Anda di halaman 1dari 11

ZINA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pidana Islam


Kelas A
Dosen Pengampu : Mufti Khakim, S.H., M.H.

Disusun Oleh :

Muhammad Rizky Saputra (1700024050)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Zina”.

Dalam menyelesaikan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena
itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan kami semata-mata.
Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.

Kami menyadari pengetahuan dan pengalaman yang ada masih sangat terbatas. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar
makalah ini lebih baik dan bermanfaaat.

Serta akhir kata kami ucapkan semoga Tuhan YME selalu membalas budi baik anda
semua dan terima kasih.

Yogyakarta, November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………........................…………………….............. i

KATA PENGANTAR …………………………………………………….............. ii

DAFTAR ISI………………………...……….……………………………............. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………...................... 1


1.2 Masalah Penulisan............................................................................. ...... 2
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………….................. ..... 2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Zina........................................................................................ .... 3

2.2 Dalil Tentang Zina............................................................................... .... 4

2.3 Hukuman Zina.................................................................................... ... 4

2.4 Pembuktian Tindak Pidana Zina............................................................. ... 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………............. 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam menetapkan bentuk-bentuk hukuman untuk suatu tindak kejahatan atau
jinayah beradasarkan apa yang ditetapkan sendiri oleh Allah dalam wahyu-Nya dan
penjelasan yang diberikan Nabi dalam haditsnya. Allah mengetahui dan Maha adil. Oleh
karena itu, apapun bentuk sanksi hukuman yang ditetapkan Allah atas suatu kejahatan
berdasarkan keadilan illahi yang bersifat universal. Adalah kewajiban umat Islam untuk
memahami, mematuhi dan menjalankannya.

Pada pembahasan kali ini, penulis hanya membahas mengenai hal Tindak Pidana
Zina serta konsekuensi hukum terhadap zina tersebut. Sebagaimana yang kita ketahui,
bahwa zina digolongkan pada jinayah hudud. Yang dimaksud dengan hudud adalah
kejahatan/jinayah yang sanksi hukumannya ditetapkan sendiri secara pasti oleh Allah
dan/atau Nabi. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah pencurian, perampokan,
perzinaan, tuduhan zina tanpa bukti, minum-minuman keras, makar/pemberontakan dan
murtad.

Islam begitu serius dalam menghadapi persoalan zina tersebut dan menepatkannya
sebagai masalah sosial yang kejahatannya merusak tatanan sosial . pelakunya dinyatakan
melakukan kejahatan terhadap umum atau public dan oleh karena itu, dituntut oleh
penuntut umum yang mewakili masyarakat. Allah membuat aturan terhadap hambanya
tentu dengan kemaslahatan yang cukup besar, apabila dikaitkan dengan bahaya zina
terhadap pelakunya, maka sangat banyak akibat negative yang ditimbulkan oleh zina,
namun tidak ada satupun dampak positifnya. Beberapa penyakit yang ditimbulkan akibat
perbuatan zina, yaitu: AIDS, syphilis (raja singa), penyakit saluran alat vital (penyakit
kelamin), dan chancroid/koci lembik.

Jika dilihat dari hukum nasional, maka tindak pidana zina terdapat dalam pasal-
pasal yang telah dirangkum dalam sebuah Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Namun, pada BAB XIV KUHP tindak pidana zina digolongkan kepada Tindak
Pidana Kesusilaan, yang pada dasarnya dirumuskan sebagai tindak pidana yang
berhubungan dengan perilaku seksual.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas maka kami menarik beberapa rumusan masalah.
1) Apa yang dimaksud dengan zina?
2) Dalil tentang zina?
3) Bagaimana hukuman zina?
4) Pembuktian zina?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tindak pidana zina.
2) Untuk mengetahui dalil zina.
3) Untuk mengetahui hukuman/sanksi yang dikenakan terhadap tindak pidana zina.
4) Untuk mengetahui cara pembuktinan terhadap tindak pidana zina.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Zina

Kata zina berasal dari bahasa arab, yaitu zanaa-yazni-zinaa-aan yang berarti
atal mar-ata min ghairi ‘aqdin syar’iiyin aw milkin, artinya menyetubuhi wanita
tanpa diketahui akad nikah menurut syara’ atau disebabkan wanitanya budak belian.
Para ulama dalam memberikan definisi zina ini berbeda redaksinya, namun dalam
subtansinya hampirsama.

1) Menurut Malikiyah sebagaimana dikutib oleh Abdul Audah, memberikan definisi


zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh mukalaf terhadap farji manusia
(wanita) yang bukan miliknya secara disepakati dengan kesengajaan.
2) Menurut pendapat Syafi’iyah zina adalah memasukkan zakar ke dalam farji yang
diharamkan karena zatnya tanpa ada syubhat dan menurut tabiatnya menimbulkan
syahwat.

