Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM ZINA, PENCURIAN,

MENUDUH ORAN BERZINA, PERAMPOKAN, PEMBUNUHAN


DAN TAKZIR

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. H. Mukhsin Nyak Umar, M.A.

Di susun oleh:

Nadya SwasTary (180102148)


Muhammad Rifqie Muna (1801021)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


HUKUM EKONOMI SYARIAH
UIN AR- RANIRY
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadiran Allah swt, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya lah sehingga makalah dengan judul ‟Pengertian dan dasar hukum dari zina, pencurian,
menuduh wanita berzina, perampokan, pembunuhan dan takzir” ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya sebagai pemenuhan tugas pengantar Ushul Fiqh

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari
segi penulisan, susuna kata, maupun isi materi. Dengan ini penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini
bermanfaah bagi pembaca.

Banda Aceh, 18 Mei 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..................................................................................................
B. Rumusan masalah............................................................................................
C. Tujuan penulisan.............................................................................................
D. Metode penulisan (bersumber dari buku ilmiah pada fakultas syariah)

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian dan dasar hukum


A. Zina.....................................................................................................................
B. Pencurian............................................................................................................
C. Menuduh wanita berzina...................................................................................
D. Perampokan.......................................................................................................
E. Pembunuhan.......................................................................................................
F. Takzir.................................................................................................................

BAB III PENUTUP


Kesimpulan.......................................................................................................

DAFAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bekakangan ini banyak sekali terajdi kegiatan-kegiatan yang merugikan orang lain
yang mmebuat orang lain merasa resah akan kegiatan kegiatan tersebut. Dalm Islam
kegitan-ekgiatan seperti berzina, pencurian, perapokan sudah dijelaskan oleh Allah
melalui Al-Qur’an dan sunnahh. Tidak heran, walupun semua kegiatan tersebut telah di
jelaskan dengan rinci tetapi masih banyak muslim yang melakukkanya. Apabila seorang
muslim atau muslimah melalkukan suatu kegiatan yang anantinya akan menimbulkan
murka Allah maka mereka pasti akan mendapat hukuman dari Allah swt. baik itu di dunia
maupun di akhirat. Kita semua tahu bahwa hukuman dari Allah swt. itu sangat berat dan
pedih akan penyiksaannya.
Maka dari itu, saya menyusun makalah mengenai pengertian dan dasar hukum
mengenai zina, pencurian, menuduh wanita berzina, perampokan, pembunuhan, dan
takzir. Dengan mengetahui pengertian dan dasar hukum dari semua kegiatan yang
disebutkan diatas, maka sudah seharusnya muslim atau muslimah meninggalkan
perbuatan tersebut yang nantinya akan merugikan diri sendiri, keluarga, maupun
lingkungan sekitar.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dari kegiatan berzina, pencurian, menuduh wanita berzina,
perampokan, pembunuhan dan takzir?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk menegtahui pengertian dan dasar hukum dari berzina, pencurian, menuduh
wanita berzina, perampokan, pembunuhan, dan takzir.

D. Metode Penulisan
Dikutip dari buku ilmiah perpustakaan fakultas syariah.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Dasar Hukum:

a. Zina

Segala bentuk hubungan seksual yang dilakukan oleh manusia yang tidak sesuaai
dengan asas agama (pernikahan yang sah), maka ia termasukperbuatan zina yang
meniscayakan penegakan hukuman yang sudah ditentukan. Hal ini karena ia termasuk
salah satu bentuk kriminalitas yang kadar hukuman atas hal itu telah ditentukan.

Zina yang meniscayakan penegakan hukuman dipastikan terjadi apabila ada bukti
masuknya seluruh atau sebagian ke vagina yang diharamkan (bukan vagina istri),
yang secara tabiat memang diinginkan (dalam hal ini kemaluan binatang tidak
termasuk vagina yang dimaksud). Selain itu, hal itu bukan dilakukan pada pernikahan
yang syubhat1, meskipun dalam persenggaman itu, laaki-laki itu tidak sampai
mengeluarkan air mani.

Dasar hukum:

Di masa-masa awal, hukuman zina berbentuk penyiksaan, ejekan, dan kecaman.


Allah swt. berfirman,

“ Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji dinatara kamu, amak
berilah hukuman kepada keduanya. Jika keduanya tobat dan memperbaiki diri, maka
biarkanlah mereka ….” (an-Nisa’[4]:16)

1
Adapun apabila terjadi hubungan seksual dalam ikatan pernikahan yang masih syubhat, maka tidak ada hukuman
atas hal itu bagi si pelaku.

