Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA

Dosen Pengampu : Muhammad Tahir , SH, MH

DISUSUN OLEH :

Indera Maulana Aprillyanto

Nim : A1012211164

Kelas : D PPAPK

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TANJUNG PURA

PONTIANAK

2022
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tidak lupa saya sampaikan terima kasih terhadap bantuan dari pihak-pihak
yang berkontribusi terhadap makalah ini termasuk dukungan, motivasi dan pemikirannya.

Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca. Saya sebagai penyusun mengharapkan masukan, kritik serta saran dari para pembaca demi
keefektifan makalah ini.

Pontianak, 27 oktober 2022

Indera Maulana Aprillyanto

2
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... ……………………4

1.1. Latar Belakang ................................................................................................... ………………………....4

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. …………………………………………4

1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 5

BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................... …………………………………..6

A. pengertian produk peradilan agama…………………………………………………………………………......…………6


B. jenis jenis putusan…………................................................... …………………………………………………..7

C.kekuatan hukum putusan dan penetapan……………………..…………………………………………………………………11

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................... …………………………………..12

3.1. Kesimpulan……..………………………………………………………….. ……………………………………………………………..12

3.2. Saran.................................................................................................... ………………………………………..12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia terdapat dua Peradilan yaitu Peradilan Umum dan Khusus. Pada Peradilan Umum berlaku
pada masyarakat pada umumnya, sedangkan Peradilan Khusus berlaku pada masyarakat tertentu.
Peradilan Umun contohnya yaitu Pengadilan Negeri. Sedangkan untuk Peradilan Khusus contohnya yaitu
Pengadilan Agama, Pengadilan Militer, Pengadilan Tata Usaha Nagara. Pada Pengadilan Agama
dikususkan bagi masyarakat yang beragama Islam, selain itu juga bagi masyarakat non muslim yang
tuduk pada peraturan agama Islam.

Peradilan adalah suatu wadah atau tepat yang dijadikan sebagai pemutus atau penentu suatu
permasalahan atau suatu sengketa. Pada suatu masalah atau persengketaan yang dicari pada akhirnya
yaitu hasil akhir yang adil atas suatu permasalahan atau sengketa. Peradilan dapat digunakan bagi
masyarakat yang mencari suatu keadilan atau bagi seseorang yang merasa belum mendapatkan lan atas
suatu hal tertentu.

Pengadilan Agama memeiliki dua jenis perkara yang dapat diajukan bagi masyarakat yang merasa belum
mendapatkan keadilan. Dua perkara tersebut adalah perkara gugatan dan permohonan. Pada dua jenis
perkara tersebut yang diajukan ke Pengadilan agama nantinya produk hukum yang dikeluarkan oleh
hakim atas dua jenis perkara itu berbeda. Untuk perkara permohonan produk hukum yang dikeluarkan
oleh hakim adalah penetapan. Sedangkan untuk perkara gugatan produk hukum yang akan dikeluarkan
oleh hakim adalah putusan.

1.2 Rumusan Masalah

- Pengertian produk peraddilan agama

- jenis jenis putusan

- kekuatan hukum putusan dan penetapan

4
1.3 Tujuan

- Mengetahui produk peradilan agama

- Mengetahui jenis jenis putusan

- Mengetahui sifat dari putusan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian produk hukum acara peradilan agama

Sebagaimana yang tercantum pada pasal 60 undang-undang nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan
Agama hanya mengenal dua macam produk hukum sebagaimana dinyatakan "Penetapan dan putusan
Pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum". Di antara prosedur tahap beracara pada peradilan agama adalah setelah pengadilan agama
memeriksa maka dia harus harus mengadilinya atau memberikan putusan dan mengeluarkan
produknya. Sejak dikeluarkannya undang undang nomor 7 tahun 1989, produk peradilan agama hanya
ada dua macaam yaitu putusan dan penetapan.

