Disusun oleh :
PALEMBANG
2021
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wr.wb…………
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas taufik serta
hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Kontroversi Hukuman Rajam”
dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kita
khaturkan atas junjungan nabi besar kita Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari alam yang gelap gulita menuju alam yangb terang benderang seperti
sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini telah jauh dari kesempurnaan
disebabkan pengetahuan penulis yang sangat terbatas oleh karena itu saran dan
kritiknya yang sepertinya membangun sangat kami harapkan dari pembaca,
semoga makalah ini bermaanfat bagi pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................1
Kata Pengantar..................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang............................................................................................4
2. Rumusan Masalah.......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Rajam.........................................................................................6
B. Sejarah Hukuman Rajam.............................................................................6
C. Cara Pelaksanaan Hukuman Rajam.............................................................7
D. Beberapa Pendapat Mengenai Hukuman Rajam..........................................9
E.Penerapan Hukuman Rajam di Berbagai Negara..........................................13
F. Relevansi hukuman rajam dengan kemanusiaan..........................................15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bagi sebagian ulama, hukuman rajam sudah tidak sesuai untuk diterapkan
dalam zaman sekarang.Selain itu hukuman rajam dianggap sebagai hukuman yang
tidak manusiawi.Melanggar hak asasi si pelaku untuk merubah dirinya menjadi
lebih baik.Tetapi beberapa ulama mendukung juka hukuman rajam diterapkan
dalam konteks zaman modern ini.Karena menurutnya hukuman itu pantas
diberikan bagi pelaku zina yang secara tidak langsung memberikan efek negative
bagi orang-orang disekitarnya. Serta agar dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain
untuk tidak melakukan zina.
4
rajam dirasa sangat kejam karena sudah melanggar hak hidup dan hak
kemanusiaan.
Maka dari itu dalam era modern seperti sekarang ini, hukuman rajam
banyak juga ditolak untuk diterapkan.terutama para fuqoha-fuqoha pembaharuan
hokum islam karena dirasa sudah tidak efisien dan tidak sesuai lagi untuk
diterapkan di zaman sekarang ini.
2. Rumusan Masalah
A. Pengertian Rajam
B. Sejarah Hukuman Rajam
C. Cara Pelaksanaan Hukuman Rajam
D. Beberapa Pendapat Mengenai Hukuman Rajam
E. Penerapan Hukuman Rajam di Berbagai Negara
F. Relevansi hukuman rajam dengan kemanusiaan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rajam
Dari segi etimologi, rajam adalah bentuk verbal noun atau masdar
dari kata kerja rajama ( (رجمyang berarti melempari batu. Terkadang
rajam juga diartikan menerka, di dalam Al-Qur’an surah al-Kahfi ayat 22
rajam dalam ayat tersebut berarti menerka () القو ل با لظن, sedangkan dalam
surat al-Muluk ayat 5 bermakna alat untuk melempar batu atau merajim.
Dalam terminology fiqih, perkataan rajam berarrti melempari
pezina mukhsan dengan batu atau semacamnya sampai menemui
ajal.Dengan demikian rajam adalah hukuman mati bagi pezsina muhsan.
Hukuman rajam ialah hukuman mati dengan jalan dilempari
dengan batu, dan yang dikenakan ialah pembuat zina muhshan (sudah
menikah), baik laki-laki maupun perempuan.Hukuman rajam tidak
tercantum dalam alQur’an, dan oleh karena itu fuqaha-fuqaha khawarij
tidak memakai hukuman rajam.Menurut mereka terhadap jarimah-jarimah
zina dikenakan hukuman jilid saja, baik pelakunya sudah muhshan atau
belum, dan dipersamakan atas keduanya.1
1
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam,1986, cet-3, Jakarta: PT Bulan Bintang, hlm 267-
268.
6
memalingkan muka darinya, hingga ia mendatangi dan mengulangi lagi
pengakuannya kepada Rasul sampai empat kali, kemudian Rasul
menyuruhnya untuk mencari empat orang saksi, setelah membawa empat
orang saksinya Rasul bertanya “apa kamu sudah gila?” dijawab “tidak”.
Kemudian Rasul bertanya lagi “apa kamu sudah pernah menikah?”
dijawab “ya”, “apakah kamu tau apa itu zina?” ia menjawab “tahu ya
Rasulullah” kalu begitu, bawalah orang ini dan rajamlah”. Ketika
hukuman dilaksanakan, tiba-tiba Mu’iz melarikan diri karena kesakitan,
sehingga sebagian sahabat mengejar dan melempari lagi hingga
meninggal, setelah itu mereka menghadap Rasulullah dan melaporkan
kejadian tersebut namu Rasul bersabda “mengapa tidak kalian biarka saja
Ma’iz lari saja?”.
