Anda di halaman 1dari 8

JENIS-JENIS PUTUSAN HAKIM

Di susun oleh :

Kelompok 2

RENZA ALDIKASARI 1910103005

NYAYU NADYA ERYANTI 1910103006

FABIAN ALFAROBI 1910103008

ALIF AQIL SAYYID 1910103027

GUSTINA 1920103035

Muhammad Wardiansyah 1930103118

Tugas Mata Kuliah : Lab. Hukum Acara Perdata

Dosen Pengampuh : Ramiah Lubis S.H,.M.H

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan kuasanya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “JENIS JENIS PUTUSAN
HAKIM”,tepat pada waktunya. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membuka tabir kegelapan dunia menuju terang
penuh nikmat. Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan yang ada agar berhasil sebagaimana mestinya, namun penulis
menyadari sepenuhnya bahwa terselesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Ibu Ramiah Lubis S.H.,M.H selaku dosen pengampu Lab. Hukum Acara Perdata.

2. Rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu penyelesaian makalah ini.


Semoga bantuan yang telah diberikan dapat bermanfaat dan menjadi amal saleh disisi-
Nya. Akhirnya kritik dan saran penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Palembang, 15 Februari 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hukum acara perdata adalah rangkaian-rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara


bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan dan cara bagaimana
pengadilan itu harus bertindak, satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan-
peraturan hukum perdata. Putusan hakim merupakan bagian dari hukum acara perdata
yang meliputi arti putusan hakim, macam-macam putusan hakim.

Oleh karena itu penulis selanjutnya membahas dalam makalah ini.

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian putusan Hakim?


2. Apa saja macam-macam putusan Hakim?

Tujuan Penulisan

1. Untuk dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang putusan hakim.


2. Untuk dapat mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang macam-macam
putusan hakim.

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PUTUSAN HAKIM

Putusan Hakim adalah pernyataan hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan
diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum sebagai hasil dari pemeriksaan
perkara gugatan (kontentius). Penetapan adalah pernyataan hakim yang dituangkan dalam
bentuk tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka untuk umum sebagai hasil
dari pemeriksaan perkara permohonan (voluntair).[1] Atau juga Putusan hakim adalah
suatu pernyataan oleh hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu,
diucapkan dipersidangan dan bertujuan untuk mengahiri atau menyelesaikan perkara atau
sengketa antara para pihak. Jika tidak diatati para pihak maka putusan tersebut dapat
dipaksakan.[2]

Sedangkan menurut penulis bahwa putusan hakim adalah suatu pernyataan hakim terhadap
suatu perkara, menyelesaikan sengketa dan mengakhirinya.

B. JENIS-JENIS PUTUSAN HAKIM

1. Putusan Akhir

Jenis putusan lain ditinjau dari segi bentuknya atau pada saat menjatuhkannya adalah
putusan akhir atau dalam commom low, sama dengan final judgement. Kalau putusan sela
di ambil dan menjatuhkan hakim pada saat proses pemeriksaan perkara pokok sedang
berlangsung maka putusan akhir diambil dan di jatuhkan pada akhir atau sebagai akhir
pemeriksaan perkara pokok.[3]

Putusan akhir merupakan mengakhiri pemeriksaan di persidangan, baik telah melalui


semua tahapan pemeriksaan maupun yang tidak/belum menempuh semua tahapan
pemeriksaan. Putusan yang dijatuhkan sebelum tahap akhir dari tahap-tahap pemeriksaan,
tetapi telah mengakhiri pemeriksaan yaitu : putusan gugur, putusan verstek yang tidak
diajukan verzet, putusan tidak menerima, dan putusan yang menyatakan pengadilan agama
tidak berwenang memeriksa.

Semua putusan akhir dapat dimintakan akhir, kecuali bila undang-undang menentukan
lain.[4]

Putusan akhir merupakan tindakan atau perbuatan hakim sebagai penguasa atau pelaksana
kekuasaan kehakiman untuk menyelesaikan dan mengakhiri sengketa yang terjadi di
antara pihak yang berpekara.[5]
Sedangkan menurut sifatnya dikenal tiga macam putusan, yaitu :

a. Putusan Declaratoir adalah putusan yang bersifat hanya menerangkan.


Menegaskan suatu keadaan hukum semata-mata. Misalnya bahwa A adalah anak
angkat yang sah dari X dan Y, atau bahwa A, B dan C adalah ahli waris dari
almarhum Z.[6] Putusan declaratoir adalah pernyataan hakim yang tertuang dalam
putusan yang dijatuhkannya. Pernyataan itu merupakan penjelasan atau penetapan
tentang sesuatu hak dan titel maupun status. Dan pernyataan itu dicantumkan
dalam amar atau diktum putusan. Dengan adanya pernyataan itu, putusan telah
menentukan dengan pasti siapa yang berhak atau siapa yang mempunyai
kedudukan atas permasalahan yang disengketakan.[7]
b. Putusan Constitutif adalah putusan yang meniadakan suatu keadaan hukum atau
menimbulkan suatu keadaan hukum yang baru. Contohnya adalah putusan
perceraian, putusan yang menyatakan seorang jatuh pailit. [8] putusan contitutif
yang menyatakan perjanjian batal, pada dasarnya amar yang berisi pembatalan
perjanjian adalah bersifat deklaratif yakni yang berisi perjanjian itu tidak sah oleh
karena itu perjanjian itu dinyatakan batal.[9]
c. Putusan Condemnatoir adalah putusan yang berisi penghukuman. Misalnya,
dimana pihak tergugat dihukum untuk menyerahkan sebidang tanah berikut
bangunan rumahnya membayar utang.[10] Putusan condemnatoir memuat amar
menghukum salah satu pihak yang berpekara. Putusan yang bersifat condemntoir
merupakan bagian yang tidak terpisah dari amar deklaratif dan konstitutif. Dapat
dikatakan amar condemnatoir adalah asesor dengan amar deklaratif dan konstitutif
karena amar tersebut tidak dapat berdiri sendiri tanpa amar putusan condemnatoir.
[11]

