Anda di halaman 1dari 10

Analisis Yurisprudensi Hukum Keluarga Islam

(Yurisprudensi Perkara-Perkara Hukum Keluarga Islam di Indonesia)


Dosen Pengampu : Hery Zarkasih SH., MH.

Disusun oleh :
Kelompok IV

Rosalia Madani Putri : 180202082


Reza Irawadi : 180202084
Ahmad Fauzan : 180202075
Muhammad Zainul Arifin : 180202093
Egis Hariandi : 180202071

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2021
A. Putusan Nomor 4498/Pdt.G/PA.JS
B. Pihak pihak yang berperkara :
PENGGUGAT KONPENSI/TERGUGAT REKONPENSI, LIM TJHUI KIE tempat dan
tanggal lahir Padang, 24 Oktober 1963, agama Islam, pekerjaan Karyawan Swasta,
Pendidikan Strata I, tempat kediaman di Jakarta Selatan sebagai Penggugat Konpensi /
Tergugat Rekonpensi ,
Melawan
TERGUGAT KONPENSI/PENGGUGAT REKONPENSI, THOMAS PHILIP DARIUS
tempat dan tanggal lahir Medan, 27 Februari 1966, agama Islam, pekerjaan Karyawan
Swasta, Pendidikan Strata I, tempat kediaman di Jakarta Selatan sebagai Tergugat
Konpensi / Penggugat Rekonpensi ;
C. Kaidah Hukum
1. Bahwa berdasarkan Kompilasi hukum Islam pasal 85 menyebutkan “adanya harta
bersama dalam perkawinan itu tidak menutup kemungkinan adanya harta milik
masing-masing suami atau isteri, serta pasal 92 menyebutkan “suami atau isteri
tanpa persetujuan pihak lain tidak diperbolehkan memindahkan atau memindahkan
harta bersama;
2. Bahwa berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 1444 k/Sip1974
tanggal 9 Nopember 1967 dan Kompilasi hokum Islam pasal 85 dan pasal 92, maka
Penggugat meminta harta bersama tersebut dibagi menjadi 2 bagian antara
Penggugat dan Tergugat;
3. pasal 6 Perjanjian Perdamaian Bersama dimaksud dan dihubungkan kepada dasar
hukum Surat Al-Maidah (Qs.5 ayat 1) dan Pasal 1338 KUHPerdata dan menyatakan
bahwa:"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.”
Pasal 1338 KUHPerdata:"Semua Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya.
D. Duduk Perkara
Bahwa Pemohon dalam surat permohonannya tanggal 17 Desember 2018 telah
mengajukan permohonan Harta Bersama, yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan
Agama, dengan Nomor 4498/Pdt.G/2018/PA.JS, tanggal 17 Desember 2018, dengan
dalil-dalil pada pokoknya sebagai berikut:
1. Bahwa pada mulanya Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri yang telah
menikah pada tanggal 14 September 1992 di Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta Pusat sebagaimana tercatat dalam Akte
Nikah No. - dan kemudian telah bercerai pada tanggal 04 Oktober 2018 berdasarkan
Keputusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan No. 46/Pdt.G/2018/PTA.JK Tanggal
30 Mei 2018 dan Akta Cerai No. 2481/AC/2018/PA.JS.
2. selama masa perkawinan, Penggugat dan Tergugat dikaruniai 2 (dua) orang anak
yang bernama:
- ANAK I PENGGUGAT DAN TERGUGAT, Laki-laki lahir di Jakarta pada
tanggal 25 Juni 1995;
- ANAK II PENGGUGAT DAN TERGUGAT, Perempuan lahir di Jakarta pada
tanggal 16 Februari 16 Februari 1999;
3. Bahwa antara Penggugat dan Tergugat selama masa perkawinan dari tahun 1992
sampai dengan perceraian tahun 2018 telah memiliki harta bersama/gono-gini
diantaranya sebagai berikut :
- 1 bidang tanah dan Bangunan yang diatas terdapat
Bangunan/rumah seluas 293 M2 berdasarkan Sertifikat Hak Milik Nomor.
- 1 Unit Mobil Merk Toyota Type Avanza Veloz warna Silver Metalik dengan
Nomor Polisi B - SBP, atas nama PENGGUGAT KONPENSI/TERGUGAT
4. Bahwa oleh karena itu, tidak perlu ada pernbagian harta bersama/gono gini antara
Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonpensi dan Tergugat Konpensi/Penggugat
Rekonpensi, karena Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonpensi telah melepaskan