Menurut Hanafiyah zina adalah nama bagi persetubuhan yang haram dalam qubul
(kemaluan) seorang perempuan yang masih hidup dalam keadaan ikhtiar (tanpa paksaan)
di dalam negeri yang adil yang dilakukan oleh orang-orang kepadanya berlaku hukum
Islam, dan wanita tersebut bukan miliknya dan tidak ada syubhat dalam miliknya.

Definisi zina yang dikemukakan oleh para mazhab tersebut secara esensi tidak ada
perbedaan yang signifikan, karena pada dasarnya perbuatan zina ada dua unsur yang
harus terpenuhi yaitu:
1) Adanya persetubuhan antara dua orang yang berlainan jenis.
2) Adapun laki-laki atau perempuan tersebut tidak dalam ikatan yang sah.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa zina itu merupakan perbuatan
yang sangat terlarang dan merupakan dosa yang amat besar, selain itu perbuatan itu juga
akan memberikan peluang bagi berbagai perbuatan yang memalukan lainnya yang akan
menghancurkan landasan keluarga yang sangat mendasar, yang akan mengakibatkan
terjadinya banyak perselisihan dan pembunuhan, serta menyebarkan berbagai macam
penyakit baik jasmani maupun rohani.

3
2.2 Dalil Tentang Zina
Dari Al-Qur’an
1. Surat Yusuf ayat 24
“ Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud ( melakukan perbuatan itu ) dengan
Yusuf, dan yusuf pun bermaksud (melakukan pula ) dengan wanita itu andai kata dia
tidak melihat tanda ( dari ) Tuhannya. Demikanlah, agar kami memalingkan
daripadanya kemungkaran dan Kekejian.”
2. Surat An Nur ayat 2 :
“ Perempuan yang berzina dan laki – laki yang berzina, maka deralah tiap – tiap
seorang dari keduanya seratus kali dera dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk ( menjalankan ) agama Allah.” Selain itu pula, Allah SWT
mengajarkan agar menjaga “kemaluan “. Kemaluan dalam dan arti luas, termasuk
dalam arti “kemaluan” adalah organ sex
3. Surat Al Ma’aarif ayat 29
“ Dan orang – orang yang memelihara kemaluannya.” (criteria orang – orang yang
dianjurkan oleh Allah SWT). Demikan halnya atas larangan Al Qur’an mengenai
homoseksualitas
4. Surat A’raf ayat 81
“Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka )
, bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kamu yang melampaui batas.”
5. Surat An Naml ayat 58
“ Dan kami turunkan atas mereka ( hujan batu), maka amat beratkah hujan yang
ditimpakan atas orang – orang yang diberi peringatan itu.” Jelaslah secara yuridis
bahwa pandangan Islam, terang – terangan mengutuk perbuatan zinah, berhubungan
sex diluar perkawinan dan homo seksual.

2.3 Hukuman Zina

Hukuman/sanksi bagi pelaku zina dapat diuraikan sebagai berikut:


1. Sanksi hukum bagi wanita dan/atau laki-laki yang berstatus pemudi dan/atau pemuda
adalah hukuman cambuk 100 kali. Sebagaimana yang termaktub dalam surah An-Nur
ayat- 2.
Artinya: “Pezina perempuan dan pezina laki-laki deralah masing-masingnya 100 kali
dan janganlah kamu ambil kasihan dalam menegakkan agama Allah jika kamu
beriman kepada Allah dan hari akhir; dan hendaklah pelaksanaan hukumannya
dipersaksiskan segolongan dari orang-orang beriman”.

4
2. Dalam pelaksanaa cambuk tidak ada belas kasihan kepada pelaku zina serta
eksekusinya disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.

3. Pelaksanaan hukuman cambuk bagi pezina pada poin 1 di atas, tidak boleh ada belas
kasihan kepada keduanya yang mencegah kamu untuk menjalankan hukum Allah jika
kamu beriman kepada Allah dan hari akhir.

4. Sanksi hukum bagi wanita dan/atau laki-laki yang berstatus janda dan/atau duda
adalah hukuman rajam (ditanam sampai leher kemudian dilempari batu sampai
meninggal). Dalam pelaksanaan hukuman rajam tidak ada belaskasihan kepada pelaku
zina serta eksekusinya disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.

Berdasarkan sanksi hukum di atas dapat disimpukan bahwa syari’at Islam tidak
membedakan setiap orang, apakah ia seorang raja atau putra raja dan/atau hamba sahaya,
kaya atau miskin, hitam atau putih. Oleh karena itu, apabila seseorang telah terbukti
melakukan perbuatan zina, maka akan dijatuhkan hukuman/sanksi seperti yang telah
dijabarkan diatas.

2.4 Pembuktian Tindak Pidana Zina

Ancaman hukuman/sanksi terhadap perbuatan zina baru dapat dilakukan apabila


memang perzinaan tersebut telah terjadi dengan adanya bukti-bukti yang meyakinkan
dan diyakini pula bahwa dalam hubungan kelamin tidak terdapat unsru-unsur kesamaran
yang disebut dengan syubhat. Maksudnya adalah, ketika hubungan kelamin terjadi secara
tidak sengaja, seperti perkosaan. Dalam hal ini terdapat unsure paksaan dalam terjadinya
hubungan kemalin tersebut, sehingga perbuatan ini tidak disebut dengan perzinaan.

