Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan

Invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Kelompok hewan ini memiliki
keanekaragaman jenis yang tinggi dan menyebar luas di berbagai habitat laut tidak terkecuali di zona
intertidal (pasang surut). Dari semua jenis zona intertidal, substrat berbatu yang tersusun dari bahan
yang keras merupakan daerah yang paling padat makroorganismenya. Permukaan batuan yang keras
dapat melindungi organisme seperti Malacostraca dan Echinoidea dari panas dan predator (Nilta,
2017, p.18).
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri, derma artinya kulit. Secara
umum Echinodermata berarti hewan yang berkulit duri. Hewan ini memiliki kemampuan autotomi
serta regenerasi bagian tubuh yang hilang, putus atau rusak. Semua hewan yang termasuk dalam kelas
ini bentuk tubuhnya radial simetris dan kebanyakan mempunyai endoskeleton dari zat kapur dengan
memiliki tonjolan berupa duri. Kelompok utama Echinodermata terdiri dari lima kelas, yaitu kelas
Asteroidea (bintang laut) contoh: Archaster typicus, kelas Ophiuroidea (Bintang Ular) contoh:
Amphiodiaurtica, kelas Echinoidea (Landak Laut) contoh: Diademasetosium, kelas Crinoidea (lilia
laut) contoh: Antedon-rosacea, dan kelas Holothuroidea (Tripang Laut) contoh: Holothuriascabra
(Abubakar, 2011, p.52).
Echinodermata adalah hewan invertebrata yang biasanya hidup dari pantai hingga kedalaman
sekitar 366 m. Hewan ini memiliki ciri yaitu hidup bebas, soliter, gerakan lamban dan tidak ada yang
bersifat parasit. Predator hanya sedikit di antaranya yaitu ikan dan manusia. Secara umum,
Echinodermata mencapai diversitas tertinggi di terumbu karang dan pantai dangkal. Larva dari
Echinodermata, terutama bintang laut dan bulu babi, bersifat pelagis, dan bisa berenang sampai jarak
yang jauh untuk memperluas distribusi (Rompis, 2013, p.27).
Ciri-ciri Echinodermata yaitu Simetri radial pada hewan yang telah dewasa memiliki 5 bagian,
sedangkan larvanya simetri bilateral, memiliki 3 jaringan dasar, sebagian besar alatnya bersilia, tidak
memiliki kepala, otak, dan tidak bersegmen. Permukaan tubuh yang umumnya simetri radial,
memiliki kaki buluh atau kaki ambulakral. Tubuh terbungkus oleh epidermis yang halus dengan
disokong oleh penguat berupa kepingan kapur yang disebut laminae atau ossicula yang mudah
digerakkan atau tidak mudah digerakkan, dengan pola yang tetap, sering memiliki duri-duri kapur
yang halus. Saluran pencernaan sederhana, biasanya lengkap (beberapa jenis tidak memiliki anus).
Memiliki sistem sirkulasi radial yang mengalami reduksi, coelom dilapisi oleh peritoneum bersilia,
rongga coelom biasanya luas dan berisi amoebocyt-amoebocyt bebas (Tiara, 2016, p.29)
Secara alamiah, beberapa jenis timun laut memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri
melalui reproduksi seksual maupun aseksual dengan cara membelah diri (fission). mendefinisikan
fission pada reproduksi aseksual timun laut sebagai pembelahan tubuhmenjadi bagian anterior (A)
yang membawa kompleks mulut dan posterior (P) yang membawa kompleks anus. Sampai dengan
saat ini baru 10 jenis timun laut yang diketahui memiliki kemampuan membelah diri yaitu Actinopyga
difficilis, Cucumaria lactea, Holothuria atra, Holothuria edulis, Holothuria leucospilota, Holothuria
parvula, Holothuria surinamensis, Stichopus chloronatus dan S. Horrens (Sigit, 2017, p.415).

Metode/Cara kerja
Waktu dan tempat
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 18 November 2019 pukul 08.00-09.50 WIB di
Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala.

Target/Subjek
Praktikum ini dilakukan untuk mengklasifikasikan spesies yang termasuk dalam filum
Echinodermata berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri yang dimilikinya. Subjek pelaksana ini
adalah mahasiswa/i pendidikan biologi angkatan 2018.

Prosedur
Prosedur yang dilakukan yaitu dikumpulkan preparat seperti bintang laut (Culcita sp), Tripang
(Holothuria edulis), Bintang laut ular (Ophiotrix sp), Bulu babi (Diadema setosum) dan Lili laut
(Metacrinus rotundus). Kemudian klasifikasikan berdasarkan ciri yang dimiliki hewan tersebut.

