Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PRODUK PRODUK PERADILAN AGAMA

Disusun oleh :
Kelompok 8

1. Sultan saputra (210510104)


2. Siti nurjatsiyah (210510222)
3. Addia cahya jiwane (210510240)
4. Syarbaniati (210510037)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya dengan sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik secara teknis
maupun materi mengingat minimnya kemampuan yang dimiliki. Maka dari itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhindda kepada pihak-pihak yang
turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan setimpal kepada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan itu sebagai ibadah.
Amin Ya Rabbal Alamin.

Lhoukseumawe,24 november 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….…………….3

BAB I PENDAHULUAN

A.latar belakang masalah……………………………………………………………………...4

B.Rumusan masalah…………………………………………………………………………...4

C.Tujuan……………………………………………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN

1.Pengertian putusan…………………………………………………………….…………….5

2.Bentuk dan isi putusan…………………………………………………………….………...5

3.Macam-macam putusan pengadilan………………………………………………………....7

4.Kekuatan putusan…………………………………………………………………………....9

5.Pengertian penetapan…………………………………………………………………..…....9

6.Bentuk da nisi penetapan…………………………………………………………….……..10

7..Kekuatan penetapan……………………………………………………………………….10

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN…………………………………………………………………….………...11

SARAN…………………………………………………………………………….………...11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..........................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang masalah


Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagirakyat pencari
keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentusebagaimana dimaksud dalam
undang-undang. Peradilan Agama berwenangmemeriksa, mengadili, memutus, dan
menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Peradilan Agama diatur dalam UU No. 7 tahun 1989 tentang PeradilanAgama dan
sudah mengalami perubahan sebanyak dua kali. Yang pertamayaitu UU No. 3 tahun 2006
tentang Peradilan Agama yang kemudian dirubahdengan UU No. 50 tahun 2009 tentang
Peradilan Agama. Dengan adanya perubahan tersebut Peradilan Agama juga mengalami
perubahan mengenai produk hukum di pengadilan pada lingkungan Peradilan Agama.

Setelah pengadilan memeriksa perkara maka harus mengadilinya ataumemberikan


putusan dan mengeluarkan produk hukumnya. Sebelum berlakunya UU No. 7 tahun 1989
produk hukum Peradilan Agama ada tigayaitu: putusan, penetapan dan Surat Keterangan
Tentang Terjadinya Talak(SKT3) yang kini setelah berlaku UU No. 7 tahun 1989 tersebut
sudah tidakada lagi. Maka dalam makalah ini akan dibahas lebih jauh mengenai
ProdukHukum Peradilan Agama sejak berlakunya UU N0.7 tahun 1989 yaitu putusandan
penetapan

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah ;
1. Apa sajakah yang termasuk produk peradilan agama ?
2. Bagaimana penjelasan dari macam macam produk peradilan agama ?

C. Tujuan
1. Mengetahui macam macam produk peradilan agama
2. Mengetahui penjelasan dari produk produk peradilan agama

4
BAB II

PEMBAHASAN

1.Pengertian Putusan

Putusan adalah keputusan pengadilan atas perkara


gugatan berdasarkan adanya sengketa. Putusan mengikat kepada kedua belah pihak. Putusan
mempunyai kekuatan pembuktian sehingga putusan yangtelah mempunyai kekuatan hukum
tetap dapat dilaksanakan eksekusi.

Dalam literatur yang lain putusan adalah suatu pernyataan olehhakim sebagai pejabat
negara yang diberi wewenang untuk itu dandiucapkan di dalam persidangan yang terbuka
untuk umum dengan tujuanuntuk menyelesaikan perkara atau sengketa antara pihak yang
berperkara

Setiap putusan pengadilan agama harus dibuat oleh hakimdalambentuk tertulis dan
ditandatangani oleh hakim ketua dan hakim-hakim anggota yang ikut memeriksa perkara
sesuai dengan penetapanmajelis hakim yang dibuat oleh ketua pengadilan agama
sertaditandatangani oleh panitera pengganti yang ikut sidang sesuai penetapan panitera.
Apa yang diucapkan oleh hakim dalam sidang harus benar-benarsama dengan apa yang
ditulis dan harus benar-benar sama dengan apayang diucapkan dalam sidang pengadilan.