b. Pengertian Putusan dan Penetapan

1). Pengertian Putusan

Putusan adalah produk pengadilan dalam perkara-perkara contentiosa, yaitu produk pengadilan yang
sesungguhnya. Putusan juga berarti keputusanpengadilan atas atas perkara gugatan berdasarkan
adanya sengketa. Putusanmengikat kepada kedua belah pihak. Putusan mempunyai
kekuatanpembuktian sehingga putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetapdapat
dilaksanakan eksekusi. Dalam menlaksanakan fungsi peradilan, PARAHAKIM Peradilan Agama harus
menyadari sepenuhnya bahwa tugas hakimadalah menegakkan hukum dan keadilan. Berkatan dengan
hal tersebut, Dalamsetiap putusan yang hendak dijatuhkan oleh hakim dalam mengakhiri
danmenyelesaukan suatu perkara, perlu dipertimbangkan tiga hal, yaitu: keadilan,kemanfaatan dan
kepastian.

2). Pengertian Penetapan Adapun yang dimaksud dengan penetapan adalah keputusan pengadilanatas
perkara permohonan ( volunter), misalnya penetapan dalam perkaradispensasi nikah, izin nikah, wali
adhal, poligami, perwalian, itsbat nikah dansebagainya. Penetapan merupakan jurisdictio valuntaria
(bukan peradilanyang sesungguhnya). Karena pada penetapan hanya ada pemohon tidak ada awan
hukum. Penetapan bertujuan untuk menetapkan suatu status tertentubagi diri pemohon. Amar putusan
dalam penetapan bersifat declaratoir yaitumenetapkan atau menerangkan saja. Dalam penetapan,
hakim tidak menggunakan kata “mengadili” namun cukup dengan menggunakan kat“menetapkan”.

6
2.2 jenis jenis putusan dan gugatan

Macam-macam Putusan.

Dilihat dari segi fungsinya putusan hakim terdiri dari:

1)Putusan akhir, yaitu putusan yang mengakhiri suatu perkara di persidangandan putusan ini
merupakan produk utama dasi suatu persidangan.

2). Putusan sela, yaitu putusan yang dijatuhkan masih dalam prosespersidangan sebelum putusan akhir
dibacakan dengan tujuan untukmeperjelas dan meperlanjar persidangan.

3).Putusan serta-merta, yaitu putusan pengadilan agama yang pada putusantersebut oleh salah satu
pihak atau para pihak yang berperkara dilakukanupaya hukaum baik vezet , banding maupun kasasi dan
memakan waktu relatif lama, lalu ada suatu gugatan dari salah satu pihak, agar putusan yangtelah
dijatuhkan oleh pengadilan agama dilaksanakan terlebih dahulu, tidaklagi menunggu putusan yang
mempunyai kekuatan hukum tetap.

Menurut sifatnya

Putusan Deklarator

Putusan deklarator atau deklaratif (declatoir vonnis) adalah pernyataan hakim yang tertuang dalam
putusan yang dijatuhkannya. Pernyataan itu merupakan penjelasan atau penetapan tentang sesuatu hak
atau titel maupun status. Pernyataan itu dicantumkan dalam amar atau diktum putusan.

Putusan Konstitutif

Putusan konstitutif (constitutief vonnis) adalah putusan yang memastikan suatu keadaan hukum, baik
yang bersifat meniadakan suatu keadaan hukum maupun yang menimbulkan keadaan hukum baru

Putusan Kondemnator

Putusan kondemnator (condemnatoir) adalah putusan yang memuat amar yang menghukum salah satu
pihak yang berperkara. Putusan yang bersifat kondemnator merupakan bagian yang tidak terpisah dari
amar deklaratif atau konstitutif. Dalam putusan ini isi putusannya dapat berupa

7
1) Niet Onvankelijk Verklaart (N.O.)

Niet Onvankelijk Verklaart (N.O.) berarti tidak dapat diterima gugatannya, yaitu putusan pengadilan
yang yang diajukan oleh Penggugat tidak dapat diterima karena ada alasan yang dibenarkan oleh
hukum.

