Oleh : Alimuddin1
PROLOG
Uldilag) H. Andi Syamsu Alam, yang dirilis website Badilag.net selama dua pekan
patut diapresiasi.2 Betapa tidak, sebagai seorang 'ayah' beliau selalu memberikan
pedoman dan contoh kepada aparatur Peradilan Agama untuk mawas diri, percaya
diri, dan mengukur diri. Sebagai seorang pimpinan, tentunya apa yang beliau
bukunya yang berjudul "Membumikan Al-Quran" dan menjadi salah satu buku "best
seller" atau habis terjual.3 Kemudian istilah tersebut seringkali disebut-sebut dalam
Agama kepada masyarakat. Hemat penulis, pribahasa tak kenal maka tak sayang
Agama berada di bawah Kementerian Agama dan aparatur Peradilan Agama adalah
1 .Hakim Pengadilan Agama Pandan/ Tim Penulis Buku Biografi H. Andi Syamsu Alam
(Tuada Uldilag).
2 .H. Andi Syamsu Alam, "Doa, Harapan dan Mimpi-mimpiku," www.badilag.net.
3 ."Buku Membumikan Al-Quran Habis Terjual," Surat Kabar Suluh Kalbu, edisi Maret 2010.
sudah berada di bawah Mahkamah Agung (satu atap) dan sejak diamandemen UUD
1945 yang keempat, eksistensi Peradilan Agama sangat kokoh dalam sistem
perkotaan sudah sangat paham dan terpelajar. Akan tetapi, fenomena dan persepsi
yang penulis kemukakan ini, masih dapat didengar pada masyarakat perdesaan
yang jauh dari arus informasi dan kualitas keilmuan yang kurang memadai.
yang menilai aparatur Peradilan Agama ekslusif dan tidak mau bergaul. Hal itu
yang bekerja di dalamnya menjadi kerdil, tertutup, dan tidak percaya diri. 5
tugas dan fungsi, Peradilan Agama mulai dikenal di tengah-tengah masyarakat dan
Pengadilan Agama dan pemerintah juga sudah memberikan perhatian yang sangat
yang menjadi anggota Muspida atau Muspika-plus, para Hakim Pengadilan Agama
4 ."Sistem Ketatanegaraan Indonesia sejak Amandemen UUD 1945," Harian Sumatera, Januari
2013.
5.Wawancara Khusus H. Andi Syamsu Alam dalam rangka rencana penulisan buku Biografi
H. Andi Syamsu Alam, Ruang Kerja Tuada Uldilag MA RI Jakarta, 7 Februari 2013.
dalam seminar hukum dalam dan luar negeri, menjadi dosen tamu di berbagai
perguruan tinggi ternama untuk mengajar Hukum Acara Peradilan Agama dan
terhenti dan mati suri. Justru dengan hadirnya teknologi informasi dan era digital,
teroganisir. Salah satu caranya adalah melalui media komunikasi massa berbasis
digital.
Tulisan ini sekedar langkah awal untuk menyatukan persepsi dalam rangka
Hukum Islam di Indonesia sehingga lebih berarti lagi. Hal itu dikarenakan rekayasa
Belanda dulu yang menjadikan trikotomi antara hukum Islam, hukum Belanda
(civil) dan hukum Adat sehingga menjadikan ketiga hukum itu berbenturan.6
menunjukkan kepada pihak-pihak dalam trikotomi itu apa sebenarnya hukum Islam
itu dan apa sebenarnya yang disebut dengan hukum (umum) itu. Dengan demikian,
akan terbentuk kesamaan persepsi tentang hukum Islam, yang berarti pula
6 .Gagasan Prof. Dr. H. Busthanul Arifin, SH dalam rangka memperkuat peran Peradilan
Agama di Indonesia, selengkapnya lihat buku beliau dalam Transformasi Hukum Islam ke Hukum
Nasional Bertenun dengan benang-benang kusut, Yayasan Al Hikmah, Jakarta, 2001, h. 161.