5
“ Dan para perempuan yang melakukan perbuatan keji diantara perempuan-perempuan
kamu, hendaklah terhadap mereka ada empat orang saksi di anatara kamu (yang
menyaksikannya). Apabila mereka telah member kesaksian, maka kurunglah mereka
(perempuan itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah
member jalan (yang lain) kepadanya. (an-Nisa’[4]:15)

b. Pencurian

Pencurian adalah mengambil hak orang lain dengan sembunyi-sembunyi. Adapun, “Istaraqa as-
sam’a bermakna mencuri pendengaran (menguping). Dikatakan “mencuri pandangan” jika nafsu
menipu mata untuk terus memandang.

Didalam Al-Qur’an, Allah swt.berfirman,

“Kecuali (setan) yang mencuri berita-berita yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dikejar
oleh semburan api yang terang.” ( al-Hijr [15]:18)

Allah menyebut tindakan mendengarkan sambil sembunyi-sembunyi dengan mencuri. Di


dalam al- Qamus tertera bahwa mencuri dan mencuri-curi bermakna’ Datang mengambil harta
orang lain dari tempat penyimpanannya secara sembunyi-sembunyi’.

Ibnu Arafah menerangkan bahwa di Arab, pencuri bermakna orang yang dating sembunyi-
sembunyi menuju tempat penyimpanan harta orang lain, lalu ia mengambil sesuatu yang bukan
miliknya.

Berdasarkan penuturan, kita dapat memahami bahwa pencurian memiliki tiga sendi utama.

a. Mengambil harta yang bukan miliknya.


b. Mengambil dengan sembunyi-sembunyi.
c. Mengambil dari tempat penyimpanan yang aman.

Jika harta yang diambilnya tidak dimiliki oleh orang lain atau diambil secara terang-
terangan atau harta itu tidak berada di dalam tempat penyimpanannya yang aman, maka pencuri
tidak dikenakan sanksi potong tangan.

6
c. Menuduh wanita berzina
Menuduh orang lain berzina di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al-qadzfu.
Makna asal dari al-qadzfu adalah melempar batu atau dengan benda lainnya. Inilah
makna dasar yang digunakan di dalam konteks Al-Qur-an pada wahyu Allah kepada
ibunda Nabi Musa a.s.,
“(Yaitu), letakkanlah dia (Musa) di dalam peti, kemudian hanyutkanlah dia ke sungai
(Nil), maka biarlah (arus) sungai itu membawanya ke tepi…” (Thaha [20]:39)

Makna al-qadzfu di dalam syariat disarikan dari makna asalnya, sedangkan al-qadzfu
yang akan kita paparkan pada pembahasan ini adalah makna al-qadzfu menurut syariat
(terminology), yaitu menuduh wanita berzina.
- Dasar Hukum:
Islam melarang keras seorang muslim menuduh muslim yang lain berzina. Islam
mengkategorikan perbuatan itu sebagai salah satu dosa dan kekejian yang besar, lalu
menghukum sang penuduh tadi dengan dera sebanayak 80 kali, baik pelaku itu laki-laki
maupun perempuan. Tidak berhenti sampai disitu, Islam juga tidak menerima persaksian
dari penuduh itu dan juga menyebutnya “fasik,” menghalalkan laknat dan penjauhan dari
rahmat Allah swt., serta hak untuk mendapat azab yang sangat pedih di dunia dan
diakhirat.
Akan tetapi, semua sanksi itu dapat tidak berlaku apabila orang yang menuduh itu
dapat membuktikan tuduhannya dengan cara yang tidak diragukan, yaitu dengan
mendatangkan empat orang saksi yang sama-sama menyatakan bahwa pihak tertuduh
benar-benar melakukan perbuatan keji (zina).
Allah swt. berfirman,
“ Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik2 (berzina) dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh kali,
dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka itulah
orang-orang yang fasik. Kecuali mereka yang bertobat setelah itu dan memperbaiki
dirinya, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha penyanyang.” (an-Nur [24]:4-5)

2
Al-muhshanat adalah jiwa-jiwa yang suci. Kata itu mencakup laki-laki dan perempuan, berneda dengan
pemahaman yang dipegang oleh golongan khawarij yang berpendapat bahwa Hadd-al-Qadzf khusus bagi
perempuan , bukan untuk golongan laki-laki. Mereka memahami hal itu berdasarkan tekstual ayat.

