Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

UPAYA HUKUM

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Hukum Acara Pidana

Dosen Pengampu : Ibu. Hasna Afifah, S.Sy., M.H.

Disusun Oleh :

AHMAD TEGAR HIDAYAT 21026005

PROGRAM STUDI ILMU FALAK

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat allah swt. Atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Putusan Pengadilan”. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Acara Pidana yang diampu Oleh Ibu. Hasna Afifah. S.Sy., M.H.

Adanya tugas makalah ini, dapat membuat mahasiswa untuk terus belajar sehingga
dapat melatih kemampuan mahasiswa dalam penulisan karya tulis ilmiah dengan harapan
bisa memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan kepada para pembaca. Penyusun telah
berusaha membuat makalah ini dengan sebaik mungkin, namun tidak ada kesempurnaan
dalam sebuah karya manusi, penyusun menyadari masih banayk kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu segala masukan, kritik dan saran dari pembaca dapat
menjadi acuan bagi penyusun dalam penyempurnaan dan pembuatan makalah selanjutnya.

Semarang 13 Mei 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4

A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................................4
C. Tujuan penulisan........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................6

A. Pengertian upaya hukum............................................................................................


B. Macam Macam Upaya Hukum..................................................................................
 Upaya Hukum Biasa......................................................................................
 Banding..........................................................................................................
 Kasasi.............................................................................................................
 Upaya Hukum Luar Biasa..............................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................10

A. Kesimpulan................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pengadilan putusan yang dijatuhkan oleh hakim bisa saja terdapat
kekeliruan dan kekilafan. khilaf atau kurang sempurna mempertimbangan hakim
dalam mempertimbankan semua hal-hal berkenaan dengan fakta-fakta yang terungkap
di persidangan atau tidak tepat menggunakan sesuatu istilah atau keliru menafsirkan
unsur-unsur tindak pidana sering terjadi di ranah pengadilan hukum Indonesia.
Padahal tujuan sebenernnya dalam proses pengadilan adalah untuk memperoleh
putusan hakim yang berkuatan hukum tetap.

Untuk mengatasi masalah tersebut dan demi tegaknya kebenaran dan keadilan
terhadap putusan hakim, maka perlu ditinjau ulang putusan putusan tersebut. Salah
satu cara yakni dengam upaya hukum. Dalam upaya hukum lebih berisi proses
argumentasi melalui dokumentasi dari pada perdebatan. Sebab dalam upaya hukum
pada dasarnya para pihak tidak hadir; dan dalam praktiknya hamper tidak pernah ada
perkara dimana dalam tingkat upaya hukum para pihak di dengar. Sesusngguhnya
dalam tingkat banding dan kasasi kehadiran itu dimungkin.1

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari upaya hukum dalam hukum acara pidana?.
2. Apa saja macam macam upaya hukum dalam hukum acara pidana?.

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahuipengertian dari upaya hukum dalam hukum acara pidana.
2. Mengetahui macam macam upaya hukum dalam hukum acara pidana.

1
Suyanto, Hukum Acara Pidana, (Sidoarjo, Zifatama Jawara, 2018), h.164

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Upaya Hukum


Upaya hukum adalah hak yang diberikan hukum pada para pihak dalam suatu
perkara untuk dapat tidak setuju dengan suatu putusan pengadilan. Ketidak setujuan ini
harus dinyatakan secara tertulis (biasanya formular telah tersedia) di kepaniteraan dan
harus sudah diaktekan dalam tenggang waktu tertentu. 2Upaya hukum sebagai Hak
terdakwa juga sudah diatur dalam Pasal 196 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana. Dalam persidangan upaya hukum bertujuan mengoreksi dan meluruskan
kesalahan yang terdapat dalam putusan yang telah dijatuhkan, baik putusan tersebut telah
memiliki kekuatan hukum tetap maupun belum berkekuatan hukum tetap.3

B. Macam-Macam Upaya Hukum


Bentuk upaya hukum terdiri dari dua bagian utama yaitu upaya hukum biasa dan luar
biasa. Upaya hukum biasa terdiri dari banding ke Pengadilan Tinggi dan Kasasi ke
Mahkamah Agung. Upaya hukum luar biasa terdiri dari pemeriksaan tingkat kasasi demi
kepentingan hukum luar biasa terdiri dari pemeriksaan tingkat kasasi demi kepentingan
hukum dan PK atas putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Upaya hukum kasasi demi kepentingan hukum diberikan KUHAP pada Penuntut Umum
sementara PK untuk Terdakwa dan atau keluarganya. Adalah bertentangan dengan
konsepnya bila upaya hukum itu dijalankan secara terbalik, misalnya Penuntut Umum
mengajukan PK.

