Anda di halaman 1dari 4

MA Keluarkan SEMA 6 Tahun 2014 Untuk atasi Permasalahan Delegasi Bantuan Panggilan

MA Keluarkan SEMA 6 Tahun 2014 Untuk atasi Permasalahan Delegasi Bantuan Panggilan
JAKARTA | (02/01/2015) - Selain menerbitkan SEMA pembatasan peninjauan kembali yang disebut-
sebut media sebagai kado istimewa akhir tahun 2014 dari Mahkamah Agung untuk bangsa Indonesia,
sehari sebelumnya MA pun menerbitkan SEMA tak kalah istimewanya. SEMA itu bernomor 6 Tahun
2014 tentang penanganan bantuan panggilan/pemberitahuan. SEMA yang ditandatangani Hatta Ali
tanggal 30 Desember 2014 ini membuat gebrakan untuk mengurai “benang kusut” proses penanganan
delegasi panggilan/pemberitahuan yang selama ini mengandung kompleksitas masalah. SEMA ini
sekaligus menopang SEMA 2 Tahun 2014 yang menghendaki percepatan penyelesaian perkara di
pengadilan tingkat pertama dan banding.

Diakui oleh Mahkamah Agung bahwa delegasi bantuan panggilan/pemberitahuan menjadi salah satu
faktor yang menghambat percepatan penanganan perkara.

“Salah satu hambatan percepatan penanganan perkara sesuai dengan jangka waktu tersebut adalah
ketika salah satu pihak berada di luar yurisdiksi pengadilan yang menangani perkara sehingga proses
pemanggilan/pemberitahuan dilaksanakan melalui prosedur delegasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 Reglement op de Burgerlijk Rechtsvordering (Rv)’, tulis Ketua Mahkamah Agung dalam paragraf
pertama SEMA 6 Tahun 2014.

Agar proses delegasi panggilan/pemberitahuan tidak menjadi hambatan dalam penyelenggaraan


peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan, Mahkamah Agung membuat aturan yang harus ditaati oleh
semua jajaran pengadilan. Aturan yang mengandung beberapa terobosan itu pada prinsipnya mengenai
empat hal:

1. Ditunjuk Koordinator Khusus

Untuk mewujudkan adanya akuntabilitas, penanganan bantuan panggilan/pemberitahuan harus


dikoordinasikan oleh petugas khusus. Koordinator ini bertanggung jawab langsung kepada
Panitera/Sekretaris Pengadilan.

“Agar penanganan delegasi bantuan panggilan/pemberitahuan ini dapat dilaksanakan secara efektif
sejalan dengan prinsip peradilan cepat, Ketua Pengadilan menunjuk seorang koordinator yang
bertanggungjawab langsung kepada Panitera/Sekretaris Pengadilan’, tulis Ketua MA dalam butir 2 SEMA
6 Tahun 2014

2. Dibuat Buku Register Khusus

Selain ditunjuk Koordinator Khusus, untuk akuntabilitas dan pengendalian harus dibuat juga Buku
Register. Buku Register ini mencatat proses penanganan bantuan delegasi panggilan/pemberitahuan.

“Pengadilan membuat sebuah buku/register untuk mencatat proses penanganan bantuan delegasi
panggilan/pemberitahuan sehingga memudahkan proses monitoring. Register ini dibuat sedapat
mungkin secara elektronik dan dapat diakses oleh pengadilan yang meminta bantuan delegasi”, tulis
angka 3 SEMA Nomor 6 Tahun 2014.
3. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Untuk mempercepat pengiriman surat permintaan bantuan panggilan/pemberitahuan dan penyampaian


relaas panggilan/pemberitahuan dari pengadilan yang menerima bantuan delegasi, Mahkamah Agung
mengarahkan pengadilan untuk menggunakan teknologi informasi. Hal ini terlihat dalam angka (7) huruf
(a), dan (e),

Pengadilan yang akan meminta bantuan delegasi panggilan/pemberitahuan menyampaikan surat


permohonan kepada ketua pengadilan yang dimintakan bantuan delegasi melalui surat elektronik,
faksimile, atau sistem informasi yang dimiliki dengan disertai bukti pengiriman biaya panggilan kecuali
terhadap perkara prodeo; (Angka 7 hurup [a])