7
“Sungguh, orang-orang yang menuduh perempuan0perempuan baik, yang lengah3 dan
beriman (dengan tuduhan berzina), mereka dilaknat didunia dan diakhirat, dan mereka
akan mendapatkan azab yang besar. Pada hari, (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka
menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Pada hari itu
Allah menyempurnakan balasan yang sebenarnya bagi mereka, dan tahu bahwa Allah
Maha Mendengar, Maha Menjelaskan.” (an-Nur [24]: 23-25)

Diriwatkan bahwa Rasulullah saw. bersanda,


( Jauhilah tujuh tindakan yang mengahncurkan.”)
Para sahabat bertanya. “Apakah itu wahai Rasulullah?”
Rasulullah menjawab,
“Menyekutukan Allah, melakukan siihir, membunuh jiwa yang diharam-kan kecuali
Allah- kecuali dengan alasan yang dibenarkan-memakan hasil riba, memakan harta anak
yatim, berpaling dari petempuran, serta menuduh perempuan-perempuan beriman yang
menjaga kesucian dirinya dan yang tidak pernah sekalipun terpikir akan perbuatan yang
keji (berzina). 4
Pengharaman yang dibicarakan ayat Al-Qur’an tadi dilatarbelakangi oleh peristiwa al-
ifku yang menimpa Ummul Mu’minin, Sayidah Aisyah r.a. yang pernah berkata, “Ketika
telah turun pembebasanku dari langit (atas tuduhan dan fitnah beberapa orang), Nabi
swas. Berdiri diatas mimbar kemudian membacakan ayat itu. Setalah turun dari mimbar,
beliau menyuruh menjatuhkan hukum dera kepada dua orang laki-laki dan seorang
perempuan. Mereka adalah Hassan, Mitsah, dan Hamnah.

3
Maksud dari perempuan-perempuan yang lengah adalah perempuan-perempuan yang tidak pernah sekalipun
teringat akan perbuatan keji.
4
Diriwayatkan Oleh Bukhari di dalam Shahih Bukhari, Kitab al-Hudud, Bab Ramyi al-Muhsanati, Jilid VII, hlm.
217-218: dan Muslim didalam Shahih Muslim, Kitab al-Iman, Bab Bayani al-Kba’ir Wa Akbariha, Jild I, hlm. 92,
hadits nomor 145.

8
d. Perampokan

Perampok atau yang biasa disebut sebagai penjegal jalan adalah sekelompo orang dengan satu
keyakinan, perangai, dan peraturan, yang memiliki tujuan untuk menciptakan kekacauan,
pertumpahan, darah, perampokan, pelucutan kehormatan, perusakan tanaman, dan pembunuhan
hewan ternak di Negara Islam.

Makna “sekelompok orang” tersebut terlepas apakah mereka muslim atau dzimmi, kafir yang
terikat dalam perjanjian damai, atau kafir harbi (orang kafir secara terang-terangan memusuhi
kaum muslimin) selama hal ini terjadi didalam Negara Islam. Selain itu, juga sekelompok objek
para perampok ini adalah orang yang terjaga darahnya, yaitu orang-orang yang dilarang untuk
dibunuh dan diperangi tanpa sebab.

Selain dengan sekawanan orang, perampok juga dapat dilaksanakan dengan aksi individual,
dengan catatan bahwa orang yang melakukannya memiliki kekuatan dan kemampuan lebih
daripada orang biasa, sehingga mampu untuk mengalahkan banyak orang, mampu untuk
melakukan aksi pembunuhan, serta perampasan harta dan kesucian orang lain. Jika ada orang
yang seperti itu, maka ia adalah perampok.

Dasar hukum :

Perampokan atau pembegalan termasuk salah satu dosa besar. Karena itu, Al-Qur’an menyebut
orang yang terlibat dalam tindakan perampokan dengan lugas dan tegas, serta mengkategorikan
mereka pemberontak yang memerangi Allah. Swt dan Rasul-Nya saw., serta berusaha membuat
onar di muka bumi.