sangat diperlukan karena pengertian dan eksistensi Pengadilan Agama telah
dilakukan dua pihak, intern dan ekstern. Pertama, secara intern adalah Pengadilan
Agama itu sendiri. Harus ada kepercayaan pada diri setiap pejabat Pengadilan
dan tanggung jawab pejabat di Pengadilan Agama sama beratnya dengan tugas dan
tanggung jawab dengan pejabat di lingkungan peradilan umum (PN, PTUN, Dilmil,
dan MK).
sebuah terobosan baru dalam rangka pelayanan publik dan peningkatan kinerja
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai 'perantara', yaitu perantara
antara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Sementara center
Media center dapat diartikan sebagai alat atau bahan yang dipakai untuk
Center adalah untuk mendukung pelaksanaan tugas pimpinan Badilag dan satuan
publik. 8
publik dan satuan kerja sebagai bagian dari upaya mendorong masyarakat dalam
Keberadaan Media Center merupakan satuan gugus tugas yang berada dan
melekat secara operasional pada Media Center pada tingkat PTA dan PA, yaitu
pusat pengelola informasi yang dikelola oleh Tim TI dan pejabat kehumasan dan
keprotokolan yang ada di PA-PA seluruh Indonesia sebagai bagian dari upaya
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa Media Center adalah pusat in-
formasi dan kehumasan milik Peradilan Agama baik pada tingkat PTA maupun
pada level PA yang mempunyai jaringan ke tingkat PTA dan PA-PA seluruh
dalam menjalankan program kerja Badan Peradilan Agama dan Urusan Peradilan
Agama (Uldilag MA). Informasi itu dapat berupa liputan jurnalistik seputar
kegiatan pimpinan PTA, PA, dan kebijakan yang perlu diketahui publik, serta
publikasi; dan
8 . Alimuddin, Bunga Rampai Hakim Progresif, PTA Medan dan Penerbit Limas, Medan, 2012, h.
91
9 .Alimuddin, Ibid, h. 93.
Pada era digital sekarang ini, Media Center perlu memiliki jaringan dengan
beberapa media yang merupakan partner (media partner) sekaligus sebagai mitra
menjadi partner tersebut adalah media cetak, media elektronik, media online,
jejaring sosial, baik dalam negeri maupun luar negeri. Di samping itu, beberapa
penerbitan, baik dalam bentuk buku, maupun majalah menjadi bagian dalam
Selain yang penulis paparkan di atas, Media Center juga berfungsi untuk me-
nyerap informasi dari berbagai kalangan dengan mengolah data. Data-data tersebut
dianalisa yang nantinya menjadi sebuah informasi untuk disampaikan kepada unsur
informasi berupa naskah (press release) dan berupa rekaman (audio visual) yang ter-
Sumber daya manusia yang mengelola Media Center ini terdiri dari personal
dijadikan bahan masukan bagi kebijakan pimpinan lebih lanjut. Sumber daya
manusia ini juga harus mampu membuat program, jadwal pemanfaatan dari Media
Center ini.
Spesifikasi pengelola Media Center yang idealnya adalah Hakim sebagai staf
EPILOG
10 .Alimuddin, Ibid, h. 94. Bandingkan dengan Alimuddin, Panduan Menulis Berita Hukum Bagi
Operator Website, PTA Medan dan Penerbit Limas, Medan, 2012, h. 46.
Harus ada perubahan menuju hari esok, perubahan semestinya dimulai sejak
dini karena perubahan adalah awal menjadikan pribadi sukses. Ungkapan tersebut
penulis dengar ketika merencanakan penulisan buku biografi Ary Ginanjar Agustian
apresiasi kepada H. Andi Syamsu Alam dan pimpinan Badilag yang sudah
Meskipun begitu, hal-hal yang tercatat dalam tulisan ini, hendaknya dapat
1. Pada era yang berbasis digital dewasa ini, aparatur Peradilan Agama harus
membumi dan tidak lagi melangit, caranya dengan membuka diri dan
2. Teknologi informasi dapat diakses setiap saat, hendaknya menjadi alat untuk
baik melalui media informasi seperti internet, jejaring sosial, maupun media
ilmiah.
3. Media center adalah solusi alternatif bagi satuan kerja untuk membumikan