Disusun oleh :
Kelompok IV
1. bahwa Majelis Hakim berpendapat bahwa perjanjian dibawah tangan tersebut ada
cacat kehendak, karena Penggugat telah melakukan suatu perbuatan hukum
melakukan KDRT terhadap Tergugat, kemudian Tergugat melaporkan Penggugat ke
Polisi dan Penggugat meminta Tergugat mencabut laporan tersebut kemudian
terbitlah Surat Pernyataan Bersama , dimana kehendak Penggugat terbentuk secara
tidak sempurna ;
2. Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi yang diajukan oleh Tergugat
menyatakan bahwa Bahwa saksi ikut menandatangani surat pernyataan bersama
antara Penggugat dan Tergugat yang isinya Penggugat sanggup melepaskan haknya
untuk anak-anak. Bahwa saat itu kejadiannya Penggugat melakukan KDRT kepada
Tergugat, kemudian Tergugat lapor polisi lalu Penggugat minta dicabut laporannya
dengan janji Penggugat sanggup melepaskan haknya untuk anak-anak ;
3. Menimbang bahwa terhadap objek harta bersama ini, Majelis Hakim akan
mempertimbangkan sebagai berikut :
4. Menimbang, bahwa yang menjadi permasalahan dalam perkara ini adalah karena
Penggugat telah melepaskan haknya dalam kaitan harta bersama untuk anak-
anaknya sebagaimana tertuang dalam Surat Pernyataan Bersama, sehingga Tergugat
mendalilkan bahwa Penggugat tidak bisa menuntut pembagian harta bersama ini
karena bagian Penggugat sudah diberkan kepada anak-anaknya
5. Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.9 / T.2 Penggugat dan Tergugat telah
membuat Surat Pernyataan Bersama dibawah tangan tertanggal 2 Nopember 2008
yang isinya pada poin 6 : Bahwa PIHAK PERTAMA setuju untuk melepaskan ha
katas harta gono gini dari harta bersama pada poin 3 dan menghibahkan kepada
anak-anak dan atau diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan anakanak hingga
dewasa apabila terjadi perceraian (tanpa PARA PIHAK melepaskan kewajiban
sebagai orang tua terhadap anak-anak), akan tetapi kemudian pada tanggal 10
Oktober 2018 Surat Pernyataan Bersama tersebut dicabut oleh Penggugat, dengan
alasan karena Tergugat telah mengajukan Gugat cerai terhadap Penggugat
6. Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan pasal 97 Kompilasi Hukum Islam
dinyatakan “Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta
bersama sepanjang tidak ditentukan dalam perjanjian perkawinan”.
7. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka unsur-unsur
yang harus terpenuhi sebagai harta bersama adalah :
- Diperoleh selama dalam ikatan perkawinan.
- Baik yang diperoleh suami atau isteri secara pribadi, maupun sebagai usaha-
usaha bersama.
