1213020001
Tujuan hukum bukan hanya keadilan, tetapi juga kepastian dan kemanfaatan hukum.
Idealnya hukum harus mengakomodir ketiganya. Terlepas dari segala kepentingan akan
hal-hal lain yang juga merupakan tujuan hukum, tujuan utama hukum adalah suatu
objek yang berlaku bagi semua masyarakat dalam segala bentuk. Peran hukum dalam
pembangunan adalah untuk menjamin terjadinya perubahan secara tertib karena baik
perubahan maupun tujuan merupakan ketertiban dalam masyarakat yang sedang
berkembang, sehingga merupakan alat yang tidak dapat diabaikan dalam proses
pembangunan.1
Dalam bidang hukum, seorang hakim harus memiliki banyak pengetahuan berdasarkan
pengalaman.2 Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh hakim berdasarkan hukum positif,
namun tidak sebagaimana yang dikemukakan oleh Montesquie tentang hakim
merupakan hukum yang berbicara, dan di luar Undang-Undang bukan hukum. Hal ini
dimaksudkan bahwa dalam menjalankan tugasnya, hakim harus mengambil ketentuan
individual konkret itu dari hukum positif yang berlaku, yaitu dalam Kitab Undang-
Undang saja, yang dianut ajaran legisme yang merupakan dasar pelaksanaan hukum di
negara yang menganut sistem kodifikasi.3.
Duduk perkara:
1
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, Editor, Otje Salman S. dan Eddy Damian,
Bandung: PT. Alumni, 2002, hlm. 3.
2
Adiasih, Ning. Analisis terhadap Putusan Pengadilan Dalam Perkara Perdata yang Hukumnya Tidak Ada Atau
Hukumnya Tidak Jelas
3
Sudikno Mertokusumo & Pitlo, Bab-bab tentang Penemuan Hukum, Yogyakarta: Citra Adytia, 1993, hlm. 9-10
2. Bahwa dalam pernikahan tersebut, Penggugat dan Tergugat telah dikaruniai 2
orang anak yaitu :
1. Maria Anjela Novena Tuturop, Lahir di Tomohon pada tanggal 03 Juni 2007;
3. Bahwa pada mulanya rumah tangga Penggugat dan Tergugat dalam keadaan
rukun namun sejak tahun 2020 sudah mulai beda pendapat dalam segala hal;
4. Bahwa sejak tahun 2021 Tergugat sudah mulai jarang pulang ke rumah dan
Tergugat mempunyai Perempuan lain;
5. Bahwa anak Penggugat dan Tergugat selama ini tinggal bersama Penggugat dan
Tergugat, karena itu untuk kepentingan anak sendiri dan rasa kasih sayang dari
Penggugat dan Tergugat terhadap mereka, maka Penggugat mohon agar anak-
anak ditetapkan dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat dan Tergugat.
Petitum:
1) Maria Anjela Novena Tuturop, Lahir di Tomohon pada tanggal 03Juni 2007
Pertimbangan Hakim:
1. Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan, yakni pada
tanggal 25 Agustus 2022 pihak Penggugat hadir dipersidangan, akan tetapi
Tergugat tidak datang menghadap ataupun menyuruh orang lain menghadap
untuk mewakilinya;
7. Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat tidak dapat diterima, maka
Penggugat harus dihukum untuk membayar biaya perkara.
Keputusan Hakim:
1. Menyatakan Tergugat yang telah dipanggil dengan patut dan sah untuk datang
menghadap di persidangan namun tidak hadir ;
Analisis Mahasiswa:
M. Yahya Harahap menjelaskan bahwa terdapat berbagai cacat bentuk yang dapat
dilampirkan dalam gugatan, antara lain gugatan yang ditandatangani berdasarkan surat
kuasa tidak memenuhi persyaratan yang diatur dalam Pasal 123 ayat (1) HIR jo. SEMA
Nomor 4 Tahun 1996:
Dasar pemberian putusan NO (tidak dapat diterima) dapat dilihat dalam Yurisprudensi
Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1149/K/Sip/1975 tanggal 17 April 1975
juncto Putusan Mahkamah Agung RI No. Republik Indonesia No. 565/K/Sip/1973
tanggal 21 Agustus 1973, Jo Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.
