UPAYA HUKUM
Disusun Oleh :
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat allah swt. Atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Putusan Pengadilan”. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Acara Pidana yang diampu Oleh Ibu. Hasna Afifah. S.Sy., M.H.
Adanya tugas makalah ini, dapat membuat mahasiswa untuk terus belajar sehingga
dapat melatih kemampuan mahasiswa dalam penulisan karya tulis ilmiah dengan harapan
bisa memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan kepada para pembaca. Penyusun telah
berusaha membuat makalah ini dengan sebaik mungkin, namun tidak ada kesempurnaan
dalam sebuah karya manusi, penyusun menyadari masih banayk kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu segala masukan, kritik dan saran dari pembaca dapat
menjadi acuan bagi penyusun dalam penyempurnaan dan pembuatan makalah selanjutnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................................4
C. Tujuan penulisan........................................................................................................4
A. Kesimpulan................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pengadilan putusan yang dijatuhkan oleh hakim bisa saja terdapat
kekeliruan dan kekilafan. khilaf atau kurang sempurna mempertimbangan hakim
dalam mempertimbankan semua hal-hal berkenaan dengan fakta-fakta yang terungkap
di persidangan atau tidak tepat menggunakan sesuatu istilah atau keliru menafsirkan
unsur-unsur tindak pidana sering terjadi di ranah pengadilan hukum Indonesia.
Padahal tujuan sebenernnya dalam proses pengadilan adalah untuk memperoleh
putusan hakim yang berkuatan hukum tetap.
Untuk mengatasi masalah tersebut dan demi tegaknya kebenaran dan keadilan
terhadap putusan hakim, maka perlu ditinjau ulang putusan putusan tersebut. Salah
satu cara yakni dengam upaya hukum. Dalam upaya hukum lebih berisi proses
argumentasi melalui dokumentasi dari pada perdebatan. Sebab dalam upaya hukum
pada dasarnya para pihak tidak hadir; dan dalam praktiknya hamper tidak pernah ada
perkara dimana dalam tingkat upaya hukum para pihak di dengar. Sesusngguhnya
dalam tingkat banding dan kasasi kehadiran itu dimungkin.1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari upaya hukum dalam hukum acara pidana?.
2. Apa saja macam macam upaya hukum dalam hukum acara pidana?.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahuipengertian dari upaya hukum dalam hukum acara pidana.
2. Mengetahui macam macam upaya hukum dalam hukum acara pidana.
1
Suyanto, Hukum Acara Pidana, (Sidoarjo, Zifatama Jawara, 2018), h.164
4
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ibid, h. 164.
3
Riadi Asra Rahmad, Hukum Acara Pidana, (Depok, PT RajaGrafindo Persada, 2019), h. 96.
5
Upaya Hukum Biasa
KUHAP membedakan upaya hukum biasa dan luar biasa. Upaya hukum biasa
merupakan Bab XVII, sedangkan upaya hukum luar biasa Bab XVII. Upaya hukum biasa
terdiri dari dua bagian, bagian kesatu tentang pemeriksaan banding dan bagian kedua
tentang pemeriksaan kasasi.4
1. Pemeriksaan Tingkat Banding Pemeriksaan Tingkat Banding
a) Hakim terdiri dari hakim majelis(sekurang-Kurangnya 3 orang)
b) Dasar pemeriksaan adalah berkas perkara yang diterima dari PN(yang sudah dikirim
dalam waktu 14 Hari) berkas-berkas yang dikirim adalah:
i. Berita acara penyidikan.
ii. Berita acara pemeriksaan siding.
iii. Alat-alat bukti yang ada serta surat-surat tertentu yang timbul dipengadilan.
iv. Putusan pengadilan.
c) Dalam pemeriksaan hakim banding adalah berkas-berkas perkara yang dikirim oleh
PN, tetapi jika perlu maka hakim PT dapat memanggil saksi-saksi, terdakwa atau
penentut umum. Untuk melakukan konfirmasi. Hakim PT juga dapat memerintahkan
untuk melakukan pemeriksaan tambahan kepada PN atau melakukan sendiri.