8. Menimbang, bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka harta bersama tidak
melihat atas nama siapa harta terdaftar dan siapa yang mencari dan bukan faktor yang
menggugurkan keabsahan suatu harta menjadi obyek harta bersama asalkan harta
tersebut dapat dibuktikan dan diperoleh selama dalam perkawinan. Serta
pembiayaannya berasal dari harta bersama sehingga harta tersebut termasuk obyek
harta bersama sebagaimana Yurisprudensi No.808 K./Sip.1974 tanggal 30 Juli
1974;Menimbang, bahwa dalam kepemilikan suatu tanah/rumah dibuktikan dengan
sertifikat dan dalam perkara aquo benda yang dituntut oleh Penggugat sertifikatnya
atas nama Tergugat, namun Majelis Hakim menilai bahwa tidak melihat sertifikat
tersebut tertulis atas nama siapa sebagaimana Yurisprudensi No.808 K./Sip.1974
tanggal 30 Juli 1974, tetapi dilihat darimana uang tersebut berasal untuk pembelian
tanah/rumah tersebut;
7. Gugatan tersebut diterima oleh Pengadilan dan menganggap surat perjanjian tersebut
di nafikan dan hara bersama dibagi menadi 50% milik pengguga dan 50% milik
Tergugat sesuai dengan Kompilasi hukum Islam pasal 85 menyebutkan “adanya
harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup kemungkinan adanya harta
milik masing-masing suami atau isteri, serta pasal 92 menyebutkan “suami atau
isteri tanpa persetujuan pihak lain tidak diperbolehkan memindahkan atau
memindahkan harta bersama;
G. Amar Putusan Mahkama Agung
Menimbang, bahwa terbukti Penggugat dan Tergugat membeli 1 bidang tanah dan
Bangunan yang diatas terdapat Bangunan/rumah seluas 293 M2 berdasarkan
Sertifikat Hak Milik Nomor. - yang terletak di Jakarta Selatan atas Nama
TERGUGAT KONPENSI/PENGGUGAT REKONPENSI dan 1 Unit Mobil Merk
Toyota Type Avanza Veloz warna Silver Metalik dengan Nomor Polisi B - SBP,
atas nama PENGGUGAT KONPENSI/TERGUGAT REKONPENSI dimana saat itu
Penggugat dan Tergugat masih terikat dalam perkawinan yang sah ; Menimbang.
Bahwa oleh karenanya Majelis hakim berpendapat Penggugat dapat membuktikan
dalil-dalil gugatannya, maka Majelis hakim berpendapat gugatan Penggugat dapat
dikabulkan :
1. Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 1
tahun 1974 tentang perkawinan Jo Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, oleh karena
perkawinan telah putus akibat perceraian, maka Penggugat selaku mantan istri dan
Tergugat selaku mantan suami masing-masing berhak mendapat seperdua dari harta
bersama tersebut. Menimbang bahwa mengenai pembagian harta bersama yang
merupakan hasil usaha bersama suami istri maupun yang diperoleh sendiri - sendiri
dalam masa perkawinan, maka Allah SWT telah memberikan petunjuk- Nya dalam
al-Qur’an Surat Al-Nisa’ ayat 32
2. Menimbang bahwa oleh karena Penggugat yang menguasai harta bersama
dimaksud, maka sesuai maksud Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, Penggugat harus
dihukum untuk menyerahkan 50% dari harta bersama tersebut kepada Penggugat,
apabila tidak dapat dibagi secara natura maka diperintahkan untuk dijual lelang dan
hasilnya dibagi dua antara Penggugat dan Tergugat ;
3. Menimbang, bahwa dalam gugat Rekonpensinya Penggugat Rekonpensi menuntut
Tergugat Rekonpensi untuk membayar uang tunai kepada Penggugat Rekonpensi
sebagai nafkah anak dan nafkah istri sebesar total sebesar Rp.20.000.000,- dengan
perincian sebagai berikut:
a. Nafkah mantan istri • Rp.
80.000.000,
b. Nafkah anak - Rp.