7
pelanggaran. Jika ada keraguan walaupun sedikit dalam pernyataan
kesaksian mereka maka ia akan meringankan si tertuduh. 2
Sebelum menjatuhkan hukuman rajam, maka harus memenuhi beberapa
syarat berikut :
1. Si pelanggar dalam keadaan sehat pikiran.
2. Dia seorang muslim
3. Telah pernah menikah
4. Telah mencapai usia puber
5. Seorang yang merdeka, bukan budak belian
Apabila memang telah terbukti melakukan jarimah zina, maka jika
orang yang terkena hukuman adalah laki-laki maka hukuman
dilaksanakan dengan berdiri tanpa dimasukkan kedalam lubang dan tanpa
dipegang atau diikat. Didasrkan pada hadist Rasulullah saw. Ketika
merajam Ma’is dan orang Yahudi
لما امرنا ر سو ل ا ا هلل صلى ا هلل ءليه و سلم ا ن نر جم ما ءز ا بن ما لك خر:ءن ابي سعيد قا ل
جنا به ا لى ا لبقيع فو ا هلل ماحفر نا له وال ا و ثقنا ه و لكن قا م لنا فر مينا ه با لءظا مز
2
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam,1986, cet-3, Jakarta: PT Bulan Bintang
8
Menurut Imam Abu Hanifah, lemparan pertama dilakukan oleh para
saksi apabila pembuktiannya dengan saksi. Setelah itu dilanjutkan oleh
imam atau pejabat yang ditunjuk kemudian diteruskan oleh masyarakat.
Namun ulama yang lain tidak mensyaratkan hal demikian.
Hukuman rajam boleh dilaksanakan kapan saja, karena hukuman
tersebut akan berakhir pada kematian. Tetapi, apabila hukuman rajam
dijatuhkan pada wanita hamil maka pelaksanaan hukumannya dilakukan
setelah wanita itu melahirkan.Bila tetap dilakukan berarti menghukum
juga bayi yang masih ada dalam kandungan.3
D. Beberapa Pendapat Mengenai Hukuman Rajam
Hukuman rajam menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk
diperdebatkan.Banyak dari kalangan ulama yang menolak maupun
menerima hukuman rajam ini.Dari golongan khawarij, Mu’tazilah dan
sebagian fuqaha Syi’ah menyatakan, sanksi bagi pezina adalah hukum
dera (cambuk). Adapun alasan mereka yang menolak hukum rajam:
1. Hukum rajam dianggap paling berat di antara hukum yang ada
dalam islam namun tidak ditetapakan dalam al-qur’an. Seandainya
Allah melegalkan hukum rajam mestinya ditetapkan secara
definitif dalam nas.
2. Hukuman bagi hamba sahaya separoh dari orang merdeka, kalau
hukum rajam dianggap sebagai hukuman mati, apa ada hukuman
separoh mati. Demikian juga ketentuan hukuman bagi keluarga
Nabi dengan sanksi dua kali lipat apakah ada dua kali hukuman
mati. Secara jelas ayat yang menolak adalah surat an-Nisa ayat 25:
3
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, 2005, cet-2, Jakarta: Sinar Grafika, hlm 57-58
9
Artinya: dan Barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak
cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman,
ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu
miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari
sebahagian yang lain[285], karena itu kawinilah mereka dengan seizin
tuan mereka, dan berilah maskawin mereka menurut yang patut, sedang
merekapun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan
(pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya; dan
apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka
melakukan perbuatan yang keji (zina), Maka atas mereka separo
hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami.
(Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-orang yang takut
kepada kemasyakatan menjaga diri (dari perbuatan zina) di antara kamu,
dan kesabaran itu lebih baik bagimu.dan Allah Maha Pengampun lagi
.Maha Penyayang
3. Hukum dera yang tertera dalam surat an-Nur ayat 2 berlaku umum,
yakni pezina muhsan dan ghairu muhsan. Sementara hadis nabi
yang menyatakan berlakunya hukum rajam adalah lemah.
10
rujukan hukum, artinya siapa saja yang berzina dirajam. Demikian halnya
dengan pendapat Hasbi ash-Shidieq, hukum rajam ada dan dipraktekan
dalam islam, akan tetapi terjadi sebelum diturunkan surat an-Nur ayat (2).