2
Ibid, h. 164.
3
Riadi Asra Rahmad, Hukum Acara Pidana, (Depok, PT RajaGrafindo Persada, 2019), h. 96.

5
Upaya Hukum Biasa

KUHAP membedakan upaya hukum biasa dan luar biasa. Upaya hukum biasa
merupakan Bab XVII, sedangkan upaya hukum luar biasa Bab XVII. Upaya hukum biasa
terdiri dari dua bagian, bagian kesatu tentang pemeriksaan banding dan bagian kedua
tentang pemeriksaan kasasi.4
1. Pemeriksaan Tingkat Banding Pemeriksaan Tingkat Banding
a) Hakim terdiri dari hakim majelis(sekurang-Kurangnya 3 orang)
b) Dasar pemeriksaan adalah berkas perkara yang diterima dari PN(yang sudah dikirim
dalam waktu 14 Hari) berkas-berkas yang dikirim adalah:
i. Berita acara penyidikan.
ii. Berita acara pemeriksaan siding.
iii. Alat-alat bukti yang ada serta surat-surat tertentu yang timbul dipengadilan.
iv. Putusan pengadilan.
c) Dalam pemeriksaan hakim banding adalah berkas-berkas perkara yang dikirim oleh
PN, tetapi jika perlu maka hakim PT dapat memanggil saksi-saksi, terdakwa atau
penentut umum. Untuk melakukan konfirmasi. Hakim PT juga dapat memerintahkan
untuk melakukan pemeriksaan tambahan kepada PN atau melakukan sendiri.
2. Kasasi
Alasan-alasan dalam pengajuan kasasi:
a) Pengadilan yang bersangkutan tidak berwenang atau melampaui batas wewenang
dalam memeriksa dan memutus sengketa yang bersangkutan.
b) Pengadilan telag salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.
c) Pengadilan lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang
bersangkutan.

Sedangkan tata cara pengajuan Kasasi adalah sebagai berikut:

a) Diajukan dalam waktu empat belas hari sesudah putusan diberitahukan kepada
terdakwa.
b) Permintaan tersebut ditulis oleh panitera dan ditandatangani oleh pemohon dan
panitera.
c) Pemohonan kasasi wajib mengajukan memori kasasi yang memuat alas an
permohoan kasasi dalam waktu 14 hari sejak permohonan kasasi diterirna panitera.
4
Ibid, h.96, Andi Hamzah, op., cit, h. 187.

6
Apabila dalam tenggang waktu tersebut pemohon terlambat menyerahkan memori
kasasi maka hak untuk mengajukan kasasi gugur.
d) Pengiriman berkas perkara ke Mahkamah Agung oleh Panitera selambat-lambatnya
14 hari setelah permohonan kasasi tersebut lengkap.

Upaya Hukum Luar Biasa

Upaya hukum luar biasa tercantum didalam Bab XVIII KUHAP, yang terdiri atas dua
bagian, yaitu bagaian kesatu pemeriksaan tingkat kasasi demi kepentingan hukum dan bagian
kedua peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap.5