Allah juga menjatuhkan sanksi berat bagi mereka, sanksi yang tidak diberlakukan bagi tindak
kriminal lain. Allah.swt. berfirman:

“Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan
dibumi, hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang5,
atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu kehinaan bagi mereka di sunia, dan
di akhirat mereka mendapat azab yang besar.”(al-Maidah[5]:33)
5
Memoton.g tangan dan kaki kiri. Jika melakukakan kejahatan sekali lagi, maka diptpng tangan kiri dan kaki tangan

9
Rasul saw. juga jelas mengatakan bahwa pelaku kriminal ini tidak mendapat kemuliaan
sebagaimana muslimin lain. Beliau saw. bersabda,

“ Barang siapa yang mengangkat senjata melawan muslimin maka ia tidak termasuk golongan
kami.”6

e. Pembunuhan

Pembunuhan adalah suatu kegiatan yang menghabiskan atau menghilangkan nyawa seseorang
dengan disengaja atau tanpa disengaja yang menimbulkankematian pada salah satu pihak.

Pembunuhan secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu pembunuhan yang
disengaja, pembunuhann semi sengaja, dan pembunuhan yang tidak disengaja

Pembunuhan yang disengaja terjadi apabila seorang mukallaf berniat untuk membunuh orang
lain yang di lindungi hidupnya. Pembunuhan itu dilakukan dengan alat tukar yang kemungkinan
besar dapat membunuh.

Maksud dari pembunuhan semi sengaja yaitu bila seseorang mukalaf (berniat untuk mmebunuh
orang lain yang terpelihara darahnya (tidak boleh dibunuh) dengan menggunakan alat yang tidak
biasa dijadikan sebagai wasilah untuk membunuh. Misalnya dengan tongkat secara perlahan atau
dengan menggunakan batu kecil, meninju dengan tangan, mmecut atau hal lain yang sejenis
dengan itu.

Pembunuhan tidak disengaja bermakna pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang yang
melakukan perbuatan halal, seperti berburu, atau melempar seseuatu yang bertujuan guna
mendapatkan hal tertentu (seperti melempar anak panah) hingga menyebabkan porang lain (yang
terpelihara darahnya).

6
“ Mengankat senjata” meruapakan kisas dari memerangi Allah dan Rasul-Nya; karena mengangkat senjata
dianggap tanda mulai peperangan. “Tidaklah temasuk golongan kami “ bermakna bukan termasuk orang yang
berada dalam jalan lurus seperti jalan kamum muslimin. Diriwayatkan oleh Bukhari didalam shahih Bukhari, kitab
ad-diyyat, Bbab Qaulillahi Ta’ala “Wa man ahyaha…. ,” jilid V, hlm.9; dan Muslim didalam shahih Muslim, Kitab
al-Iman, Bab Qaulin-Nabi “Man hamala ‘alaina as-silah fa-laisa minna”, jilid I, hlm.98. hadits nomor 161

10
Dasar Hukum:

Hak untuk tetap hidup meruapakan hak yang paling diusung tinggi oleh agama. Dengan
kesucian hak ini, maka tidak ada satu orang pun diperbolehkan untuk menguggat kehormatan
orang lain dan melanggar apa yang telah oleh Allah swt. berfirman,

“ Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali
dengan suatu (alasan) yang benar….” (al-Isra[17]:33)

f. Takzirt

Takzir berasal dari kata at-Ta’zir (menurut bahasa) yang bermakna pemuliaan dan pertolongan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah swt.,

“ Agar kamu semua beriman kepada Allah dan rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya…” (al-
Fath[48]:9)

Maksud takzir didalam ayait itu adalah mengangungkan dan menolong agama Allah. Ia juga
dapat bermakna celaan. Misalnya, jika dikatakan ‘Azzara fulanun fulanan, berarti si fulan telah
mecela si fulan sebagai peringatan dan pelajaran atas kesalahan yang dilakukannya. Namun,
definisi takzir menurut syara’ adalah hukuman yang bersifat mendidik atas doa yang tidak
dijelaskan oleh had (sanksi) dan kafaratnya (penebusnya).

Selain itu, dapat juag dikatakan bahwa ia merupakan hukuman yang dijatuhkan oleh
pemerintah (imam)7 atas tindak pidana8 atau dosa yang sanksinya belum ditentukan di dalam
agama, atau telah di tetapkan sanksinya, tapi tidak mencukupi persyaratan pemberlakuan sanksi
tersebut seperti bersetubuh bukan melalui vagina (tapi melalui dubur), kasus pencurian yang
tidak dapat dijatuhkan hukuman potong tangan, pidana yang tidak dapatdijatuhkan sanksi kias,
lesbian, menuduh seseorang selain dala kasus zina.