Koordinator melakukan pemindaian/scanning relaas panggilan/ pemberitahuan dan mengirimkannya


melalui surat elektronik pada hari yang sama dengan penyerahan relaas tersebut dari Jurusita/Jurusita
Pengganti. Apabila pengiriman melalui surat elektronik (e-mail) tidak memungkinkan, pengiriman relaas
dapat dilakukan menggunakan faximile; (angka 7 huruf [e])

Majelis hakim dapat mendasarkan pemeriksaan persidangan berdasarkan dokumen elektronik relaas
panggilan/pemberitahuan yang dikirim menggunakan email. Hal ini terlihat dalam angka 7 huruf (h).

Majelis Hakim dapat melangsungkan proses pemeriksaan persidangan berdasarkan print out dokumen
elektronik relaas panggilan/pemberitahuan. Sedangkan untuk proses pemberkasan/ minutasi
menggunakan relaas panggilan/pemberitahuan asli; (angka 7 huruf [h])

4. Monitoring Berjenjang

Untuk menjamin kepatuhan penanganan bantuan delegasi panggilan/pemberitahuan sesuai SEMA 6


Tahun 2014, Panitera/Sekretaris harus menyampaikan laporan secara berkala paling sedikit sekali dalam
sebulan kepada Ketua Pengadilan Tingkat Pertama, dan Ketua Pengadilan Tingkat Pertama
menyampaikan laporan keadaan penanganan bantuan delegasi panggilan/pemberitahuan kepada Ketua
Pengadilan Tingkat Banding setiap dua bulan sekali dan tembusannya disampaikan kepada Ketua
Mahkamah Agung dan Direktur Jenderal Badan Peradilan terkait. Sementara itu Ketua Pengadilan
Tingkat Banding melakukan pengawasan proses penanganan bantuan delegasi
panggilan/pemberitahuan pada pengadilan yang berada di wilayah hukumnya.

Berikut bunyi selengkapnya SEMA 6 Tahun 2014:

Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2014 jangka waktu penanganan perkara
untuk pengadilan tingkat pertama ditentukan paling lama 5 (lima) bulan sedangkan untuk pengadilan
tingkat banding paling lama 3 (tiga) bulan. Jangka waktu tersebut terhitung sejak perkara diterima
sampai dengan perkara diminutasi. Salah satu hambatan percepatan penanganan perkara sesuai dengan
jangka waktu tersebut adalah ketika salah satu pihak berada di luar yurisdiksi pengadilan yang
menangani perkara sehingga proses pemanggilan/pemberitahuan dilaksanakan melalui prosedur
delegasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Reglement op de Burgerlijk Rechtsvordering (Rv).
Bahwa agar proses delegasi panggilan/pemberitahuan tidak menjadi hambatan dalam penyelenggaraan
peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan, agar saudara mempedomani hal-hal sebagai berikut:

1. Permintaan delegasi panggilan/pemberitahuan harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab


sebagai salah satu kewajiban pengadilan sebagaimana diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 yakni Pengadilan wajib saling memberi bantuan yang diminta untuk kepentingan peradilan;

2. Agar penanganan delegasi bantuan panggilan/pemberitahuan ini dapat dilaksanakan secara efektif
sejalan dengan prinsip peradilan cepat, Ketua Pengadilan menunjuk seorang koordinator yang
bertanggungjawab langsung kepada Panitera/Sekretaris Pengadilan;

3. Pengadilan membuat sebuah buku/register untuk mencatat proses penanganan bantuan delegasi
panggilan/pemberitahuan sehingga memudahkan proses monitoring. Register ini dibuat sedapat
mungkin secara elektronik dan dapat diakses oleh pengadilan yang meminta bantuan delegasi;

4. Panitera/Sekretaris Pengadilan bertanggung jawab untuk melakukan monitoring dan evaluasi


terhadap pelaksanaan delegasi panggilan/pemberitahuan tersebut dan menyampaikan laporan secara
berkala paling sedikit sekali dalam sebulan kepada Ketua Pengadilan;