2. Kasasi
Alasan-alasan dalam pengajuan kasasi:
a) Pengadilan yang bersangkutan tidak berwenang atau melampaui batas wewenang
dalam memeriksa dan memutus sengketa yang bersangkutan.
b) Pengadilan telag salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.
c) Pengadilan lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang
bersangkutan.
a) Diajukan dalam waktu empat belas hari sesudah putusan diberitahukan kepada
terdakwa.
b) Permintaan tersebut ditulis oleh panitera dan ditandatangani oleh pemohon dan
panitera.
c) Pemohonan kasasi wajib mengajukan memori kasasi yang memuat alas an
permohoan kasasi dalam waktu 14 hari sejak permohonan kasasi diterirna panitera.
4
Ibid, h.96, Andi Hamzah, op., cit, h. 187.
6
Apabila dalam tenggang waktu tersebut pemohon terlambat menyerahkan memori
kasasi maka hak untuk mengajukan kasasi gugur.
d) Pengiriman berkas perkara ke Mahkamah Agung oleh Panitera selambat-lambatnya
14 hari setelah permohonan kasasi tersebut lengkap.
Upaya hukum luar biasa tercantum didalam Bab XVIII KUHAP, yang terdiri atas dua
bagian, yaitu bagaian kesatu pemeriksaan tingkat kasasi demi kepentingan hukum dan bagian
kedua peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.5
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upaya hukum adalah hak yang diberikan hukum pada para pihak dalam suatu
perkara untuk dapat tidak setuju dengan suatu putusan pengadilan. Ketidaksetujuan ini harus
dinyatakan secara tertulis (biasanya formulir telah tersedia) di kepaniteraan dan harus sudah
diaktekan dalam tenggang waktu tertentu.
Bila tidak dilakukan dengan cara yang sudah di tentukan, maka akibatnya akan
dianggap telah menerima putusan. Menyatakan tidak menerima putusan dapat dilakukan
Terdakwa sendiri atau Advokat yang khusus dikuasakan untuk itu (Pasal 233 ayat (1)
KUHAP). Sekalipun suatu upaya hukum tidak dilakukan menurut cara-cara yang ditentukan,
berkas perkara tetap akan dikirim pada tingkat berikutnya namun panitera telah membubuhi
catatan dalam bentuk akte mengenai keterlambatan itu dan melekatkannya dalam berkas
perkara. Putusan akan menyatakan upaya hukum (banding atau kasasi) tidak dapat diterima.
Soal tenggang waktu dalam mengajukan upaya hukum adalah sangat penting tapi dalam
praktik bisa lupa. Apalagi tiap perkara tidak sama dalam menghitung harinya. Bila terjadi
keterlambatan akibatnya sangat fatal dan dari segi hukum profesi adalah merupakan malpraktik.
Berbeda dengan banding dan kasasi, permintaan peninjauan kembali tidak dibatasi dengan suatu
jangka waktu(Pasal 264 ayat (3) KUHAP).
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
8
RAHMAD, R. A. (2019). HUKUM ACARA PIDANA. DEPOK: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
SUYANTO. (2018). HUKUM ACARA PIDANA. SIDOARJO: ZIFATAMA JAWARA.
DAFTAR ISI
Natangsa Surbakti, 2012, Filsafat Hukum, Surakarta: BP-FKIP UMS, dalam R. Soebekti & Tjitro
Sudibjo, 1987, Kamus Hukum, Jakarta: Prsadnya Paramitha.
Andi Hamzah, 2005, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Revisi, Jakarta: Sinar Grafika.
Nanda Agung Dewantara, 1987, Masalah Kebebasan Hakim dalam Menangani Suatu Perkara
Tindak Pidana, Jakarta: Aksara Persada Indonesia.
9
Dahlan Sinaga, 2015, Kemandirian dan Kebebasan Hakim Memutus Perkara Pidana dalam Negara
Hukum Pancasila, Jakarta: Nusamedia.
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama (Jakarta: PT. Rajawali Press, 2006).
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama (Jakarta:
Kencana, 2005).
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).
Khoirudin Nasution, Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum
Perkawinan di Dunia Muslim, (Yogyakarta: ACAdemia+TAZAFFA, 2009).
10