2) Gugatan dikabulakan

Apabila suatu gugatan yang diajukan kepada pengadilan dapat dibuktikan kebenaran dalil gugatanya,
maka gugatan tersebut dikabulkan seluruhnya. Jika sebagian saja yang terbukti kebenaran dalil
gugatanya, maka gugatan tersebut dikabulakan sebagian.

3) Gugatan ditolak

Suatu gugatan yang diajukan oleh penggugat ke pengadilan dan di depan sidang pengadilan penggugat
tidak dapat mengajukan bukti-bukti tentang kebenaran dalil gugatannya, maka gugatannya ditolak.
Penolakan itu dapat terjadi seluruhnya atau hanya sebagian saja, tergantung si penggugat dapat
mengajukan bukti gugatannya.

4) Gugatan didamaikan

Pasal 130 ayat (1) HIR dan pasal 154 ayat (1) R.Bg mengemukakan bahwa hakim harus berusaha untuk
mendamaikan kedua belah pihak yang bersengketa sebelum diputus. Jika hakim lalai tidak
melaksanakan perdamaian, maka akibat hukum terhadap pelaksanaan persidangan adalah pihak
tergugat/termohon dapat mengajukan eksepsi bahwa pelaksanaan persidangan batai demi hukum.
Putusan yang dijatuhkan oleh hakim tingkat pertama dapat dimintakan pembatalan dalam tingkat
banding.

5) Gugatan digugurkan

Berdasarkan pasal 124 HIR dan pasal 148 R.Bg, jikalau penggugat tidak hadir menghadap pengadilan
pada hari yang telah ditentukan, dan tidak menyuruh orang lain sebagai wakilnya padahal ia telah
dipanggil secara patut, sedangkan tergugat hadir, maka untuk kepentingan tergugat yang sudah
mengorbankan waktu dan mungkin juga uang, putusan haruslah diucapkan. Dalam hal ini gugatan
penggugat dinyatakan gugur dan dihukum untuk membayar ongkos perkara.

8
6) Gugatan dibatalkan

Apabila penggugat sudah pernah hadir dalam sidang pengadilan, kemudian pada sidang-sidang
selanjutnya tidak pernah hadir lagi, maka panitera berkewajiban untuk memberitahukan kepada
penggugat agar ia hadir dalam sidang dan membayar ongkos perkara tambahan sesuai dengan yang
ditetapkan. Apabila dalam tempo satu bulan sejak tanggal pemberitahuan itu penggugat tidak juga hadir
untuk menghadap siding dan membayar tambahan biaya perkara, maka gugatannya dinyatakan
dibatalkan.

7) Gugatan dihentikan

Penghentian gugatan disebabkan karena adanya perselisihan kewenangan mengadili antara Pengadilan
Agama dan Pengadilan Negeri. Kalau terjadi hal seperti ini, maka baik Pengadilan Agama maupun
Pengadilan Negeri harus menghentikan pemeriksaan tersebut dan kedua badan peradila itu hendaknya
menirim berkas perkara ke Mahkamah Agung Republik Indonesia untuk ditetapkan siapa yang
berwenang memeriksa dan mengadili perkara tersebut.

Putusan yang dikeluarkan Pengadilan Agama harus memuat hal-hal sebagai berikut :

a) Kepala putusan

Putusan harus memuat kepala putusan meliputi "Putusan", kalimat "Bismillahirrahmanirrahim" dan
"Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa".

b) Nama pengadilan dan jenis perkara

Pengadilan Agama mana yang memeriksa perkara misalnya "Pengadilan Agama Sukoharjo yang
memeriksa perkara gugat cerai pada pengadilan tingkat pertama".

c) Identitas para pihak

Identitas para pihak minimal harus mencantumkan nama, alamat, umur, agama, dan dipertegas dengan
status para pihak sebagai penggugat atau tergugat.

