Anda di halaman 1dari 4

Platyhelminthes

Platyhelminthes
Musdalifa
musdalifa.bio18@fkip.unsyiah.ac.id
Abstrak
Praktikum ini berjudul “Platyhelminthes dan Aschelminthes” telah dilaksanakan pada tanggal
21 Oktober 2019. Praktikum ini dilakukan di Laboratorium FKIP Biologi Universitas Syiah Kuala.
Praktikum. Platyhelminthes adalah cacing tak bersegmen, bentuk tubuhnya pipih dengan arah tubuh
yang telah jelas yaitu anterior-posterior dan dorsal-ventral. Dan Aschelminthes merupakan cacing
yang tidak memiliki selom yang sebenarnya, tetapi masih berupa pseudoselom. Praktikum ini
bertujuan untuk mengamati berbagia ciri morfologi dan struktur dari anggota filum Platyhelmithes,
untuk mengetahui berbagai spesies yang termasuk dalam filum platyhelminthes. Praktikum ini
dilakukan dengan metode pengamata langsung. Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan alat mikroskop streo, pipet tetes, gelas ukur dan kaca objek. Adapun objek yang diamati yaitu
filum Platyhelminthes dari kelas cestoda yaitu dari feses sapi dan kelas trematoda dari hati ayam.
Adapun hasil dari pengamatan ini yaitu tidak ditemukan spesies cacing dari filum platyhelminthes
karena preparatnya masih kurang busuk. Dan pada fases sapi juga tidak ditemukan cacing, ini
menunjukkan bahwa sapi tersebut sehat.
Kata kunci: platyhelminthes, cestoda, turbellaria,trematoda.
Abstract
This practicum entitled "Platyhelminthes and Aschelminthes" was held on October 21, 2019.
The practicum was conducted at the Laboratory of Biology FKIP at Syiah Kuala University. Practice.
Platyhelminthes is a non-segmented worm, flat body shape with a clear body direction that is
anterior-posterior and dorsal-ventral. And Aschelminthes is a worm that does not have an actual
selom, but is still a pseudoselom. This practicum aims to observe the morphological and structural
characteristics of the members of the Platyhelmithes phylum, to determine the various species
included in the phylum platyhelminthes. This practicum is done by direct observation method. This
practicum is carried out using the aid of a microscope, dripping pipette, measuring cup and slide
glass. The object observed was the Platyhelminthes phylum from the cestoda class that is from cow
feces and the trematode class from chicken liver. The results of this observation are that no worm
species from the phyla platyhelminthes was found because the preparations were still not rotten. And
the cow's phases are also not found worms, this shows that the cow is healthy.
Keywords: platyhelminthes, cestoda, turbellaria, trematodes.