1149/K/Sip/1979 tanggal 7 April 1979 yang menyatakan bahwa objek gugatan tidak
jelas, gugatan tidak dapat diterima.
Seharusnya hakim melihat aspek lain yaitu adanya Pasal 39 ayat 1 UU Perkawinan
bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di depan Pengadilan setelah Pengadilan telah
gagal mendamaikan kedua belah pihak dan Pasal 39 ayat 2 UU Perkawinan mengatur
bahwa untuk melakukan perceraian harus ada alasan yang cukup, bahwa suami istri
tidak dapat hidup rukun sebagai suami istri.
1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain
sebagainya yang sukar disembuhkan;
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yagn sah atau karena hal lain di luar
kemampuannya;
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang
lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri;
6. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
tidak ada harapan akan hidup rukn lagi dalam rumah tangga.
Dasar-dasar yang dapat berakibat perceraian perkawinan juga diatur dalam Pasal 209
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPER) antara lain:
1. Zina;
3. Dikenakan hukuman penjara lima tahun atau hukuman yang lebih berat lagi,
setelah dilangsungkan perkawinan;
4. Pencederaan berat atau penganiayaan, yang dilakukan oleh salah seorang dan
suami isteri itu terhadap yang lainnya sedemikian rupa, sehingga membahayakan
keselamatan jiwa, atau mendatangkan luka-luka yang berbahaya.
Sebenarnya sudah ada masalah yang jelas, ada klausul bahwa suami jarang pulang atau
ada penelantaran bahkan ada wanita lain (ada selingkuh). Secara psikologis,
pengkhianatan bisa memicu stres berkepanjangan. Inilah awal datangnya berbagai
penyakit fisik yang menyerang korban perselingkuhan.
Menurunnya rasa percaya diri akan mempengaruhi istirahat dan pola makan yang akan
berdampak langsung pada kesehatan fisik. Misalnya, tidak makan atau makan terlalu
banyak, tidak cukup tidur atau tidur terlalu banyak. Apalagi jika depresi dan kecemasan
mulai mendera. Maka akan mempengaruhi keputusan seseorang dalam berbagai hal.
Misalnya, konsumsi rokok dan alkohol secara berlebihan sebagai pelarian dari rasa
sakit yang ada.
Beberapa orang mengatasi rasa sakit menjadi korban perselingkuhan dengan bekerja
keras, berolahraga secara berlebihan, hingga melakukan tindakan lain yang akan
mempengaruhi kesehatan fisiknya. Hormon stres mengalahkan jantung dan membuat
pembuluh darah lebih kencang, tubuh Anda juga bisa dalam keadaan cemas
berkepanjangan. Seiring waktu, ini dapat menyebabkan penyakit jantung.
selain itu ada aspek lain yaitu yuridis yang telah dijelaskan dalam pasal 209 KUHPerdata
mengatur tentang dasar-dasar yang dapat mengakibatkan terjadinya perkawinan, salah
satunya meninggalkan tempat tinggal dengan itikad tidak baik, yaitu (adanya
perselingkuhan yang menimbulkan masalah dalam rumah) dan adanya masalah yang
tidak diselesaikan secara musyawarah.
catatan: kedua belah pihak (penggugat dan tergugat) telah abai dalam panggilan
pengadilan atas gugatan yang diajukan ke pengadilan. dengan catatan penggugat hadir
pada sidang pertama saja, kemudian mengabaikan dan tidak memberi kuasa kepada
siapapun untuk persidangan berikutnya, sedangkan tergugat tidak menghiraukan
panggilan hakim (verstek). Alhasil, dengan pertimbangan atas sikap kedua belah pihak
tidak serius dengan masalah yang sedang dihadapi, maka hakim memutuskan amar
yaitu putusan (gugatan tidak dapat diterima).