1) Kasasi demi Kepentingan umum


a) Diajukan oleh Jaksa Agung untuk satu kali.
b) Putusan yang dapat dilakukan kasasi demi kepentingan hukum adalah semua
putusan, pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
c) Pengajuan melalui Hakim PN.
2) Peninjaun Kembali
Alasan Peninjauan Kembali:
a) Ditemukan atau terdapat alat bukti lain yang apabila alat bukti tersebut ada pada
saat pemeriksaan siding berlangsung akan menyebabkan:
i. Putuasan bebas
ii. Putusan Lepas dari segala tuntutan hukum
iii. Tuntutan tidak bisa diterima
iv. Memperoleh Pidana yang lebih ringan.
b) Apabila dalam berbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu telah terbukti,
tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang ditanyakan telah
berbukti itu, ternyata bertantanan satu dengan yang lain.
c) Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan atau suatu
kekeliruan yang nyata. Tata cara pengajuan peninjauan kembali.
d) Diajukan ke Mahkamah Agung melalui Panitera yang mengadili.
e) Permintaan peninjauan kembali tersebut oleh panitera ditulis dalam surat
keterangan yang ditandatangani oleh panitera serta pemohon dan dicatat dalam
daftar yang dilampirkan pada berkas perkara.
5
Ibid, h.97.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Upaya hukum adalah hak yang diberikan hukum pada para pihak dalam suatu
perkara untuk dapat tidak setuju dengan suatu putusan pengadilan. Ketidaksetujuan ini harus
dinyatakan secara tertulis (biasanya formulir telah tersedia) di kepaniteraan dan harus sudah
diaktekan dalam tenggang waktu tertentu.

Bila tidak dilakukan dengan cara yang sudah di tentukan, maka akibatnya akan
dianggap telah menerima putusan. Menyatakan tidak menerima putusan dapat dilakukan
Terdakwa sendiri atau Advokat yang khusus dikuasakan untuk itu (Pasal 233 ayat (1)
KUHAP). Sekalipun suatu upaya hukum tidak dilakukan menurut cara-cara yang ditentukan,
berkas perkara tetap akan dikirim pada tingkat berikutnya namun panitera telah membubuhi
catatan dalam bentuk akte mengenai keterlambatan itu dan melekatkannya dalam berkas
perkara. Putusan akan menyatakan upaya hukum (banding atau kasasi) tidak dapat diterima.

Soal tenggang waktu dalam mengajukan upaya hukum adalah sangat penting tapi dalam
praktik bisa lupa. Apalagi tiap perkara tidak sama dalam menghitung harinya. Bila terjadi
keterlambatan akibatnya sangat fatal dan dari segi hukum profesi adalah merupakan malpraktik.
Berbeda dengan banding dan kasasi, permintaan peninjauan kembali tidak dibatasi dengan suatu
jangka waktu(Pasal 264 ayat (3) KUHAP).

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

8
RAHMAD, R. A. (2019). HUKUM ACARA PIDANA. DEPOK: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
SUYANTO. (2018). HUKUM ACARA PIDANA. SIDOARJO: ZIFATAMA JAWARA.

DAFTAR ISI

Natangsa Surbakti, 2012, Filsafat Hukum, Surakarta: BP-FKIP UMS, dalam R. Soebekti & Tjitro
Sudibjo, 1987, Kamus Hukum, Jakarta: Prsadnya Paramitha.

Andi Hamzah, 2005, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Revisi, Jakarta: Sinar Grafika.

Nanda Agung Dewantara, 1987, Masalah Kebebasan Hakim dalam Menangani Suatu Perkara
Tindak Pidana, Jakarta: Aksara Persada Indonesia.

9
Dahlan Sinaga, 2015, Kemandirian dan Kebebasan Hakim Memutus Perkara Pidana dalam Negara
Hukum Pancasila, Jakarta: Nusamedia.

Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama (Jakarta: PT. Rajawali Press, 2006).

Sudikno Mertokususmo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta: Liberty, 1988).

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama (Jakarta:
Kencana, 2005).

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).

Khoirudin Nasution, Hukum Perdata (Keluarga) Islam Indonesia dan Perbandingan Hukum
Perkawinan di Dunia Muslim, (Yogyakarta: ACAdemia+TAZAFFA, 2009).

M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta : Sinar Grafika, 2015).

Bentuk Isi Putusan Pemidanaan Dalam Perkara Tindak Pidana


(https://rendratopan.com/2019/06/23/bentuk-isi-putusan-pemidanaan-dalam-perkara-tindak-
pidana/).

10

Anda mungkin juga menyukai