1
Musdalifa: Platyhelminthes

Pendahuluan berhubungan dengan saluran pencernaaan


Platyhelminthes dalam bahasa yunani, (Paramitha, 2017,pp. 25).
platy (pipih), helminthes (cacing atau cacing Metode/Cara Kerja
pipih) adalah kelompok hewan yang struktur Waktu dan Tempat
tubuhnya lebih kompleks dibanding porifera. Praktikum dilakukan pada tanggal 14
Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel Oktober 2019 di Laboratorium Prodi
(tripoblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm dan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan
endoderm. Penyebab penyakit cacing Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala.
(fascioliasis) adalah cacing hati, yaitu
Fasciola gigantica dan Fasciola hepatica. Target/Subjek/Populasi/Sampel
Bagian punggung dan bawah tubuh cacing hati Target dari praktikum ini adalah untuk
atau cacing daun ini berbentuk pipih, tidak mengetahui berbagai ciri morfologi dan
beruas, berwarna kelabu dan berbentuk seperti struktur dari anggota filum Platyhelmithes,
daun yang membulat di bagian depan dan ekor untuk mengetahui berbagai spesies yang
(Rozi, 2015,pp. 9). termasuk dalam filum platyhelminthes.
Aselomata, yakni hewan yang tidak Adapun subjek yang diamati yaitu filum
terdapat rongga dalam tubuhnya diantara Platyhelminthes dari kelas turbellaria dan
saluran pencernaan (usus) dan tubuh terluar, filum Aschelminthes dari kelas nematoda.
contohnya cacing pipih (platyhelminthes).
Pseudoselomata, yakni hewan yang Prosedur
mempunyai rongga dalam tubuhnya namun Berdasarkan pengamatan ini yang
rongga tidak seluruhnya dibatasi oleh sediakan Fasiola hepatica yang hidup di hati
mesoderm, tetapi oleh mesoderm dan atau empedu kerbau atau biri-biri dan kadang-
endoderm, contohnya adalah cacing gilik kadang pada manusia. Hewan ini diperoleh
(Nematoda) (Yanuhar, 2018,p. 23). dari rumah potong kerbau. Mulut terletak di
Terdapat dua mekanisme yang anterior dan di sekitar mulut terdapat succer.
mempengaruhi kekebalan hewan yang Succer ini juga dijumpai di ventral, berfungsi
diinfeksi oleh cacing fasciola yaitu humoral organ untuk menepel pada hospes.
dan cell mediated. Pendapat ini berdasarkan Lalu perhatikan hewan ini dengan
beberapa hasil penelitian yang membuktikan mikroskop stereo sebagai berikut; intestinum,
bahwa antibodi tidak cukup menimbulkan bercabang memenuhi seluruh tubuh. Testis,
respons kebal pada hewan yang diinfeksi bercabang-cabang membentuk seperti saluran
Fasciola sp (Hambal, 2013,pp. 51). membulat di ujung. Ovarium bercabang-
Cacing (Helminths) berasal dari kata cabang tetapi percabangannya tidak sebanyak
“Helmins atau Helminthos” (Greek) yang testis. Kelenjar vitelin, bentuk coklat dan
secara umum berarti organisme yang tubuhnya sangat banyak. Kemudian gambar dan
memanjang dan lunak. Cacing yang perlu beriketrangan.
dipelajari untuk kedokteran hewan ada dua
kelompok yaitu Plathyhelminthes dan Data Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
Nemahelminthes (Tamba, 2012,pp. 557-558). Data
Jenis endoparasit yang menyerang sapi Instrumen yang digunakan pada
diantaranya cacing kelas Trematoda, Cestoda praktikum ini adalah buku penuntun Zoologi
dan Nematoda. Parasit cacing dapat ditemukan Invertebrata. Data diperoleh melalui metode
pada hampir semua bagian dari tubuh induk pengamatan atau observasi langsung. Data
semangnya, akan tetapi sebagian besar dari pada praktikum ini berupa data dalam bentuk
jenis parasit cacing tinggal di saluran atau morfologi serta ciri-ciri yang dimilikinya.
pencernaan atau dalam tubuh yang
Teknik Analisis Data

2
Musdalifa: Platyhelminthes dan Aschelminthes

Data yang diperoleh dianalisis secara memerlukan media air dalam siklus hidupnya.
deskriptif yaitu berupa bentuk tubuh, ciri Telur cacing akan menetas di dalam air dan
umum serta tabel berdasarkan filum yang berkembang menjadi mirasidium, kemudian
dilengkapi dengan kelas, famili, genus dan menginfeksi hospes perantara pertama, lalu
spesies dan keterangan yang berhubungan berkembang menjadi serkaria (Hairani, 2017).
dengan preparat tersebut.

Hasil dan Pembahasan


Platyhelminthes memiliki tubuh pipih
dengan arah tubuh yang telah jelas yaitu
anterior-posterior dan dorsal-ventral.
Aschelminthes merupakan cacing yang tidak
memiliki coelom (selom) yang sebenarnya,
tetapi tubuhnya tidak bersegmen dengan
kelamin terpisah. Cestoda merupakan cacing
pipih yang menyerupai pita, berwarna putih
atau kekuning-kuningan dan bersegmen.
Spesies cacing pita yang berbeda dapat
menimbulkan perubahan patologik yang
bervariasi sehingga dibutuhkan identifikasi
spesies cacing pada suatu kasus tertentu Gambar 2. Taenia solium
(Pranoto, 2019). (Sumber: Internet)
Berdasarkan hasil pengamatan pada
feses sapi tidak ditemukan spesies cacing pita,
ini menunjukkan bahwa sapi tersebut
memakan rerumpatan yang bersih, dan
mungkin juga peternak sapi tersebut
memberikan makanan yang dari rumput yang
bersih. Feses merupakan sisa-sisa hasil
pencernaan yang tidak dapat lagi diserap oleh
usus halus sehingga dikeluarkan oleh tubuh
melalui anus. Apabilla manusia terinfeksi
cacing pita (Taenia solium) maka akan
ditemukan telur dan bagian proglotid dari
Gambar 2. Fasiola hepatica cacing pita (Taenia solium) di dalam feses
(sumber: internet) (Suriawanto, 2014).
Pada pengamatan ini tidak ditemukan Infeksi cacing yang terjadi juga
spesies Fasiola hepatica karena hati ayam disebabkan oleh Cestoda selain Nematoda dan
yang diamati tersebut hanya busuk, harusnya Trematoda. Infeksi oleh Cestoda bersifat
hati ayam yang tidak bagus, dan lebih baiknya zoonosis (dapat menyerang manusia). Cestoda
yang berlubang-lubang.Platyhelminthes adalah memerlukan dua inang perantara. Cacing
sekelompok orgnisme yang tubuhnya pipih, Cestoda akan berkembang biak sebelum
bersifat tripoblastik, tidak berselom. Pada menginfeksi di usus hewan karnivora,
umumnya spesies dari platyhelminthes adalah kemudian membentuk larva Metacestoda
parasit pada hewan. Ektoderm adalah tipis dalam organ internal sapi dan masuk ke tubuh
yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi manusia (memakan daging sapi) (Tantri, N.
melindungi jaringan di bawahnya dari cairan 2013).
hospes. Cacing trematoda pada umumnya Kesimpulan dan Saran
Musdalifa: Platyhelminthes

