Dosen Pengampu :
Disusun Oleh
Kelompok
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan
judul: “JARIMAH ZINA”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai
hari penghabisan.
Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok atas tersusunnya makalah
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PENDAHULUAN
B.
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fiqh Jinayah adalah pengetahuan tentang hukum syara’ yang berkaitan dengan perbuatan
yang dilarang dan hukumannya. Selain membahas tentang berbagai macam tindak pidana, fiqh
perbuatan yang melanggar aturan Islam (Al-Qur’an) akan dikenakan sanksi yang sudah
ditetapkan baik dalam Al-Qur’an dan Hadits, maupun oleh ulil amri atau hakim sendiri.
Dikalangan fuqaha’ lazimnya menyamakan istilah Jinayah dengan Jarimah (delik) tanpa
Konsep jinayah sangat berkiatan erat dengan masalah “larangan” karena setiap perbuatan
yang terangkum dalam konsep jinayah merupakan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
syara’. Larangan ini timbul karena perbuatan-perbatan itu mengancam sendi-sendi kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu dengan adanya larangan, maka keberadaan dan kelangsungan
Paling tidak ada lima jenis kejahatan yang dikenai hukuman – hukuman (hudud) tertentu
dari syar’i,yaitu pembunuhan (al qatl) dan pelukaan (al jarh), zina dan
pelacuran (sifah), pencurian, Kejahatan atas kehormatan (qadzf), dan meminum minuman keras
(khamr).
Pada makalah ini penulis membatasi pembahasannya pada masalah jarimah zina dan tuduhan
zina
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian jarimah zina ?
2. Apa Saja Jenis-jenis jarimah zina ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian jarimah zina
2. Untuk mengetahui jenis-jenis jarimah zina
1
BAB II
PEMBAHASA
Zina secara harfiah berarti fah> is} hah, yaitu perbuatan keji. Zina dalam
pengertian istilah adalah hubungan kelamin antara seorang lelaki dengan seorang
perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan.1 Ibnu
Rusyd mendefinisikan zina sebagai persetubuan yang dilakukan bukan karena nikah
sah atau semua nikah dan bukan karena pemilikan hamba sahaya.2 Namun dalam hal
ini tidak menjadi persoalan apakah salah seorang atau kedua belah pihak telah
Kata “zina” ini dikenakan baik terhadap seorang atau keduamya telah menikah
ataupun belum. Islam menganggap zina bukan hanya sebagai dosa besar, melainkan
juga sebagai suatu tindakan yang akan membuka gerbang berbagai perbuatan
1
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), 37
2
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 69.
3
Abdurrahmad Doi, Tindak Pidana Syariat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 31.
2
B. UNSUR – UNSUR JARIMAH ZINA
Persetubuhan yang dianggap sebagai zina atau persetubuhan yang haram adalah
persetubuhan pada farji wanita bukan istrinya atau hambanya dan masuknya zakar tersebut
persetubuhan yang terjadi bukan pada miliknya sendiri. Dengan demikian apabila persetubuhan
terjadi dalam lingkungan hak milik sendiri karena ikatan perkawinan, maka persetubuhan itu
tidak dianggap sebagai zina, walaupun persetubuhanya diharamkan karena suatu sebab. Hal ini
karena hukum haramnya persetubuhan tersebut datang belakangan karena adanya suatu sebab
bukan karena zatnya. Contoh; Menyetubuhi istri yang sedang haid, nifas, atau sedang berpuasa
Apabila persetubuhan tidak memenuhi ketentuan tersebut maka tidak dianggap sebagai
zina yang dikenai hukuman had, melainkan suatu perbuatan maksiat yang diancam dengan
hukuman ta’zir, walaupun perbuatanya itu merupakan pendahuluan dari zina. Contoh;
mufakhadzah (memasukkan penis di antara dua paha), atau memasukanya ke dalam mulut, atau
sentuhan-sentuhan diluar farji. Demikian pula perbuatan – perbuatan maksiat yang lain yang
merupakan pendahuluan dari zina dikenakan hukuman ta’zir. Contohnya seperti berciuman,
berpelukan, bersunyi-sunyi dengan wanita asing tanpa ikatan yang sah. Perbuatan ini
merupakan rangsangan terhadap perbuatan zina dan harus dikenai hukuman ta’zir.6
َو ال َتْق َرُبوا الِّز َنا ِإَّنُه َك اَن َف اِح َش ًة َو َساَء َسِبيال
“dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
4
Ibid
5
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam h. 8
6
Ibid., 8-9.
3
yang keji dan merupakan suatu jalan yang buruk”(Terjemahan Qur’an Surat al Israa’:32)
Hukuman zina itu ada dua macam, tergantung pada keadaan pelakunya apakah sudah
Zina Ghair muhshon adalah zina yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang
belum berkeluarga. Hukuman untuk zina Ghair muhshon ini ada dua macam, yaitu:
1) Hukuman dera
Apabila jejaka dan gadis melakukan perbuatan zina, mereka dikenai hukuman dera
seratus kali. Hal ini didasarkan pada Qur’an Surat An-Nuur ayat 2 dan hadits Nabi Muhammad;
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
Hukuman dera adalah hukuman had yaitu hukuman yang sudah ditentukan oleh syara’.
Oleh karena itu hakim tidak boleh mengurang, menambah, menunda pelaksanaanya atau
menggantinya dengan hukuman yang lain. Disamping telah ditentukan oleh syara’ hukuman
hada adalah hak Allah sehingga pemerintah maupun individu tidak boleh memberikan
pengampunan.
2) Hukuman pengasingan
Hukuman yang kedua untuk zina muhshan adalah hukuman pengasingan selama satu
tahun. Menurut Imam Abu Hanifah, hukuman pengasingan tidak wajib dilaksanakan. Akan
tetapi, mereka membolehkan bagi Imam untuk menggabungkan antara dera seratus kali dan
pengasingan apabila hal itu dipandang maslahat. Dengan demikian, menurut hukuman
7
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam…, 29.
4
pengasingan itu bukan hukuman had, melainkan hukuman takzir. Jumhur ulama yang terdiri
atas Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Ahmad berpendapat bahwa hukuman
Zina muhshan adalah zina yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang sudah
berkeluarga (bersuami/beristri). Hukuman untuk pelaku zina muhshan ini ada dua macam,
yaitu
2) Rajam.
Hukuman dera seratus kali didasarkan kepada Alquran Surah Annur ayat 2 dan hadis
Rasulullah saw. yang telah dikemukakan di atas. Hukuman rajam ditetapkan bagi pelaku zina
muhsan, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Hukuman rajam adalah hukuman mati
dengan jalan dilempari batu atau sejenisnya. Hukuman rajam merupakan hukuman yang telah
diakui dan diterima oleh hampir semua fukaha.Fukaha menyepakati keberadaan hukuman
rajam. Alasan mereka, hukuman rajam pernah dijatuhkan oleh Rasulullah Saw dan oleh ijmak
sahabat sesudahnya. Adapun di antara hadis yang berkaitan dengan hal ini adalah9 “Tidak halal
darah (jiwa) seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga hal: kufur sesudah iman,
8
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam h. 30
9
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam h 47
5
D. PEMBUKTIAN JARIMAH ZINA
Pembuktian menurut istilah bahasa Arab berasal dari kata "al-bayyinah" yang artinya
suatu yang menjelaskan. Bayyinah dalam istilah fuqaha, sama dengan syahadah / kesaksian,