haknya atas bagian harta bersama dimaksud kepada anak-anak kedua belah pihak
sesuai dengan kesepakatan yang dibuatnya bersama Tergugat Konpensi/Penggugat
Rekonpensi.
5. Bahwa Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonpensi mengajukan gugatan terhadap
harta bersama/gono-gini sebagaimana disebutkan dalam gugatannya. Tergugat
Konpensi/Penggugat Rekonpensi menyatakan memang benar dalam perceraian
antara Penggugat dengan Tergugat telah ada harta bersama/gono gini sebagaimana
yang didalilkan oleh Penggugat Konpensi/Tergugat Rekonpensi. Namun demikian
faktanya permasalahan harta bersama/qono gini ini telah diselesaikan denqan
adanya perjanjian perdamaian berupa surat pernyataan bersama antara kedua pihak.
6. Bahwa dengan telah dibuatnya Perjanjian Perdamaian Bersama dimana Penggugat
Konpensi/Tergugat Rekonpensi telah melepaskan haknya terhadap harta
bersama/gono gini kepada anak-anaknya, maka tidak ada dasar bagi Penggugat
Konpensi/Tergugat Rekonpensi untuk menuntut hal yang sama dengan mengajukan
Gugatan ini dan karenanya Tergugat Konpensi/Penggugat Rekopensi memohon
agar Gugatan ini dinyatakan tidak dapat diterima.
Pengugat Konpensi Tidak Berkwalitas atau Tidak Berkepentingan Sebagai
Penggugat.
7. Mengetahui dari keterangan saksi dan dokumen perceraian sebelumnya bahwa
tergugat melakukan KDRT ketika tergugat menyetujui surat perjanjian karena ada
peristiwa tergugat melakukan KDRT kepada pengugat, kemudian penggugat lapor
polisi lalu Penggugat minta dicabut laporannya dengan janji Penggugat sanggup
melepaskan haknya untuk anak-anak ;
E. Dasar Hukum Yang digunakan
1. Suatu perjanjian akan berlaku dan mengikat para pihak pembuatnya, apabila
memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan pasal 1320 KUH Perdata, yang berbunyi : Untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat syarat : (1) sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. (2)
kecakapan untuk membuat suatu perikatan. (3) suatu hal tertentu. (4) suatu sebab
yang halal.
2. Menimbang, bahwa syarat No.1 & 2 diatas disebut syarat subyektif, sedangkan no.3
&4 disebut syarat obyektif. Seandainya ada pihak yg melanggar syarat subyektif,
dapat dimintakan pembatalannya di pengadilan (lihat psl.1266,1267 KUHPerdata) ,
sedangkan jika syarat obyektif yg dilanggar artinya perjanjian batal demi hukum
artinya tanpa diminta pembatalannya ke Pengadilan perjanjian tersebut batal dan
tidak mempunyai kekuatan ;.
3. Bahwa berdasarkan Kompilasi hukum Islam pasal 85 menyebutkan “adanya harta
bersama dalam perkawinan itu tidak menutup kemungkinan adanya harta milik
masing-masing suami atau isteri, serta pasal 92 menyebutkan “suami atau isteri
tanpa persetujuan pihak lain tidak diperbolehkan memindahkan atau memindahkan
harta bersama;
4. Bahwa berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 1444 k/Sip1974
tanggal 9 Nopember 1967 dan Kompilasi hokum Islam pasal 85 dan pasal 92, maka
Penggugat meminta harta bersama tersebut dibagi menjadi 2 bagian antara
Penggugat dan Tergugat;
5. Karena sebelum dan saat pernikahan antara PENGUGAT dan TERGUGAT tidak
pernah ada Perjanjian Perkawinan, maka berdasarkan Pasal 119 KUHPerdata maka
“Surat Pernyataan Bersama” dimaksud BATAL demi hukum.
6. Pasal 1670 KUHPerdata, menyatakan bahwa “suatu penghibahan adalah batal, jika
dilakukan dengan membuat syarat ” Dalam “Surat Pernyataan Bersama” sangat
jelas bahwa, perceraian kedua orang tua yang menjadi syarat dari hibah yang
diberikan kepada anak, sangatlah tidak pantas, walaupun perceraian itu
diperbolehkan oleh Allah SWT.
F. Pertimbangan Hukum Hakim Mahkamah Agung.