2. Putusan Sela

Mengenai putusan sela disinggung dalam pasal 185 ayat (1) HIR atau pasal 48 Rv.
Menurut pasal tersebut, hakim dapat mengambil atau menjatuhkan putusan yang

bukan putusan akhir, yang dijatuhkan pada saat proses pemeriksaan berlangsung. Namun,
putusan itu tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan dengan putusan akhir
mengenai pokok perkara. Jadi, hakim sebelum menjatuhkan putusan akhir dapat
mengambil putusan sela baik yang berbentuk putusan preparatoir dan interlocutoir.
Putusan sela berisi perintah yang harus dilakukan para pihak yang berpekara untuk
memudahkan hakim menyelesaikan pemeriksaan perkara, sebelum dia menjatuhkan
putusan akhir. Sehubungan dengan itu, dalam teori dan praktik dikenal beberapa jenis
putusan yang muncul dari putusan sela, antara lain sebagai berikut:

a. Putusan Preparatoir

Tujuan dari putusan preparatoir merupakan persiapan jalannya pemeriksaan. Misalnya


sebelum hakim memulai pemeriksaan, lebih dahulu menerbitkan putusan preparatoir
tentang tahap-tahap proses atau jadwal persidangan.[12]

b. Putusan Interlocutoir

Menurut soepomo, sering kali PN menjatuhkan putusan interlocutoir saat proses


pemeriksaan tengah berlangsung. Putusan ini merupakan bentuk khusus putusan sela yang
dapat berisi bermacam-macam perintah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai hakim,
antara lain sebagai berikut:

1) Putusan interlokutor yang memerintahkan pendengaran keterangan ahli berdasarkan


pasal 154 HIR.

Apabila hakim secara ex officio maupun atas permintaan salah satu pihak, menganggap
perlu mendengar pendapat ahli yang kompeten menjelaskan hal yang belum terang tentang
masalah yang disengketakan, hal itu dituangkan dalam putusan sela yang disebut putusan
interlokutor.

2) Memerintahkan pemeriksaan setempat berdasarkan pasal 153 HIR.

Jika hakim berpendapat atau atas permintaan salah satu pihak, perlu dilakukan
pemeriksaan setempat maka pelaksanaannya dituangkan dalamm putusan interlokutor
yang berisi perintah kepada hakim komisaris dan panitera untuk melaksanakannya.

3) Memerintahkan pengucapan atau pengangkatan sumpah baik sumpah penentu atau


tambahan berdasarkan pasal 155 HIR, pasal 1929 KUH perdata maka pelaksanaannya
dituangkan dalam putusan interlokutor.
4) Bisa juga memerintahkan pemanggilan saksi berdasarkan pasal 139 HIR yakni saksi
yang diperlukan penggugat atau tergugat, tetapi tidak dapat menghadirkannya berdasarkan
pasal 121 HIR, pihak yang berkepentingan dapat meminta kepada hakim supaya saksi
tersebut dipanggil secara resmi oleh juru sita. Apabila permintaan ini dikabulkan, hakim
menerbitkan surat perintah untuk itu yang dituangkan dalam bentuk putusan interlokutor.

5) Putusan interlokutor dapat juga diterbitkan hakim untuk memerintahkan


pemeriksaan pembukuan perusahaan yang terlibat dalam suatu sengketa oleh akuntan
publik yang independen.[13]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Putusan hakim adalah suatu pernyataan hakim di dalam suatu persidangan bertujuan untuk
mengakhiri dan menyelesaikan sebuah perkara. Ada beberapa macam putusan hakim
untuk menyelesaikan suatu perkara yaitu putusan akhir dan putusan Putusan sela, yang
termasuk putusan sela yaitu Declaratoir, Putusan Constitutif, Putusan Condemnatoir, dan
Putusan sela yaitu Putusan Preparatoir Interlocutoir.

B. Saran Penulis

Dalam hal ini kami menyadari sepenuhnya akan keterbatasan ruang gerak pemikiran dan
sudut pandang yang kami miliki. Sehingga target kesempurnaan dalam penulisan makalah
ini masih belum dapat dicapai. Untuk itu dukungan kritik dan saran yang berorientasi pada
penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan demi kesempurnaan di masa yang akan
datang. Akhir kata dengan kerendahan hati, kami berharap semoga makalah dapat diterima
dan mudah-mudahan makalah yang kami buat ini dapat digunakan sebaik-baiknya sebagai
bahan bacaan dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih !
Daftar pustaka

http://ahmadzarkasyi-blog.blogspot.com/2014/07/putusan-hakim.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai