Disusun oleh :
Kelompok 8
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya dengan sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik secara teknis
maupun materi mengingat minimnya kemampuan yang dimiliki. Maka dari itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhindda kepada pihak-pihak yang
turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan setimpal kepada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan itu sebagai ibadah.
Amin Ya Rabbal Alamin.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….…………….3
BAB I PENDAHULUAN
B.Rumusan masalah…………………………………………………………………………...4
C.Tujuan……………………………………………………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN
1.Pengertian putusan…………………………………………………………….…………….5
4.Kekuatan putusan…………………………………………………………………………....9
5.Pengertian penetapan…………………………………………………………………..…....9
7..Kekuatan penetapan……………………………………………………………………….10
KESIMPULAN…………………………………………………………………….………...11
SARAN…………………………………………………………………………….………...11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..........................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
Peradilan Agama diatur dalam UU No. 7 tahun 1989 tentang PeradilanAgama dan
sudah mengalami perubahan sebanyak dua kali. Yang pertamayaitu UU No. 3 tahun 2006
tentang Peradilan Agama yang kemudian dirubahdengan UU No. 50 tahun 2009 tentang
Peradilan Agama. Dengan adanya perubahan tersebut Peradilan Agama juga mengalami
perubahan mengenai produk hukum di pengadilan pada lingkungan Peradilan Agama.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah ;
1. Apa sajakah yang termasuk produk peradilan agama ?
2. Bagaimana penjelasan dari macam macam produk peradilan agama ?
C. Tujuan
1. Mengetahui macam macam produk peradilan agama
2. Mengetahui penjelasan dari produk produk peradilan agama
4
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Putusan
Dalam literatur yang lain putusan adalah suatu pernyataan olehhakim sebagai pejabat
negara yang diberi wewenang untuk itu dandiucapkan di dalam persidangan yang terbuka
untuk umum dengan tujuanuntuk menyelesaikan perkara atau sengketa antara pihak yang
berperkara
Setiap putusan pengadilan agama harus dibuat oleh hakimdalambentuk tertulis dan
ditandatangani oleh hakim ketua dan hakim-hakim anggota yang ikut memeriksa perkara
sesuai dengan penetapanmajelis hakim yang dibuat oleh ketua pengadilan agama
sertaditandatangani oleh panitera pengganti yang ikut sidang sesuai penetapan panitera.
Apa yang diucapkan oleh hakim dalam sidang harus benar-benarsama dengan apa yang
ditulis dan harus benar-benar sama dengan apayang diucapkan dalam sidang pengadilan.
Putusan yang dikeluarkan Pengadilan Agama harus memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Kepala putusan
Identitas para pihak minimal harus mencantumkan nama,alamat, umur, agama, dan
dipertegas dengan status para pihak sebagai penggugat dan tergugat.
d. Duduk perkara
Memuat tentang:
5
1)Uraian lengkap isi gugatan .
5)Uraian replik.
6)Uraian duplik.
e. Pertimbangan hukum
f. Amar putusan
g. Penutup
6
dalam pembacaan putusan. Putusan ditandatangani oleh majelis hakim dan panitera yangikut
sidang dan pada akhir putusan dimuat perincian biaya perkara.
1)Putusan declaratoir
2)Putusan constitutive
3)Putusan condemnatoir
Gugatan tidak dapat diterima yaitu putusan pengadilanyang diajukan oleh penggugat
tidak dapat diterima karena adaalasan yang dibenarkan oleh hukum. Alasan tidak
diterimanyagugatan penggugat karena:
7
f)Gugatan telah lampau waktu atau kadaluwarsa.
2) Gugatan dikabulkan
3) Gugatan ditolak
Gugatan ditolak yaitu apabila penggugat tidak dapatmembuktikan secara sah dan
menyakinkan dalil-dalil gugatannya.Penolakan dapat terjadi seluruhnya atau hanya sebagian
sajatergantung apakah penggugat dapat mengajukan bukti gugatannyaatau tidak. Bedanya
dengan gugatan tidak diterima adalah kalautidak diterima pokok perkaranya belum diperiksa
sedangkanapabila ditolak pokok perkaranya sudah diperiksa dan setelahdiperiksa terbukti
dalil gugatannya tidak beralasan atau tidak dapatdibuktikan kebenarannya
4) Gugatan digugurkan
5) Gugatan dibatalkan
Gugatan dibatalkan apabila panjar biaya perkara telah habisdan penggugat telah ditegur
supaya membayar biaya panjar perkaraapabila dalam tenggan waktu 1 (satu) bulan tidak
diindahkan makadapat dibuat penetapan perkara gugatan dibatalkan denganmembebankan
biaya perkara kepada penggugat.
1)Putusan sela
Putusan sela adalah putusan yang diucapkan sebelum putusan akhir. Putusan sela tidak
mengikat hakim, bahkan hakimyang menjatuhkan putusan sela berwenang mengubah putusan
selatersebut jika ternyata mengandung kesalahan. Putusan sela yangdiambil oleh hakim
bertujuan untuk memungkinkan ataumempermudah jalannya pemeriksaan perkara
selanjutnya. Putusanini harus diucapkan di dalam persidangan tidak dibuat secaraterpisah
tetapi ditulis dalam berita acara persidangan. Misalnya putusan terhadap tuntutan provisional
8
2) Putusan akhir
Putusan akhir adalah suatu pernyataan dari hakim sebagai pejabat negara yang diberi
wewenang untuk itu, diucapkan dalam persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau
menyelesaikan perkara atau sengketa antara para pihak yang berperkara dandiajukan kepada
pengadilan
4. Kekuatan Putusan
Suatu putusan mempunyai kekuatan mengikat dan mempunyaikekuatan bukti ialah setelah
putusan tersebut memperoleh kekuatan hukumyang tetap(in kracht). Suatu putusan dikatakan
in kracht apabila upayahukum seperti verzet, banding, kasasi tidak dipergunakan dan
tenggangwaktu untuk itu sudah habis atau telah mempergunakan upaya hukumtersebut dan
sudah selesai. Upaya hukum terhadap putusan yang telah inkracht tidak ada lagi, kecuali
permohonan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung tetapi hanya dengan alasan-alasan
sangat tertentusekali.