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan praktikum langsung dan teknik deskriptif
serta dengan memahami dasar teori tentang filum Echinodermata. Kemudian dari hasil pengamatan
diperoleh data tentang pada filum Echinodermata spesies bintang laut (Culcita sp) termasuk kedalam
kelas Asteroidea, spesies Tripang (Holothuria edulis) termasuk kedalam kelas Holothuroidea, Bintang
laut ular (Ophiotrix sp) termasuk kedalam kelas Ophiuroidea, spesies Bulu babi (Diadema setosum),
termasuk kedalam kelas Echinoidea dan spesies Lili laut (Metacrinus rotundus) termasuk dalam kelas
Crinoidea.

Hasil dan Pengamatan


Bintang laut dan sebagian besar Echinodermata (echinoderm, dari kata yunani echin, berduri,
dan derma, kulit) yang lain merupakan hewan laut yang bergerak lamban atau sesil. Epidermis yang
tipis melapisi endoskeleton lempengan kapur yang keras. Sebagian besar echinodermata berkulit
tajam karena tonjolan rangka dan duri. Salah satu ciri yang unik dari Echinodermata adalah sistem
pembuluh air, jajaring kanal hidrolik yang bercabang-cabang menuju penjuluran yang disebut kaki
tabung. Berfungsi dalam lokomosi, mencari makan dan pertukaran gas (Campbell, 2010, p.266).
Yang pertama diamati yaitu Asteroidea sering disebut sebagai bintang laut, hewan ini memiliki
bentuk seperti bintang dengan lima lengan pada tubuhnya. Pada permukaan tubuhnya dilengkapi
dengan duri. Organ tubuh yang dimiliki bercabang kelima buah lengannya. Pada permukaan bawah
tubuhnya (permukaan oral) terdapat mulut dan kaki tabung yang digunakan untuk bergerak. Pada
bagian atas atau aboral terdapat anus dan madreporit yang merupakan saluran penghubung air laut
dengan sistem pembuluh air yang ada dalam tubuh. Seperti gambar berikut

Gambar 1 Bintang Laut (Culcita sp). Sumber google

Bintang laut merupakan hewan invertebrata yang termasuk dalam filum Echinodermata, dan
kelas Asteroidea. Kelas asteroidea mempunyai spesies yang paling tinggi pada filum echinodermata,
yaitu hampir 1900 species yang masuk dalam 36 famili dan 370 negara di dunia. Bintang laut dapat
hidup pada semua kedalaman dari intertidal sampai abisal dan bisa ditemukan diseluruh perairan
dunia. Selain itu bintang laut dapat hidup melekat kebeberapa objek yang bersih dan padat (Venny,
2018, p.156).
Selanjutnya yang kami amati yaitu Tripang (Holothuria edulis). Hewan ini termasuk kedalam
kelas Holothuroidea dan memiliki duri yang halus sehingga berbeda dengan Echinodermata yang lain.
Bentuk tubuhnya menyerupai mentimun sehingga disebut juga sebagai mentimunlaut atau teripang.
Mulut terletak pada bagian anterior dan anus terletak pada bagian posterior. Tiga baris kaki di daerah
ventral untuk bergerak dan dua baris di bagian dorsal digunakan untuk bernapas. Warna tubuhnya
kehitaman, kecokelatan, dan agak putih. Susunan tubuhnya limalipat, tubuhnya lunak, dan tidak
berlengan. Di sekitar mulutnya terdapat tentakel bercabang yang dihubungkan dengan sistem
pembuluh air. Di daerah anusterdapat kaki amburakal untuk bergerak atau pengerutan otot tubuh.
Respirasidengan dua baris kaki pembuluh dorsal dan alat napas yang disebut paru-paru air. Hewan ini
hidup di dalam pasir atau kapur, makanannya berupa zat organik yangada dalam lumpur. Seperti
gambar berikut

Gambar 2 Tripang (Holothuria edulis). Sumber google

Selanjutnya yang diamati yaitu Bintang laut ular (Ophiotrix sp). Hewan ini tidak memiliki anus
sehingga sisa pencernaannya dikeluarkan lewat mulutnya. Hewan ini biasa hidup di laut yang dalam
ataupun laut dangkal. Banyak dijumpai di balik batu karang ataupun mengubur dirinya dalam pasir.
Makanannya seperti udang, kerang, ataupun sampah dari organisme lain. Seperti gambar berikut