Adapun pembuktian telah terjadinya perbuatan zina itu berlaku dengan cara-cara
sebagai berikut:

1) Kesasksian empat orang saksi laki-laki muslim yang adil dan dapat dipercaya,
keempatnya secara meyakinkan melihat langsung hubungan kelamin itu secara
bersamaan. Bila tidak terpenuhi criteria tersebut maka tidak sah kesaksian tersebut.
Hal ini termaktub dalam firman Allah surah An-Nur ayat 4:
Artinya: ”Orang-orang yang menuduh perempuan baik-baik (melakukan perbuatan
zina) dan tidak dapat mendatangkan empat orang saksi deralah mereka 80 kali”.

Ketentuan hukum ini disyari’atkan Allah dengan tujuan untuk membersihkan


masyarakat dari kerusakan dan kekacauan, campur baurnya nasab, dekadensi moral,

5
serta menjaga umat dari unsure-unsur yang membawa kepada hidup serba boleh dan
kerusakan yang menyebabkan hilangnya keturunan dan lenyapnya harta benda dan
kehormatan.

2) Pengakuan yang dilakukan oleh pasangan yang melakuan perzinaan, secara jelas dan
bersungguh-sungguh dari orang-orang yang pengakuannya dapat dipercaya, seperti
telah dewasa dan berakal sehat.

3) Qarinah atau tanda dan isyarat yang meyakinkan seperti kehamilan janin seseorang
perempuan yang tidak terikat dalam perkawinan.
4) Li’an; yaitu sumpah suami yang menuduh istrinya berzina dan tidak mampu
mendatangkan empat orang saksi, sebanyak empat kali dan kelima ucapannya bahwa
laknat Allah akan menimpanya bila ia tidak benar dalam tuduhannya; kemudian
sumpah li’an si suami itu tidak ditolak oleh istri dengan li’an dalik. Hal ini menjadi
bukti bahwa perzinaan itu emang telah terjadi.
Pembuktian terjadinya zina dilakukan di depan hakim yang diajukan oleh
penuntut umumyang mewakili masyarakat yang tercemar.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Zina adalah segala persetubuhan diluar nikah. Asal persetubuhan itu belum atau
tidak disahkan dengan nikah, atau tidak dapat disahkan dengan kedua belah pihak atau
tidak suka misal pihak yang seorang memaksa atau memperkosa atas pihak lain.

Adapun pembuktian telah terjadinya perbuatan zina itu berlaku dengan cara-cara
sebagai berikut: (a) Kesasksian empat orang saksi laki-laki muslim yang adil dan dapat
dipercaya, keempatnya secara meyakinkan melihat langsung hubungan kelamin itu
secara bersamaan, (b) Pengakuan yang dilakukan oleh pasangan yang melakuan
perzinaan, secara jelas dan bersungguh-sungguh dari orang-orang yang pengakuannya
dapat dipercaya, seperti telah dewasa dan berakal sehat,(c) Qarinah atau tanda dan
isyarat yang meyakinkan seperti kehamilan janin seseorang perempuan yang tidak terikat
dalam perkawinan. (d) Li’an; yaitu sumpah suami yang menuduh istrinya berzina.

Hukuman/sanksi bagi pelaku zina dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Sanksi
hukum bagi wanita dan/atau laki-laki yang berstatus pemudi dan/atau pemuda adalah
hukuman cambuk 100 kali.(b) Dalam pelaksanaa cambuk tidak ada belas kasihan kepada
pelaku zina serta eksekusinya disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang
beriman. (c) Pelaksanaan hukuman cambuk bagi pezina pada poin 1 di atas, tidak boleh
ada belas kasihan kepada keduanya yang mencegah kamu untuk menjalankan hukum
Allah jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir.(d) Sanksi hukum bagi wanita
dan/atau laki-laki yang berstatus janda dan/atau duda adalah hukuman rajam (ditanam
sampai leher kemudian dilempari batu sampai meninggal).

7
DAFTAR PUSTAKA

- Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.


- Ja’faar, Syeikh Yasir, Kemaksiatan Penghancur Rumah Tangga, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2007.
- Suma, Muhammad Amin, Pidana Islam di Indonesia, Pejaten Barat: Pustaka Firdaus,
2001.
- Syarifuddin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta: Kenacana, 2010..
- http://www.digitalkios.co/digital-info/makalah+tentang+perzinahan.html
- http://jamalludinzabbo.wordpress.com/2010/07/13/perzinahan-dalam-islam/
- http://defenders-muhammad.blogspot.com/2009/06/perzinahan-dalam-hukum-
islam.html
- http://www.scribd.com/doc/4856647/makalah-agama-perzinahan
- http://www.butikjilbabpermata.com/search/makalah-perzinahan-menurut-islam

Anda mungkin juga menyukai