2.Bentuk dan Isi Putusan

Putusan yang dikeluarkan Pengadilan Agama harus memuat hal-hal sebagai berikut :

a. Kepala putusan

Putusan harus memuat kepala putusan yang meliputi“Putusan”, kemudian diikuti


dibawahnya dengan nomor putusan yangdiambil dari nomor perkara, lalu dilanjutkan dengan
kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” sesuai dengan pasal 57 ayat 2 UU No. 7tahun 1989.
Kemudian dilanjutkan dengan kalimat“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan yang Maha
Esa’

b. Nama pengadilan dan jenis perkara

Pengadilan Agama mana yang memeriksa perkara misalnyaPengadilan Agama Surakarta


yang memeriksa perkara gugat cerai pada pengadilan tingkat pertama.

c. Identitas para pihak

Identitas para pihak minimal harus mencantumkan nama,alamat, umur, agama, dan
dipertegas dengan status para pihak sebagai penggugat dan tergugat.

d. Duduk perkara

Memuat tentang:

5
1)Uraian lengkap isi gugatan .

2)Pernyataan sidang dihadiri para pihak.

3)Pernyataan upaya perdamaian.

4)Uraian jawaban tergugat.

5)Uraian replik.

6)Uraian duplik.

7)Uraian kesimpulan para pihak.

8)Pembuktian para pihak

e. Pertimbangan hukum

Putusan hakim juga harus memberikan pertimbangan hukumterhadap perkara yang


Disidangkannya. Pertimbangan hukum biasanyadimulai dengan kata-kata“Menimbang …
danSeterusnya”Dalam pertimbangan hukum hakim mempertimbangkan peristiwa, dalilgugat
an, bantahan, eksepsi tergugat, pasal-pasal tertentu dari peraturan perundang-
undangan maupun hukum yang tidak tertulis, sertadihubungkan dengan alat-alat bukti yang
ada. Setelah itu hakimmenarik kesimpulan tentang terbukti atau tidaknya gugatan itu

f. Amar putusan

Amar putusan merupakan isi dari putusan itu sendiri


dan jawaban petitum dalam surat gugatan yang diajukan oleh penggugat.Amar putusan
dimulai dengan kata“Mengadili” kemudian diikuti petitum berdasarkan pertimbangan
hukum. Di dalamnya diuraikan hal-hal yang dikabulkan dan hal-hal yang ditolak atau tidak
diterima.

Para hakim dalam menyusun amar putusan haruslahmemperhatikan hal-hal berikut:

1)Harus bersifat tegas dan lugas.

2)Terperinci dan jelas maksudnya (tidak samar-samar).

3)Memperhatikan sifat dari putusan yang akan dijatuhkan apakahkonstitutif, deklaratoir


atau condemnatoir.

4)Ditulis secara ringkas, padat, dan terang

g. Penutup

Memuat kapan putusan dijatuhkan dan dibacakan dalam


persidangan yang terbuka untuk umum, majelis hakim yangmemeriksa, panitera yang
membantu, kehadiran para pihak

6
dalam pembacaan putusan. Putusan ditandatangani oleh majelis hakim dan panitera yangikut
sidang dan pada akhir putusan dimuat perincian biaya perkara.

3. Macam-macam putusan pengadilan

a. Dilihat dari segi sifatnya

1)Putusan declaratoir

Putusan declaratoir adalah putusan yang menyatakan ataumenerangkan keadaan atau


status hukum. Putusan
declaratoir biasanya bersifat menetapkan saja tentang keadaan hukum, tidak bersifat mengadi
li karena tidak ada sengekta. Fungsinya sebagai penegas dari suatu keadaan yang sudah ada,
atau keadaan yangsudak tidak ada. Misalnya pernyataan adanya hubungan suami istridalam
perkara perceraian yang perkainannya tidak tercatat padaPegawai Pencatat Nikah Setempat.