Landasan persyariatan Takzir

7
Pemerintah (imam) disini adalah pihak yang melaksanakan UU Islam, mendirikan sanksi Islam dan menerapkan
ajaran-ajaran Islam lainnya.
8
Tindak kriminal dalam bahasa perundangan adalah tindak pidana yang beefek sanksi eksekusi, kerja paksa
(pekerjaan yang berat), dan atau penjeblosan ke dalam penjara.

11
Dalil disyariatkannya takzir adalah riwayat Bahz bin Hakim dari kakeknya bahwa Nabi saw.
pernah menahan seseorang yang tertuduh.

Penahanan terhadap seseorang ini merupakan tindakan preventif yang perlu dilakukakn hingga
kebenaran tampak jelas.

Diriwayatkan juga oleh Hani bin Niyar bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda,

“ Janganlah kalian mencambuk seseorang lebih dari sepuluh kali, kecuali dalam perkara yang
berkaitan dengan hak Allah (hudud).”9

Telah diriwatkan bahwa Umar bin Khattab juga menjalankan takzir dan mendidik beberapa
pelaku maksiat ( yang tidak memeliki kafarat dan tidak memeiliki sanksi yang ditentukan oelh
syara’) dengan cukur rambut (tidak beraturan), pengasingan, pukulan, sebagimana ia juga
membakaar took yang menjual khamar (minuman keras), desa yang menjual khamar dan
emmbakar istana Sa’ad bin Abi Waqash di Kuffah karena maksiat-maksiat yang dilakukan
(disana) yang tersembunyi dari khayalak ramai. Umar juga membuat dirrah (alat pukul) bagi
mereka yang berhak dipikul, mendirikan penjara serta memukul perempuan yang senang
meratapi mayat hingga tampak rambutnya.10 Ketiga Imam mazhab mengatakan bahwa hukum
takzir adalah wajib.11 Sementara itu, Imam Syafi’I mengatakan bahwa hukum takzir adalah tidak
wajib.

9
Diriwatkan oleh Bukhari didalam Shahih Bukhari, Kitab ar-Muharibin Min Ahli al- Kufri wa ar-Riddah, Bab Kam at-
Ta’zir wa al-Adab, jilid VIII, hlm. 215; Muslim di dalam Shahih Muslim Kitab al-Hudud, Bab Qadru Aswathi at-Ta’zir,
jilid II, hlm. 1331-1333, hadis nomor 40; Abu Dawud di dalam sunan Abi Dawud Kitab al-Hudud, Bab fi at-Ta’zir, jilid
IV, hlm. 4, hadits nomor 3619; Ibnu Majah di dalam sunan Ibnu Majah, Kitab al-Hudud, Bab at-Tak’jir, jilid II,
hlm.867, nomor Hdits 2601.
10
Lih. Ighatsah al-Kuhfan karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah.
11
Takzir wajib dijatuhkan atas suatu tindakan yang karenanya takzir disyariatkan.

12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Zina adalah suatu kegiatan yang melakukan suatu hubungan suami istri tanpa adanya ikatan
pernikahan yang sah. Pencurian yaitu mengambil suatu harta milik orang lain dengan smbunyi-
sembunyi. Menuduh wanita berzina yaitu dimana seseorang menuduh wanita baik-baik telah
melakukan hubungan zina tanpa bisa mendatangkan bukti bukti yang kuat dan nyata.
Pembunuhan yaitu menghilangkan nyawa seseorang dengan disengaja, semi sengaja maupun
tidak sengaja. Perampokan yaitu penjegal jalan yang dengan satu keyakinan, perangai,
keyakinan, dan peraturan, yang memiliki tujuan untuk menciptakan kekacauan, pertumpahan
darah, perampokan, peluncutan senjata, perusakan tananamn, dan pembunuhan hewan ternak.
Takzir adalah suatu hukuman yang bersifat mendidik atas dosa yang tidak dijelaskan oleh had
(sanksi) dan kafaratnya (penebusnya).

13
DAFTAR PUSTAKA
Sabiq. Sayyid.2013.Fiqih Sunnah 4.Jakarta Timur. Tinta Abadi Gemilang.

14

Anda mungkin juga menyukai