Kesimpulan Banyumas. Journal Of Livestock And


Berdasarkan pengamatan ini dapat Animal Production, 2(1), 29-37.
disimpulkan Platyhelminthes dibedakan Rozi, F., Handoko, J., & Febriyanti, R. 2015.
menjadi tiga kelas, yaitu Turbellaria (cacing Infestation of Luke Worm (Fasciola
berambut getar), Trematoda (cacing isap), dan sp) and Stomach Worm
Cestoda (cacing pita). Kebanyakan dari cacing (Paramphistomum sp) on Adult Bali
pipih adalah hemaprodit, dengan terdapatnya Cattle in Tenayan Raya Pekanbaru
dua alat perkembangbiakan dalam satu tubuh. Municipality. Jurnal Sain
Cestoda memerlukan dua inang perantara. Veteriner, 33:1, 8-15.
Suriawanto, N., Guli, M. M., & Miswan, M.
saran 2014. Deteksi Cacing Pita (Taenia
Adapun saran yang dapat saya berikan Solium L.) Melalui Uji Feses Pada
setelah melakukan praktikum ini adalah agar Masyarakat Desa Purwosari
praktikan lebih memperhatikan kondisi bahan. Kecamatan Torue Kabupaten Parigi
Agar organisme yang diamati lebih banyak. Moutong Sulawesi
Tengah. Biocelebes, 8(1).
Daftar pustaka Tamba, M. F., Damriyasa, I. M., Suratma, N.
Hairani, B., & Fakhrizal, D. 2017. Identifikasi A., & Theisen, S. T. E. F. A. N. 2012.
serkaria trematoda dan keong hospes Prevalensi dan Distribusi Cacing Pada
perantara pada ekosistem perairan Berbagai Organ Ikan Selar
rawa tiga kabupaten di Kalimantan Bentong. Indonesia Medicus
Selatan. Jurnal Vektor Penyakit, 11:1, Veterinus, 1(4), 555-566.
1-8. Tantri, N., Setyawati, T. R., & Khotimah,
Hambal, M., Sayuti, A., & Dermawan, A. S. 2013. Prevalensi dan intensitas
2013. Tingkat kerentanan Fasciola telur cacing parasit pada feses sapi
gigantica pada sapi dan kerbau di
(Bos sp.) Rumah potong hewan
Kecamatan Lhoong Kabupaten Aceh
(rph) kota pontianak kalimantan
Besar. Jurnal Medika Veterinaria, 7:1,
49-53. barat. Jurnal Protobiont, 2:2, 102-
Paramitha, R. P., Ernawati, R., & 106.
Koesdarto, S. 2017. Prevalensi Tiwow, D., Bodhi, W., & Kojong, N.
Helminthiasis Saluran Pencernaan 2013. Uji efek antelmintik ekstrak
melalui Pemeriksaan Feses pada etanol biji pinang (Areca catechu)
Sapi di Lokasi Pembuangan Akhir terhadap cacing Ascaris
(LPA) Kecamatan Benowo lumbricoides dan Ascaridia galli
Surabaya. Journal of Parasite secara in vitro. Jurnal
Science.(J. Parasite Sci),1:1, 23- Pharmacon, 2:2, 76-80.
Yanuhar, U. 2018. Avertebrata. Universitas
32.
Brawijaya Press.
Pranoto, D., Yuwono, E., & Indradji, M. 2019.
Studi Kasus Tingkat Infeksi
Cestodiasis Pada Ayam Kampung

Pada Periode Umur Yang Berbeda Di


Kecamatan Baturaden Kabupaten

Anda mungkin juga menyukai