9
d) Duduk perkara

Memuat tentang:

1) Uraian lengkap isi gugatan

2) Pernyataan sidang dihadiri para pihak

3) Penyataan upaya perdamaian

4) Uraian jawaban tergugat

5) Uraian replik

6) Uraian duplik

7) Uraian kesimpulan para pihak

8) Pembuktian para pihak

e) Pertimbangan hukum

Berisi penilaian hakim tentang segala sesuatu, peristiwa, alat bukti yang diajukan, alasan-alasan hukum
yang menjadi dasar, pasal-pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan maupun hukum yang
tidak tertulis yang bersangkutan dengan perkara yang diperiksa.

f) Amar putusan

Amar putusan didahulaui dengan kata "MENGADILI" kemudian diikuti petitum berdasarkan
pertimbangan hukum. Di dalamnya diuraikan hal-hal yang dikabulkan dan hal-hal yang ditolak atau tidak
diterima.

g) Penutup

Memuat kapan putusan dijatuhkan dan dibacakan dalam persidangan yang terbuka untuk umum,
majelis hakim yang memeriksa, panitera yang membantu, kehadiran para pihak dalam pembacaan
putusan. Putusan ditandatangani oleh majelis hakim dan panitera yang ikut sidang dan pada akhir
putusan dimuat perincian biaya perkara

10
2.3 kekuatan hukum dari putusan dan penetapan

a. Kekuatan hukum putusan

Putusan pengadilan memiliki tiga kekuatan, yaitu sebagai berikut: 16

1) Kekuatan mengikat

Putusan hakim mengikat para pihak yang berperkara dan kekuatan mengikat suatu putusan yang ada
yang dalam arti positif dan dalam arti negatif. Dalam arti positif yaitu bahwa yang telah diputus hakim
harus di anggap benar (res judicato pro veritate habetur). Dalam arti negatif yaitu bahwa hakim tidak
boleh memutus lagi perkara yang sama, popok perkara yang sama dan pihak yang sama (nebis in idem).

2) Kekuatan pembuktian

Putusan harus dibuat secara tertulis, tujuannya untuk dapat dipergunakan sebagai alat bukti oleh para
pihak, yang mungkin dipergunakan untuk keperluan banding, kasasi, atau juga untuk eksekusi." Putusan
hakim telah memperoleh kepastian hukum, bukti kebenaran hukum dan mempunyai kekuatan hukam
tetap serta dapat dijadikan bukti dalam sengketa perdata yang sama.

3) Kekuatan eksekutorial

Suatu putusan dimaksudkan untuk menyelesaikan suatu persoalan atau sengketa dan menetapkan hak
atau hukumnya. Kekuatan mengikat saja dari suatu putusan pengadilan belum cukup dan tidak berarti
apabila putusan itu tidak dapat direalisir atau dilaksanakan. Oleh karena putusan itu memetapkan
dengan tegas hak dan hukumnya untuk kemudian direalisir, maka putusan hakim mempunyai kekuatan
eksekutorial. Kekuatan eksekutorial yaitu kekuatan untuk dilaksanakan putusan peradilan itu secara
paksa oleh aparat negara ).

b. Kekuatan Hukum Penetapan

Putusan volunter hanya mempunyai kekuatan hukum sepihak, pihak lain tidak dapat dipaksakan untuk
mengikuti kebenaran hal-hal yang dideklarasikan dalam putusan volunter, karena itu pula maka putusan
volunteer tidak mempunyai kekuatan hukum sebagai pembuktian. Penetapan mengikat pada diri
pemohon dan penetapan tidak mempunyai kekuatan eksekutorial

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Produk peradilan agam terbagi menjadi dua yaitu putusan dan penetapan. . Putusan juga berarti
keputusanpengadilan atas atas perkara gugatan berdasarkan adanya sengketa sedangkan penetapan
adalah keputusan pengadilanatas perkara permohonan ( volunter).

3.2 saran

Saran saya semoga hakim dalam memberikan keputusan dapat sersikap adil serta dengan pembuatan
makalah ini saya berharap kita dapat mengerti apa itu putusan dan apa isi putusan tersebut

12

Anda mungkin juga menyukai