2)Putusan constitutive

Putusan constitutif adalah putusan yang meniadakan suatukeadaan hukum dan


menimbulkan suatu keadaan hukum yang baru. Putusan constitutif biasanya tidak diperlukan
pelaksanaandengan paksaan karena dengan diucapkannya putusan itu sekaliguskeadaan
hukum yang lama terhenti dan timbul keadaan hukum baru. Misalnya putusan perceraian
semula terikat dalam perkawinan menjadi perkawinannya putus karena perceraian

3)Putusan condemnatoir

Putusan condemnatoir adalah putusan yang bersifatmenghukum kepada salah satu


pihak yang kalah untuk memenuhisuatu kewajiban atau prestasi yang ditetapkan oleh
hakim.Misalnya menghukum tergugat untuk menyerahkan tanah dan bangunan untuk dibagi
waris

b. Dilihat dari segi isinya

1)Gugatan tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk Verlaard atau N.O.)

Gugatan tidak dapat diterima yaitu putusan pengadilanyang diajukan oleh penggugat
tidak dapat diterima karena adaalasan yang dibenarkan oleh hukum. Alasan tidak
diterimanyagugatan penggugat karena:

a)Gugatan kabur atau tidak jelas (obscuur libel).

b)Gugatan tidak berdasar hukum atau melawan hak.

c)Gugatan prematur atau belum saatnya.

d)Gugatan nebis in idem.

e)Gugatan error in persona.

7
f)Gugatan telah lampau waktu atau kadaluwarsa.

g)Pengadilan tidak berwenang mengadili

2) Gugatan dikabulkan

Gugatan dikabulkan apabila penggugat dapat membuktikansecara sah dan meyakinkan


dalil-dalil gugatannya. Gugatan dapatdikabulkan sebagian dan dapat juga dikabulkan
seluruhnya.Adakalanya suatu gugatan dikabulkan oleh pengadilan tetapi tidakdapat
dilaksanakan atau dieksekusi dikarenakan adanya kelemahandalam mencantumkan amar
putusan terutama tentang amarcondemnatoir.

3) Gugatan ditolak

Gugatan ditolak yaitu apabila penggugat tidak dapatmembuktikan secara sah dan
menyakinkan dalil-dalil gugatannya.Penolakan dapat terjadi seluruhnya atau hanya sebagian
sajatergantung apakah penggugat dapat mengajukan bukti gugatannyaatau tidak. Bedanya
dengan gugatan tidak diterima adalah kalautidak diterima pokok perkaranya belum diperiksa
sedangkanapabila ditolak pokok perkaranya sudah diperiksa dan setelahdiperiksa terbukti
dalil gugatannya tidak beralasan atau tidak dapatdibuktikan kebenarannya

4) Gugatan digugurkan

Gugatan digugurkan apabila dalam persidangan penggugattidak hadir setelah dipanggil


secara resmi dan patut maka perkaragugatan digugurkan. Dalam hal ini gugatan penggugat
dinyatakangugur dan dihukum untuk membayar biaya perkara.

5) Gugatan dibatalkan

Gugatan dibatalkan apabila panjar biaya perkara telah habisdan penggugat telah ditegur
supaya membayar biaya panjar perkaraapabila dalam tenggan waktu 1 (satu) bulan tidak
diindahkan makadapat dibuat penetapan perkara gugatan dibatalkan denganmembebankan
biaya perkara kepada penggugat.

c.Dilihat dari jenisnya

1)Putusan sela

Putusan sela adalah putusan yang diucapkan sebelum putusan akhir. Putusan sela tidak
mengikat hakim, bahkan hakimyang menjatuhkan putusan sela berwenang mengubah putusan
selatersebut jika ternyata mengandung kesalahan. Putusan sela yangdiambil oleh hakim
bertujuan untuk memungkinkan ataumempermudah jalannya pemeriksaan perkara
selanjutnya. Putusanini harus diucapkan di dalam persidangan tidak dibuat secaraterpisah
tetapi ditulis dalam berita acara persidangan. Misalnya putusan terhadap tuntutan provisional

8
2) Putusan akhir

Putusan akhir adalah suatu pernyataan dari hakim sebagai pejabat negara yang diberi
wewenang untuk itu, diucapkan dalam persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau
menyelesaikan perkara atau sengketa antara para pihak yang berperkara dandiajukan kepada
pengadilan

4. Kekuatan Putusan

Putusan pengadilan mempunyai 3 kekuatan yaitu: kekuatan mengikat (bindende kracht),


kekuatan bukti(bewijzende kracht), dankekuatan eksekusi(executoriale kracht).