5. Pengertian Penetapan
Penetapan disebut al-Isbat (Arab) atau beschiking (Belanda) yaituyaitu produk Pengadilan
Agama dalam arti bukan peradilan yangsesungguhnya yang diistilahkan jurisdicto voluntaria.
Dikatakan bukan peradilan yang sesungguhnya karena di sana hanya ada pemohon
yangmemohon untuk ditetapkan tentang sesuatu sedangkan ia tidak perkaradengan lawan.
Dalam literature lain penetapan adalah salah satu produkPengadilan Agama dalam
memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara. Penetapan merupakan keputusan atas
perkara permohonan.Penetapan bertujuan untuk menetapkan suatu keadaan atau suatu
statustertentu bagi diri pemohon. Amar putusan dalam penetapan bersifatdeclaratoir yaitu
menetapkan atau menerangkan saja. Penetapan mengikat pada diri pemohon dan penetapan
tidak mempunyai kekuatan eksekutorial.
Bentuk dan isi penetapan hampir sama dengan bentuk dan isi putusan namun terdapat
sedikit perbedaan yaitu
9
a. Identitas pihak-pihak pada permohonan dan pada penetapan hanyamemuat identitas
termohon. Kalaupun dimuat identitas termohon akantetapi termohon bukanlah pihak.
b. Tidak akan ditemui kata-kata“Berlawanan Dengan” seperti pada putusan.
c. Tidak akan ditemui kata-kata“Tentang Duduknya Perkara” seperti pada putusan
melainkan langsung diuraikan apa permohonan pemohon.
d. amar penetapan bersifat declaratoire atau constitutoir
e. kalau ada putusan didahului kata-kata“Memutuskan” maka pada penetapan dengan
kata“Menetapkan”
f. biaya perkara selalu ditanggung oleh pemohon sedangkan pada putusan dibebankan
kepada salah satu pihak yang kalah atauditanggung bersama-sama oleh pihak
penggugat dan tergugat tetapidalam perkara perkawinan tetap selalu kepada penggugat
atau pemohon.
g. Dalam penetapan tidak mungkin ada reconventie atau interventie atauvrijwaring.
7. Kekuatan Penetapan
Putusan mempunyai 3 kekuatan dan berlaku untuk pihak-pihakmaupun untuk dunia luar
(pihak ketiga) tetapi penetapan hanya berlakuuntuk pemohon sendiri, untuk ahli warisnya dan
untuk orang yangmemperoleh hak daripadanya.
Contoh penetapan seperti pengesahan nikah bagi keperluan pensiunPegawai Negeri Sipil
dari suami-istri yang tidak ada sengketa antarakeduanya, tetapi dulu-dulunya mereka kawin
belum begitu tertib pencatatan nikah sehingga tidak mempunyai akta nikah.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penetapan adalah salah satu produk Pengadilan Agama dalammemeriksa, mengadili, dan
menyelesaikan perkara. Penetapan merupakankeputusan atas perkara permohonan. Bentuk
dan isi penetapan yaitu: Identitas pihak-pihak, tidak ditemui kata-kata“Berlawanan Dengan”,
tidak ditemuikata-kata“Tentang Duduknya Perkara”, amar penetapan bersifat
declaratoireatau constitutoire, pada penetapan dengan kata“Menetapkan”, biaya
perkaraselalu ditanggung oleh pemohon, dalam penetapan tidak mungkin adareconventie atau
interventie atau vrijwaring.
Putusan mempunyai 3 kekuatan dan berlaku untuk pihak-pihakmaupun untuk dunia luar
(pihak ketiga) tetapi penetapan hanya berlaku untuk pemohon sendiri, untuk ahli
warisnya dan untuk orang yang memperoleh hakdaripadanya.
SARAN
1. Pihak yang kalah dalam putusan harus mempunyai itikad baik dalam melaksanakan isi
putusan yaitu dengan sukarela berdasarkan perjanjian yang telah disepakati untuk
menyelesaikan perkara di Arbitrase dan terhadap proses pendaftaran harus ada keseragaman
antara peraturan BANI dan Undang-Undang Arbitrase.
2. Putusan arbitrase harus dapat dilaksanakan sesuai isi putusan dengan itikad baik dan
pendaftaran ke Pengadilan Negeri agar makna dari Title Eksekutorial itu sendiri menjadi utuh
sehingga kepastian hukum bagi para pihak tercapai.
11
DAFTAR PUSTAKA
A. Rasyid, Roihan,
Hukum Acara Peradilan Agama Dilengkapi ContohSurat-surat Dalam Praktik Hukum Acara
di Peradilan Agama
Hukum Acara Peradilan Agama Dilengkapi ContohSurat-surat Dalam Praktik Hukum Acara
di Peradilan Agama Edisi Revisi
12