Anda di halaman 1dari 1

Tenggelam Dalam Diam

Semarang - Krisis iklim yang mengancam kota kota pesisir pulau jawa seperti
jakarta, bekasi, pekalongan, semarang, dan gresik berdampak pada abrasi atau disebut
dengan kenaikan air laut yang menyebabkan beberapa rumah rumah warga, fasiltas publik ,
rumah industri, tambak bandeng, sampai lahan pertanian pun tergenang. Tentunya kota kota
tersebut terancam dampak dari krisis iklim tersebut.

Kenaikan air laut centimeter demi centimeter tiap tahun menyebabkan jutaan orang
yang tinggal di pesisir kota tersebut kehilangan tempat tinggal dan bahkan pekerjaan meraka.
Dan secara tidak langsung berdampak pada ekonomi penduduk sekitar. persoal persoal yang
ditimbulkan dari krisis iklim tentu bukan tanpa sebab bisa terjadi. Krisis iklim terjadi karena
beberapa faktor seperti polusi, pengundulan hutan, eksploitasi alam secara berlebihan yang
berkaitan dengan mencairnya es dikutub utara hingga menyebabkan air laut naik dan
membuat abrasi yang secara perlahan menenggelamkan daerah pesisir laut tersebut.

Beberapa contoh masalah yang timbul akibat abrasi atau meningginya ketinggian air
laut, contoh seperti di jakarta tepatnya muara baru yang sekarang beberapa hunian warga dan
fasilitas umum daerah sudah ternggelam oleh abrasi. Ada pula di digresik yang didaerah
pesisirnya lautnya terkena imbas tambak bandeng yang terancam terkena abrasi sehingga
warga sekitar harus membuat tanggul dengan swadaya serta harus memilih panen ikan
bandeng lebih awal agar tidak terkena abrasi. Berbeda dengan di pekalongan terkana imbas
pada industri batiknya yang harus terkana abrasi.
Sehingga kegiatan produksinya terganggu. Di semarang yang parahnya sampai pusat
kota terkena imbasnya, di tampak aji yang dimana fasiltas umum seperti sekolah, jalan,
bahkan kuburan ikut terkana abrasi.

Krisi iklam dengan segala faktor dan imbasnya terjadi bukan tanpa sebab, manusialah
yang bertanggung jawab atas segala yang telah berbuat dan tentunya pemerintah lah sebagai
penanggung jawab dalam hal ini bisa mengatasi dampak yang lebih parah. Bukan malah tak
peduli dan berdiam diri. dan "bukan pula mengatasnamakan pembangunan untuk rakyat,
dengan mengambil pekerjaan rakyat, mengambil ruang dan rumah mereka, lahan pertanian,
bahkan mengambil laut mereka." perkataan dari Asfinawati, Direktur Eksukutif Yayasan
Lembaga Bantuan Hukum Indonesia.

Ahmad Tegar Hidayat - Kru Magang Justisia 2021

Anda mungkin juga menyukai