1. bahwa Majelis Hakim berpendapat bahwa perjanjian dibawah tangan tersebut ada
cacat kehendak, karena Penggugat telah melakukan suatu perbuatan hukum
melakukan KDRT terhadap Tergugat, kemudian Tergugat melaporkan Penggugat ke
Polisi dan Penggugat meminta Tergugat mencabut laporan tersebut kemudian
terbitlah Surat Pernyataan Bersama , dimana kehendak Penggugat terbentuk secara
tidak sempurna ;
2. Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi yang diajukan oleh Tergugat
menyatakan bahwa Bahwa saksi ikut menandatangani surat pernyataan bersama
antara Penggugat dan Tergugat yang isinya Penggugat sanggup melepaskan haknya
untuk anak-anak. Bahwa saat itu kejadiannya Penggugat melakukan KDRT kepada
Tergugat, kemudian Tergugat lapor polisi lalu Penggugat minta dicabut laporannya
dengan janji Penggugat sanggup melepaskan haknya untuk anak-anak ;
3. Menimbang bahwa terhadap objek harta bersama ini, Majelis Hakim akan
mempertimbangkan sebagai berikut :
4. Menimbang, bahwa yang menjadi permasalahan dalam perkara ini adalah karena
Penggugat telah melepaskan haknya dalam kaitan harta bersama untuk anak-
anaknya sebagaimana tertuang dalam Surat Pernyataan Bersama, sehingga Tergugat
mendalilkan bahwa Penggugat tidak bisa menuntut pembagian harta bersama ini
karena bagian Penggugat sudah diberkan kepada anak-anaknya
5. Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.9 / T.2 Penggugat dan Tergugat telah
membuat Surat Pernyataan Bersama dibawah tangan tertanggal 2 Nopember 2008
yang isinya pada poin 6 : Bahwa PIHAK PERTAMA setuju untuk melepaskan ha
katas harta gono gini dari harta bersama pada poin 3 dan menghibahkan kepada
anak-anak dan atau diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan anakanak hingga
dewasa apabila terjadi perceraian (tanpa PARA PIHAK melepaskan kewajiban
sebagai orang tua terhadap anak-anak), akan tetapi kemudian pada tanggal 10
Oktober 2018 Surat Pernyataan Bersama tersebut dicabut oleh Penggugat, dengan
alasan karena Tergugat telah mengajukan Gugat cerai terhadap Penggugat
6. Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan pasal 97 Kompilasi Hukum Islam
dinyatakan “Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta
bersama sepanjang tidak ditentukan dalam perjanjian perkawinan”.
7. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka unsur-unsur
yang harus terpenuhi sebagai harta bersama adalah :
- Diperoleh selama dalam ikatan perkawinan.
- Baik yang diperoleh suami atau isteri secara pribadi, maupun sebagai usaha-
usaha bersama.
8. Menimbang, bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka harta bersama tidak
melihat atas nama siapa harta terdaftar dan siapa yang mencari dan bukan faktor yang
menggugurkan keabsahan suatu harta menjadi obyek harta bersama asalkan harta
tersebut dapat dibuktikan dan diperoleh selama dalam perkawinan. Serta
pembiayaannya berasal dari harta bersama sehingga harta tersebut termasuk obyek
harta bersama sebagaimana Yurisprudensi No.808 K./Sip.1974 tanggal 30 Juli
1974;Menimbang, bahwa dalam kepemilikan suatu tanah/rumah dibuktikan dengan
sertifikat dan dalam perkara aquo benda yang dituntut oleh Penggugat sertifikatnya
atas nama Tergugat, namun Majelis Hakim menilai bahwa tidak melihat sertifikat
tersebut tertulis atas nama siapa sebagaimana Yurisprudensi No.808 K./Sip.1974
tanggal 30 Juli 1974, tetapi dilihat darimana uang tersebut berasal untuk pembelian
tanah/rumah tersebut;
7. Gugatan tersebut diterima oleh Pengadilan dan menganggap surat perjanjian tersebut
di nafikan dan hara bersama dibagi menadi 50% milik pengguga dan 50% milik
Tergugat sesuai dengan Kompilasi hukum Islam pasal 85 menyebutkan “adanya
harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup kemungkinan adanya harta
milik masing-masing suami atau isteri, serta pasal 92 menyebutkan “suami atau
isteri tanpa persetujuan pihak lain tidak diperbolehkan memindahkan atau
memindahkan harta bersama;
G. Amar Putusan Mahkama Agung
Menimbang, bahwa terbukti Penggugat dan Tergugat membeli 1 bidang tanah dan
Bangunan yang diatas terdapat Bangunan/rumah seluas 293 M2 berdasarkan
Sertifikat Hak Milik Nomor. - yang terletak di Jakarta Selatan atas Nama
TERGUGAT KONPENSI/PENGGUGAT REKONPENSI dan 1 Unit Mobil Merk
Toyota Type Avanza Veloz warna Silver Metalik dengan Nomor Polisi B - SBP,
atas nama PENGGUGAT KONPENSI/TERGUGAT REKONPENSI dimana saat itu
Penggugat dan Tergugat masih terikat dalam perkawinan yang sah ; Menimbang.
Bahwa oleh karenanya Majelis hakim berpendapat Penggugat dapat membuktikan
dalil-dalil gugatannya, maka Majelis hakim berpendapat gugatan Penggugat dapat
dikabulkan :
1. Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 1
tahun 1974 tentang perkawinan Jo Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, oleh karena
perkawinan telah putus akibat perceraian, maka Penggugat selaku mantan istri dan
Tergugat selaku mantan suami masing-masing berhak mendapat seperdua dari harta
bersama tersebut. Menimbang bahwa mengenai pembagian harta bersama yang
merupakan hasil usaha bersama suami istri maupun yang diperoleh sendiri - sendiri
dalam masa perkawinan, maka Allah SWT telah memberikan petunjuk- Nya dalam
al-Qur’an Surat Al-Nisa’ ayat 32
2. Menimbang bahwa oleh karena Penggugat yang menguasai harta bersama
dimaksud, maka sesuai maksud Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, Penggugat harus
dihukum untuk menyerahkan 50% dari harta bersama tersebut kepada Penggugat,
apabila tidak dapat dibagi secara natura maka diperintahkan untuk dijual lelang dan
hasilnya dibagi dua antara Penggugat dan Tergugat ;
3. Menimbang, bahwa dalam gugat Rekonpensinya Penggugat Rekonpensi menuntut
Tergugat Rekonpensi untuk membayar uang tunai kepada Penggugat Rekonpensi
sebagai nafkah anak dan nafkah istri sebesar total sebesar Rp.20.000.000,- dengan
perincian sebagai berikut:
a. Nafkah mantan istri • Rp.
80.000.000,
b. Nafkah anak - Rp.