•
25.000.000,
Total -
•105.000.00
0,00
H. Pendapa Kelompok tentang putusan
Pendapat saya putusan yang telah ditetapkan oleh hakim merupakan putusan yang
tepat saya berendapat demikian karena jika dilihat dari kronologis kasus yang mana
memang benar kedua pihak telah menandatangani surat perjanjian sehingga pada sidang
awal hakim menetapkan harta tersebut merupakan harta gono gini yang dalam perjanjian
diberikan kepada anak mereka, akan tetapi saksi ikut menandatangani surat pernyataan
bersama antara Penggugat dan Tergugat yang isinya Penggugat sanggup melepaskan
haknya untuk anak-anak. Bahwa saat itu kejadiannya Penggugat melakukan KDRT
kepada Tergugat, sedangkan dalam ketentuan pasal 1320 KUH Perdata, yang berbunyi :
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat : (1) sepakat mereka yang
mengikatkan dirinya. (2) kecakapan untuk membuat suatu perikatan. (3) suatu hal
tertentu. (4) suatu sebab yang halal. Menimbang, bahwa syarat No.1 & 2 diatas disebut
syarat subyektif, sedangkan no.3 &4 disebut syarat obyektif. Seandainya ada pihak yg
melanggar syarat subyektif, dapat dimintakan pembatalannya di pengadilan (lihat
psl.1266,1267 KUHPerdata), dari ketentuan tersebut dan keputusan pengadilan
menyatakan surat perjanjian tersebut batala maka selanjutnya harta bersama yang
meeka dapatkan ketika menjalin hubungan suami isteri harus dibagi sama rata
kepada penggugat dan tergugat Bahwa berdasarkan Kompilasi hukum Islam pasal 85
menyebutkan “adanya harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup
kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami atau isteri, serta pasal 92
menyebutkan “suami atau isteri tanpa persetujuan pihak lain tidak diperbolehkan
memindahkan atau memindahkan harta bersama; Bahwa berdasarkan Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI No. 1444 k/Sip1974 tanggal 9 Nopember 1967 dan Kompilasi
hokum Islam pasal 85 dan pasal 92, maka Penggugat meminta harta bersama tersebut
dibagi menjadi 2 bagian antara Penggugat dan Tergugat;
Rosalia Madani Putri (180202082) Jadi yang dipertanyakan oleh saudara fikrul adalah
pernyataan saksi, kebenarannya harta tersebut merupakan harta gono gini yang mana akta
jual beli Dan sertifikat hak milik atas nama penggugat, berdasarkan Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI No. 1444k/Sip/1974 tanggal 9 Nopember 1967 menyebutkan
“sejak berlakunya undang-undang RI No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, harta benda
yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama sehingga pada saat terjadinya
perceraian harta bersama tersebut harus dibagi sama rata antara bekas suamiisteri; maka
seharusnya harta tersebut di bagi Sama rata Akan tetapi penggugat Dan tergugat telah
membuat perjanjian peedamaian berupa surat peryataan kedua belah pihak
Dengan adanya surat perjanjian tersebut maka penggugat Dan tergugat sudah melepaskan
harta gono gini nya teehadap anak anak nya karna perjanjian tersebut debut Tampa
adanya paksaan Dan persetujuan keduanya sehingga hukumnya dimaknai swbagai
pelepasan harta bersama lainnya secara demi hukum.
Akan tetapi ternyata surat perjanjian tersebut dibuat karena terjadinya KDRT tergugat
kepada penggugat yang disaksikan oleh saksinya kemudian penggugat melapor pada
polisi dan membatalkan Perjanjian tersebut sehingga kembali kehukum asal.
2. [6/3, 9:13 AM] Rosaliaa.mp_:
Rosalia Madani Putri (180202082) jawabanPoint penting dari putusan ini iyalah
- harta gono gini / harta bersama yg dimiliki setelah adanya pernikahan mana Kala
terjadi perceraian di bagi Sama rata
- kedua belah pihak telah membuat surat pejanjian perdamaian dalam bentuk
pernyataan dari keduanya.
- harta gono gini tersebut dinyatakan tidak di bagi rata dikarnakan keduanya telah
membuat perjanjian yg melepaskan harta gono gini tersebut untuk anak nya
dikarnakan telah setuju dalam peejanjian tersebut untuk melpas harta gono gini
tersebut untuk anak nya sehingga harta tersebut diberlakukan sebagaimana surat
perjanjian dan gugatan dimohonkan untuk ditolak oleh tergugat
- kemudian bahwa dietahui melalui kesaksian saksi dalam peristiwa perceraian dan
pembuatan perjanjian yang bertanda tangan dikarnakan tergugat melakukan KDRT
ketika membuat pernyataan tersebut dan penggugat beriktikad melindungi hak hak
anaknya akan tetapi kemudian penggugat melapor polisi dan membatalkan
perjanjiannya
- dikarnakan penggugat telah menunjukan bukti yang kuat maka perjanjian tersebut
dianggap batal
- maka harta tersebut menjadi dibagi 50% untuk masing masing pihak