Suatu putusan mempunyai kekuatan mengikat dan mempunyaikekuatan bukti ialah setelah
putusan tersebut memperoleh kekuatan hukumyang tetap(in kracht). Suatu putusan dikatakan
in kracht apabila upayahukum seperti verzet, banding, kasasi tidak dipergunakan dan
tenggangwaktu untuk itu sudah habis atau telah mempergunakan upaya hukumtersebut dan
sudah selesai. Upaya hukum terhadap putusan yang telah inkracht tidak ada lagi, kecuali
permohonan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung tetapi hanya dengan alasan-alasan
sangat tertentusekali.

Putusan yang sudah in kracht dapat dimohonkan peninjauankembali ke Mahkamah Agung


tidak terhalang untuk dieksekusi sehinggadikatakan mempunyai kekuatan eksekusi. Suatu
putusan dikatakanmempunyai kekuatan bukti misalnya putusan cerai karena mempunyai
bukti otentik terjadinya cerai.

5. Pengertian Penetapan

Penetapan disebut al-Isbat (Arab) atau beschiking (Belanda) yaituyaitu produk Pengadilan
Agama dalam arti bukan peradilan yangsesungguhnya yang diistilahkan jurisdicto voluntaria.
Dikatakan bukan peradilan yang sesungguhnya karena di sana hanya ada pemohon
yangmemohon untuk ditetapkan tentang sesuatu sedangkan ia tidak perkaradengan lawan.

Dalam literature lain penetapan adalah salah satu produkPengadilan Agama dalam
memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara. Penetapan merupakan keputusan atas
perkara permohonan.Penetapan bertujuan untuk menetapkan suatu keadaan atau suatu
statustertentu bagi diri pemohon. Amar putusan dalam penetapan bersifatdeclaratoir yaitu
menetapkan atau menerangkan saja. Penetapan mengikat pada diri pemohon dan penetapan
tidak mempunyai kekuatan eksekutorial.

6. Bentuk dan Isi Penetapan

Bentuk dan isi penetapan hampir sama dengan bentuk dan isi putusan namun terdapat
sedikit perbedaan yaitu

9
a. Identitas pihak-pihak pada permohonan dan pada penetapan hanyamemuat identitas
termohon. Kalaupun dimuat identitas termohon akantetapi termohon bukanlah pihak.
b. Tidak akan ditemui kata-kata“Berlawanan Dengan” seperti pada putusan.
c. Tidak akan ditemui kata-kata“Tentang Duduknya Perkara” seperti pada putusan
melainkan langsung diuraikan apa permohonan pemohon.
d. amar penetapan bersifat declaratoire atau constitutoir
e. kalau ada putusan didahului kata-kata“Memutuskan” maka pada penetapan dengan
kata“Menetapkan”
f. biaya perkara selalu ditanggung oleh pemohon sedangkan pada putusan dibebankan
kepada salah satu pihak yang kalah atauditanggung bersama-sama oleh pihak
penggugat dan tergugat tetapidalam perkara perkawinan tetap selalu kepada penggugat
atau pemohon.
g. Dalam penetapan tidak mungkin ada reconventie atau interventie atauvrijwaring.

7. Kekuatan Penetapan

Putusan mempunyai 3 kekuatan dan berlaku untuk pihak-pihakmaupun untuk dunia luar
(pihak ketiga) tetapi penetapan hanya berlakuuntuk pemohon sendiri, untuk ahli warisnya dan
untuk orang yangmemperoleh hak daripadanya.

