadilan yang ingin tahu tentang cara-cara
berperkara di pengadilan dan selanjutnya datang ke Meja Informasi, insyaallah informasi yang
dibutuhkan akan didapatinya.

Akan tetapi tidak semua pencari keadilan memiliki pendidikan dan pergaulan yang
memadai sehingga merasa berat untuk datang dan bertanya ke pengadilan. Faktanya masih
banyak masyarakat yang lebih suka bertanya kepada aparat pengadilan yang bertugas di
lapangan atau kepada orang-orang yang diketahuinya bekerja di pengadilan daripada datang
sendiri ke pengadilan. Oleh karena itu setiap aparat pengadilan paling tidak harus mengetahui
prinsip-prinsip dasar serta asas-asas pengadilan dalam menerima, memeriksa mengadili dan
menyelesaikan setiap perkara sehingga mampu menjelaskan kepada pihak yang membutuhkan
sebelum mengarahkannya ke Meja Informasi ataupun petugas lain yang berwenang di
pengadilan.

Dalam kasus di atas misalnya aparat pengadilan harus mampu memberikan penjelasan
bahwa dalam menyelesaikan perkara pengadilan sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang dalam pasal 2 ayat (4) menyatakan
bahwa peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan. Sederhana maksudnya
pemeriksaan hanya dilakukan terhadap hal-hal yang penting saja yang berkaitan dengan gugatan,
Cepat artinya begitu terdaftar perkara akan segera diproses sedangkan biaya ringan artinya biaya
yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan dan bila ada kelebihan akan segera dikembalikan.

Persoalan lain yang sering terjadi adalah keberatan para pihak atas peletakan sita jaminan
terhadap harta-harta yang ada padanya karena disengketakan. Pihak tersebut sering menganggap
sita yang dilakukan merupakan perampasan atas harta-harta yang selama ini menjadi miliknya
atau milik bersama. Akibatnya sering terjadi keributan antara petugas yang ditunjuk oleh
pengadilan dengan pihak yang barangnya diletakkan sita jaminan tersebut karena salah
pengertian.
Secara umum persoalan tersebut terjadi akibat petugas tidak memberikan penjelasan secara
jelas tentang tujuan peletakan sita jaminan itu sendiri dimana sita jaminan bukan untuk
merampas harta yang ada pada pihak sebagaimana halnya sita eksekusi melainkan hanya
tindakan sementara untuk mengingatkan agar barang-barang yang dimaksud tidak boleh
dialihkan atau dipindahtangankan sampai adanya putusan pengadilan.

Untuk memberikan informasi secara benar mengenai cara-cara berperkara di Pengadilan


dibutuhkan pengetahuan yang memadai, oleh sebab itu agar pengetahuan tersebut dapat
diperoleh harus diusahakan dengan berbagai cara seperti mengikuti pendidikan formal pada
tingkat yang lebih tinggi atau dengan cara non formal seperti pelatihan-pelatihan dan
bimbingan-bimbingan teknis serta banyak membaca literatur-literatur terkait. Tanpa
pengetahuan atau ilmu yang memadai kecil kemungkinan apa yang diinginkan dapat terwujud.
Rasulullah SAW pernah bersabda :

‫ﺪ ﻫﻤـﺍ‬۱‫ﺮ‬۱‫ﻠـﺪﻨﻴـﺍ ﻔﻌـﻟـﻳﻪ ﺒﻠـﻌﻠـﻢ ﻮﻤﻦ ﺃﺮﺪﺍﻻﺨـﺮﻩ ﻔﻌـﻟـﻳﻪ ﺒﻠـﻌﻠـﻢ ﻮ ﻤـﻦ‬۱‫ﺪ‬۱‫ﺮ‬۱‫ﻤـﻦ‬


‫ﻔﻌـﻟـﻳﻪ ﺒﻠـﻌﻠـﻢ‬
Artinya : Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia maka dengan ilmu, dan
barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan
barangsiapa yang menghendaki keduanya (kehidupan dunia dan akhirat) maka
dengan ilmu.

Di jajaran Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung melalui kawal depannya Pengadilan
Tinggi Agama telah menjabarkan makna hadits tersebut yaitu dengan mengadakan program
pendidikan dan pelatihan-pelatihan serta bimbingan-bimbingan teknis yang tujuannya tidak lain
agar seluruh aparat pengadilan memiliki pengetahuan yang memadai sesuai bidang tugas
masing-masing serta mengetahui wewenang pengadilan secara garis besarnya sehingga mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan secara optimal.

Kesimpulan

Dari uraian-uraian di atas Penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :


1. Setiap aparat peradilan harus mampu memberikan pelayanan yang baik sehingga
menimbulkan kesejukan bagi para pencari keadilan dimana tujuannya tidak lain adalah agar
terpenuhi rasa keadilan dalam masyarakat.

2. Agar hal tersebut dapat diwujudkan, setiap aparat harus memiliki pengetahuan yang
memadai mengenai tugas dan wewenang pengadilan serta mampu menjelaskannya kepada
pihak yang membutuhkannya dalam batas-batas yang dibenarkan oleh undang-undang.

3. Agar memperoleh pengetahuan yang memadai sesuai dengan kebutuhan tentulah harus
berusaha keras seprti mengikuti jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi, serius dalam
mengikuti pelatihan-pelatihan dan bimbingan teknis atau paling tidak sering membaca buku-
buku yang berkaitan dengan masalah hukum.

Penutup

Demikian tulisan singkat dan sederhana ini semoga ada manfaatnya baik bagi para
pembaca pada umumnya terlebih lagi bagi penulis sendiri khususnya.

Sarolangun, Oktober 2013

Penulis,

Drs.Herman Supriyadi

Anda mungkin juga menyukai