5. Ketua Pengadilan Tingkat Pertama menyampaikan laporan keadaan penanganan bantuan delegasi
panggilan/pemberitahuan kepada Ketua Pengadilan Tingkat Banding setiap dua bulan sekali dan
tembusannya disampaikan kepada Ketua Mahkamah Agung dan Direktur Jenderal Badan Peradilan
terkait;

6. Ketua Pengadilan Tingkat Banding melakukan pengawasan proses penanganan bantuan delegasi
panggilan/pemberitahuan pada pengadilan yang berada di wilayah hukumnya;

7. Mekanisme penanganan bantuan delegasi panggilan/pemberitahuan dilakukan sebagai berikut:

a. Pengadilan yang akan meminta bantuan delegasi panggilan/pemberitahuan menyampaikan surat


permohonan kepada ketua pengadilan yang dimintakan bantuan delegasi melalui surat elektronik,
faksimile, atau sistem informasi yang dimiliki dengan disertai bukti pengiriman biaya panggilan kecuali
terhadap perkara prodeo;

b. Panitera/Sekretaris Pengadilan menunjuk Jurusita/Jurusita Pengganti yang akan melaksanakan


pemanggilan/pemberitahuan paling lama dua hari sejak surat permohonan bantuan penyampaian
panggilan/pemberitahuan dicatat/diregister oleh koordinator;

c. Jurusita/Jurusita Pengganti harus menyampaikan relaas panggilan/pemberitahuan kepada para pihak


paling lama dua hari sejak surat perintah/disposisi dari Panitera/Sekretaris diterima;

d. Jurusita/Jurusita Pengganti menyampaikan relaas panggilan /pemberitahuan yang telah dilaksanakan


pada hari yang sama dengan pelaksanaan pemanggilan kepada koordinator yang ditunjuk;

e. Koordinator melakukan pemindaian/scanning relaas panggilan/ pemberitahuan dan mengirimkannya


melalui surat elektronik pada hari yang sama dengan penyerahan relaas tersebut dari Jurusita/Jurusita
Pengganti. Apabila pengiriman melalui surat elektronik (e-mail) tidak memungkinkan, pengiriman relaas
dapat dilakukan menggunakan faximile;

f. Asli relaas panggilan/pemberitahuan dikirimkan melalui jasa pengiriman dokumen tercatat paling lama
satu hari sejak koordinator menerima relaas tersebut dari Jurusita/Jurusita Pengganti;

g. Koordinator delegasi bantuan panggilan/pemberitahuan pada pengadilan peminta bantuan


menyampaikan print out relaas panggilan/pemberitahuan yang dikirim melalui email sebagaimana huruf
(e) tersebut di atas kepada Ketua Pengadilan untuk didistribusikan kepada Ketua Majelis/Panitera
Pengganti yang menangani perkara yang bersangkutan, pada hari yang sama dengan diterimanya surat
elektronik;

h. Majelis Hakim dapat melangsungkan proses pemeriksaan persidangan berdasarkan print out
dokumen elektronik relaas panggilan/pemberitahuan. Sedangkan untuk proses pemberkasan/ minutasi
menggunakan relaas panggilan/pemberitahuan asli;

i. Koordinator melakukan pembaruan data/informasi proses penanganan bantuan delegasi


panggilan/pemberitahuan dalam register atau sistem informasi yang disediakan;

8. Untuk efektifitas penanganan bantuan delegasi panggilan/ pemberitahuan, setiap pengadilan harus
mempublikasikan daftar radius wilayah dan biaya pemanggilan untuk masing-masing radius wilayah
tersebut dalam situs web masing-masing;

9. Agar tercipta mekanisme penanganan bantuan delegasi panggilan/pemberitahuan secara cepat,


transparan, dan terkendali masing-masing Direktorat Jenderal diharapkan membangun sistem aplikasi
yang terintegrasi dengan sistem informasi perkara yang bersifat nasional.

Demikian surat edaran ini dibuat untuk dipedomani.

Anda mungkin juga menyukai