Gambar 3 Bintang Laut Ular (Ophiotrix sp). Sumber google

Ophiomastix annulosa merupakan salah satu jenis bintang ular dengan lengan panjang dan
ramping. Bintang ular umumnya mengandung senyawa golongan steroid, senyawa sitotoksik yang
diisolasi dari sponge dan alga mampu menghambat pertumbuhan sel leukemia. Dua jenis sponge
genus Stylotella agminata dan S. aurantium berpotensi sitotoksik terhadap beberapa sel kanker
dengan IC50 0,1-10ug/mL (Remi, 2013, p.19).
Selanjutnya adalah Lili laut (Metacrinus rotundus) yang termasuk kedalam kelas crinoidea.
Secara sepintas hewan ini sangat mirip dengan tumbuhan yang hidup di laut. Hidupnya menempel
pada substrat yang ada di laut. Memiliki lima buah lengandan sering disebut sebagai lili laut. Paling
primitif dibandingkan yang lain danmemiliki bentuk tubuh seperti piala. Pada daerah oral terdapat
mulut dan anus, tetapi tidak memiliki madreporit. Pada dasar tubuh permukaan adoral terdapat kaliks,
yaitu lempeng kapur berbentuk cangkir. Apabila kondisi tidak memungkinkan, maka Crinoidea akan
melepaskan diri dari dasar tempat melekatnya, kemudian pindah pada tempat yang sesuai. Seperti
gambar berikut
Gambar 4 Lili Laut (Metacrinus rotundus). Sumber google

Pada kelas crinoidea bagian mulut berbeda dengan spesies lain dari kelas echinodermata
lainnya, yaitu menghadap ke atas. Anus terletak di daerah tonjolan dekat mulut. Tubuh atau kelopak
ditutupi oleh kulit (tegmen) yang mengandung lempengan zat kapur (Rusyana, 2008, p.131).
Selanjutnya adalah Bulu babi (Diadema setosum) yang termasuk kedalam kelas echinoidea.
Bentuk tubuh bulat dan diliputi duri yang banyak bentuknya oval/setengah bola. Echinoidea ini hidup
di pasir, batu-batuan. Mulut terletak di bagian oral dan dilengkapi dengan 5 buahgigi, sedangkan
madreporit, anus, dan lubang kelamin terletak di bagian aboral. Hewan ini tidak mempunyai lengan
seperti Asteroidea. Tubuhnya tertutup cangkok tipis saling berhubungan, dan muncul duri-duri
panjang yang dapat digerak-gerakkan. Mulutnya terletak pada permukaan oral dilengkapi dengan alat
untuk mengambil makanan yang dinamakan Lantera aristoteles. Adapun anus,madreporit, dan lubang
kelamin terdapat pada permukaan adoral. Seperti gambar berikut

Gambar 5 Bulu Babi (Diadema setosum). Sumber google

Bulu babi yang tergolong fauna invertebrata dapat ditemukan hampir diseluruh perairan pantai,
mulai dari daerah pasang surut sampai pada perairan dalam. Bulu babi lebih menyukai perairan yang
jernih dan airnya relatif tenang. Pada umumnya masing-masing jenis memiliki habitat yang spesifik,
seperti zona rataan terumbu karang, daerah pertumbuhan alga, padang lamun, koloni karang hidup
dan karang mati (Gede, 2013, p.213).

Ariyanto, T. P. 2016. Keanekaragaman dan Kelimpahan Echinodermata Di Pulau Barrang Lompo


Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar. Biosaints. 4:1, 12-30.
Campbell dan Reece. 2010. Biologi. (Terjemahan Damaring Tyas Wulandari). Jakarta: Erlangga.
Dwiono, S. A. P., Purwati, P., dkk. 2017. Reproduksi Aseksual Pada Holothuria Atra
(Echinodermata) Di Teluk Medana, Lombok Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia,
14:4, 415-521.
Katili, A. S. 2011. Struktur Komunitas Echinodermata Pada Zona Intertidal Di Gorontalo. Jurnal
Penelitian dan Pendidikan, 8:1, 51-61.
Mangindaan, R. E., & Lesnussa, M. S. 2013. Aktivitas Sitotoksik Dari Ekstrak

Bintang Ular (Ophiomastix annulosa) Terhadap Perkembangan Awal Embrio Bulu Babi
(Tripneustes gratilla). Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 1:3, 18-23.
Nikmatul, N. 2017. Potensi Malacostraca Dan Echinoidea Di Zona Intertidal Pantai Gatra Kabupaten
Malang. JDP: Jurnal Dharma Pendidikan, 12:2, 19-26.
Rompis, B. R., Langoy, M. L., dkk. 2013. Diversitas Echinodermata di Pantai Meras Kecamatan
Bunaken Sulawesi Utara. BIOSLOGOS, 3:1, 26-30.
Rosnawati, V., Adnan, A., dkk. 2018. Jenis-Jenis Asteroidea Yang Terdapat Di Pulau Hoga Kaledupa,
Wakatobi Sulawesi Tenggara. jurnal nasional Biologi, 3:4, 156-160.
Rusyana, Adun. 2008. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung: Penerbit Alfabet.
Yudasmara, G. A. 2013. Keanekaragaman Dan Dominansi Komunitas Bulu Babi (Echinoidea) Di
Perairan Pulau Menjangan Kawasan Taman Nasional Bali Barat. JST (Jurnal Sains dan
Teknologi), 2:2, 213-220.

Anda mungkin juga menyukai