Contoh penetapan seperti pengesahan nikah bagi keperluan pensiunPegawai Negeri Sipil
dari suami-istri yang tidak ada sengketa antarakeduanya, tetapi dulu-dulunya mereka kawin
belum begitu tertib pencatatan nikah sehingga tidak mempunyai akta nikah.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Putusan adalah keputusan pengadilan atas perkara gugatan berdasarkanadanya sengketa.


Putusan mengikat kepada kedua belah pihak. Putusanmempunyai kekuatan pembuktian
sehingga putusan yang telah mempunyaikekuatan hukum tetap dapat dilaksanakan eksekusi.
Bentuk dan isi putusanyaitu: kepala putusan, nama pengadilan dan jenis perkara, identitas
para pihak,duduk perkara, pertimbangan hukum, amar putusan, penutup.

Sedangkan macam-macam putusan berdasarkan sifatnya yaitu: putusandeclaratoir,


putusan constitutif, putusan condemnatoir. Macam
macam putusan berdasarkan isinya yaitu: gugatan tidak dapat diterima (NietOvankelijk
Verlaard atau N.O.), gugatan dikabulkan, gugatan ditolak, gugatandigugurkan, gugatan
dibatalkan. Yang terakhir macam-macam
putusan berdasar jenisnya yaitu: putusan sela dan putusan akhir. Putusan pengadilanmempun
yai 3 kekuatan yaitu: kekuatan mengikat(bindende kracht), kekuatan bukti(bewijzende
kracht), dan kekuatan eksekusi(executoriale kracht).

Penetapan adalah salah satu produk Pengadilan Agama dalammemeriksa, mengadili, dan
menyelesaikan perkara. Penetapan merupakankeputusan atas perkara permohonan. Bentuk
dan isi penetapan yaitu: Identitas pihak-pihak, tidak ditemui kata-kata“Berlawanan Dengan”,
tidak ditemuikata-kata“Tentang Duduknya Perkara”, amar penetapan bersifat
declaratoireatau constitutoire, pada penetapan dengan kata“Menetapkan”, biaya
perkaraselalu ditanggung oleh pemohon, dalam penetapan tidak mungkin adareconventie atau
interventie atau vrijwaring.

Putusan mempunyai 3 kekuatan dan berlaku untuk pihak-pihakmaupun untuk dunia luar
(pihak ketiga) tetapi penetapan hanya berlaku untuk pemohon sendiri, untuk ahli
warisnya dan untuk orang yang memperoleh hakdaripadanya.

SARAN

1. Pihak yang kalah dalam putusan harus mempunyai itikad baik dalam melaksanakan isi
putusan yaitu dengan sukarela berdasarkan perjanjian yang telah disepakati untuk
menyelesaikan perkara di Arbitrase dan terhadap proses pendaftaran harus ada keseragaman
antara peraturan BANI dan Undang-Undang Arbitrase.

2. Putusan arbitrase harus dapat dilaksanakan sesuai isi putusan dengan itikad baik dan
pendaftaran ke Pengadilan Negeri agar makna dari Title Eksekutorial itu sendiri menjadi utuh
sehingga kepastian hukum bagi para pihak tercapai.

11
DAFTAR PUSTAKA

A. Rasyid, Roihan,

Hukum Acara Peradilan Agama

, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.Manan, Abdul,

Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama

, Jakarta: Prenada Media Group, 2015.Sunarto,

Peran Aktif Hakim Dalam Perkara Perdata

, Jakarta: Prenada MediaGroup, 2014.Wahyudi, Abdullah Tri,

Hukum Acara Peradilan Agama Dilengkapi ContohSurat-surat Dalam Praktik Hukum Acara
di Peradilan Agama

, Bandung:Mandar Maju, 2016.Wahyudi, Abdullah Tri,

Hukum Acara Peradilan Agama Dilengkapi ContohSurat-surat Dalam Praktik Hukum Acara
di Peradilan Agama Edisi Revisi

, Bandung: Mandar Maju, 2018.Wahyudi, Abdullah Tri,

Peradilan Agama Di Indonesia

, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2004.

12

Anda mungkin juga menyukai