ةٌ فِي ِدي ِن هَّللا ِ ِإ ْنŽŽَال َّزانِيَةُ َوال َّزانِي فَاجْ لِدُوا ُك َّل َوا ِح ٍد ِم ْنهُ َما ِماَئةَ َج ْل َد ٍة ۖ َواَل تَْأ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َرْأف
َُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۖ َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَاِئفَةٌ ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِين
Hukum rajam atau dera seratus kali bagi pezina bukanlah suatu
kemutlakan. Sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Syahrur dengan
teorinya halah al-had al-a’la, (batas maksimal ketentuan hukum Allah),
bahwa hukum rajam (dera) bisa dipahami sebagai hukum tertinggi dan
adanya upaya untuk berijtihad dalam kasus tersebut dapat dibenarkan.
Demikian halnya pelaku yang tidak diketahui oleh orang lain, Islam
memberikan peluang terhadapnya untuk bertobat. Sebagaimana Nabi
menjadikan sarana dialog dalam kasus Ma’iz bin Malik, yang mengaku
berzina dan minta disucikan kepada Nabi. Nabi berpaling dan bertanya
berulang-ulang agar pengakuan dicabut dan segera bertaubat.
11
berati melempari batu.Sedangkan menurut istilah, rajam adalah melempari
batu. Sedangkan menurut istilah, rajam adalah melempari pezina muhsan
sampai menemui ajalnya. Adapun dasar hukum dera atau cambuk seratus
kali adalah firman Allah dalam surat an-Nur ayat 2
12
E. Penerapan Hukuman Rajam di Berbagai Negara
Ada 7 negara yang sampai saat ini masih menggunakan hukuman rajam,
Negara-negra tersebut adalah:
1. Iran
Iran yang menerapkan hukum Islam, memberlakukan hukuman
rajam bagi siapa saja yang melakukan perzinahan di Negara
itu.Berdasarkan ketepan yang berlaku, tubuh pria pelaku perzinahan
dibenamkan ke dalam bumi hingga setinggi pinggangnya dan tubuh
wanita pelaku perzinahan dibenamkan hingga setinggi lehernya.
Selanjutnya mereka dirajam hingga tewas. Namun pelaku perzinahan
yang berhasil meloloskan diri dari lubang tempat mereka dibenamkan
akan dianggap bebas dari hukuman. Hukuman yang tidak adil bagi
perempuan karena dibenam lebih dalam yaitu sebatas leher sedangkan
pria hanya sebatas pinggang.
Contoh kasus: Pada bulan Juli 2008, hukuman rajam hingga
mati diberikan kepada Sembilan pelaku zina dan prostitusi. Sedikitnya
delapan wanita dan satu pria telah dijatuhi hukuman dilempar batu
hingga mati atau rajam di Iran.
Delapan wanita berusia berkisar dari 27 hingga 43 tahun itu mendapat
hukuman karena terlibat prostitusi, hubungan sedarah dan
perzinahan.Terpidana lainnya, seorang pria guru musik berusia 50
tahun, dihukum karena hubungan seks tidak sah dengan seorang siswa.
2. Arab Saudi
Contoh kasus: TKW asal Banyuwangi yang bernama Lilik (40)
terancam hukuman rajam. Kasus itu terjadi pada tahun 2007.Hal itu
bermula dari pembunuhan yang menimpa TKW Indonesia lainnya
yang dilakukan oleh pria asal Bangladesh.Tetapi saat polisi Arab
memeriksa tempat kejadian mereka menemukan foto lilik sedang
bermesraan dengan pria tersebut.dan polisi langsung menangkap Lilik.
Walaupun hukuman rajam belum dilaksanakan, ini jelas bahwa Arab
13
Saudi masih memberlakukan hukuman Rajam untuk pelaku zina
ataupun yang mendekati zina.
3. Sudan
Pada 10 Juli 2012 pengadilan di ibukota Khartoum menjatuhi
hukuman bagi seorang wanita Sudan, berusia 23 tahun, Laila Ibrahim
Issa Jamool karena berzinah. Pengadilan menghukumnya mati dengan
dirajam, dibawah pasal 146 Hukum Pidana Sudan tahun 1991.
4. Pakistan
Militan Taliban diduga menghukum rajam seorang wanita sampai
mati di Pakistan.Seorang wanita tergeletak diikat ke tanah dan
sekelompok orang berkumpul sekelilingnya, berulang kali melempar
batu padanya. Dia berulang kali berteriak memohon bantuan, tetapi
meskipun dia menangis, mereka terus menghujaninya dengan batu
padanya sampai ia terbaring diam.Eksekusi diduga berlangsung dua
bulan yang lalu di daerah Orakzai.