25.000.000,
Total -
•105.000.00
0,00
H. Pendapa Kelompok tentang putusan
Pendapat saya putusan yang telah ditetapkan oleh hakim merupakan putusan yang
tepat saya berendapat demikian karena jika dilihat dari kronologis kasus yang mana
memang benar kedua pihak telah menandatangani surat perjanjian sehingga pada sidang
awal hakim menetapkan harta tersebut merupakan harta gono gini yang dalam perjanjian
diberikan kepada anak mereka, akan tetapi saksi ikut menandatangani surat pernyataan
bersama antara Penggugat dan Tergugat yang isinya Penggugat sanggup melepaskan
haknya untuk anak-anak. Bahwa saat itu kejadiannya Penggugat melakukan KDRT
kepada Tergugat, sedangkan dalam ketentuan pasal 1320 KUH Perdata, yang berbunyi :
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat : (1) sepakat mereka yang
mengikatkan dirinya. (2) kecakapan untuk membuat suatu perikatan. (3) suatu hal
tertentu. (4) suatu sebab yang halal. Menimbang, bahwa syarat No.1 & 2 diatas disebut
syarat subyektif, sedangkan no.3 &4 disebut syarat obyektif. Seandainya ada pihak yg
melanggar syarat subyektif, dapat dimintakan pembatalannya di pengadilan (lihat
psl.1266,1267 KUHPerdata), dari ketentuan tersebut dan keputusan pengadilan
menyatakan surat perjanjian tersebut batala maka selanjutnya harta bersama yang
meeka dapatkan ketika menjalin hubungan suami isteri harus dibagi sama rata
kepada penggugat dan tergugat Bahwa berdasarkan Kompilasi hukum Islam pasal 85
menyebutkan “adanya harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup
kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami atau isteri, serta pasal 92
menyebutkan “suami atau isteri tanpa persetujuan pihak lain tidak diperbolehkan
memindahkan atau memindahkan harta bersama; Bahwa berdasarkan Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI No. 1444 k/Sip1974 tanggal 9 Nopember 1967 dan Kompilasi
hokum Islam pasal 85 dan pasal 92, maka Penggugat meminta harta bersama tersebut
dibagi menjadi 2 bagian antara Penggugat dan Tergugat;