5. Afganistan
Contoh kasus: Para Taliban Afganistan melakukan hukuman rajam
bagi pasangan lelaki dan perempuan itu dituduh telah berzina di
kawasan distrik Dashte Archi di provinsi Kunduz Agustus silam.
6. Nigeria
Contoh kasus: Amina Lawal, seorang perempuan Muslim, dijatuhi
hukuman mati pada hari Jum’at tanggal 22 Maret 2002 dengan cara
dirajam hingga mati oleh Pengadilan Syari’ah di Bakori, Negara
Bagian Katsina di Nigeria Utara. Beliau mengandung sementara
menjanda dan menurut hukum Syari’ah, mengandung di luar
pernikahan adalah bukti cukup bagi seorang perempuan untuk dituduh
melakukan pelacuran.
7. Somalia
Contoh kasus: Mohamed Abukar Ibrahim, nama pria malang
berusia 48 tahun itu, dikubur hidup-hidup dalam posisi berdiri, hanya
14
leher dan kepala yang masih di atas tanah, lalu dilempari batu hingga
tewas.
Suatu golongan mengatakan bahwa kedua orang itu mengaku telah
melakukan masing-masing pembunuhan dan perzinahan.Untuk
pasangan zinanya hakim telah menjatuhkan hukuman cambuk 100 kali
karena belum menikah.
15
merupakan upaya untuk mempertahankan martabat dan moralitas manusia
dalam lingkup yang luas.Sanksi seperti ini dalam kehidupan masyarakat
lebih menekankan aspek represif dari kaidah hukum yang merupakan
kaidah dari hukum pidana, dengan mendatangkan sanksi yang
mendatangkan penderitaan bagi yang melanggar.
Dalam hal ini kemanusiaan yang lebih besar dan menyangkut suatu
tatanan masyarakat luas jauh lebih unggul dalam bandingan satu individu
dalam masyarakat.Maka peradaban yang selayaknya terus ada dalam
kehidupan manusia tetap mengiringi sejarah kemanusiaan, dan tidak jatuh
ke derajat yang lebih rendah dari itu.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hukuman rajam bukanlah suatu hukum mutlak yang diberikan kepada
pelaku zina.Tetapi merupakan suatu alternative hukuman yang terberat dalam
Islam dan bersifat insidentil.Artinya penerapannya lebih bersifat kasuistik.Karena
hukuman mati dalam Islam harus melalui pertimbangan matang kemaslahatan
individu maupun masyarakat dan diberlakukan bagi pelaku zina yang memang
benar-benar memberikan efek yang sangat buruk bagi orang-orang
disekitarnya.Rajam merupakan hukuman yang tidak manusiawi. Selain itu
hukuman rajam merupakan peninggalan orang-orang Yahudi yang pada waktu
Rasulullah saw. Hukuman rajam diberlakukan karena untuk menyesuaikan adat
kebiasaan orang Yahudi agar hukum Islam dapat diterapkan.
Selain itu hukuman rajam tidak disebutkan dalam alQuran baik mengenai
tatacaranya maupun kewajibannya, alQuran hanya menerangkan bahwa hukuman
bagi orang yang berbuat zina adalah dijilid 100 kali sesuai dengan surat an-Nur
ayat 2. Ayat ini lah yang seharusnya menjadi hukuman yang layak bagi pelaku
zina, karena sudah jelas diatur dalam alQuran. Adapun as-sunnah yang mengatur
diberlakukannya hukuman rajam kemungkinan dilakukan sebelum turunnya surat
an-Nur ini.
Alangkah lebih baiknya jika hukuman rajam tidak lagi diberlakukan di
zaman sekarang ini.Berilah kesempatan bagi para pelaku zina untuk bisa
memperbaiki dirinya untuk menyadari bahwa perbuatannya itu salah.Toh
perbuatan yang dilakukan pelaku itu adalah tanggungjawab antara dirinya dan
Yang Maha Kuasa.Jika memang perbuatan yang dilakukan tidak merugikan
orang-orang disekitarnya. Contohnya jika perbuatan itu memang dilakukan karna
17
dasar suka sama suka. Kita sebagai manusia juga tidak berhak untuk menghakimi
perbuatan mereka, padahal tubuh dan jiwa kita ini masih banyak dosa.
DAFTAR PUSTAKA
Terjemahan dari Shari’ah the Islamic Law. Abdur Rahman. terjemahkan oleh
Masturi, Hadi dan Iba Asghary, Basri.Tindak Pidana dalam Syari’at
Islam. PT Melton Putra. Jakarta : 1992
18