I. Sesi Tanya Jawab


Pertanyaan :
1. [6/3, 8:32 AM] Fikrul: Izin bertanya kepada klpk 4

Nama : Ahmad Fikrul Islam (180202074)


Salam kasus terkait harta gono gini yang menjadi persoalan saksi disana tidak
mengetahui pemilik asli atas harta yang diperkarakan tersebut pada hlmn 19 bisa
dijelaskan maksud dari kata tersebut
2. [6/3, 8:38 AM] Wire: Izin bertanya ke klpok 4

Wire sentane (180202105).


Terkait dengn yuris yg kelompok 4 ambil pertimbang2 majlis hkim dalam memutuskan
perkara diatas terkait harta gono gini, apa sajakah faktor poin penting serta dasar hukum
yg menjadi pertimbngn majlis hkim dlm memutuskan perkara tersebut?
Jawaban :
1. [6/3, 9:01 AM] Rosaliaa.mp_:

Rosalia Madani Putri (180202082) Jadi yang dipertanyakan oleh saudara fikrul adalah
pernyataan saksi, kebenarannya harta tersebut merupakan harta gono gini yang mana akta
jual beli Dan sertifikat hak milik atas nama penggugat, berdasarkan Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI No. 1444k/Sip/1974 tanggal 9 Nopember 1967 menyebutkan
“sejak berlakunya undang-undang RI No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, harta benda
yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama sehingga pada saat terjadinya
perceraian harta bersama tersebut harus dibagi sama rata antara bekas suamiisteri; maka
seharusnya harta tersebut di bagi Sama rata Akan tetapi penggugat Dan tergugat telah
membuat perjanjian peedamaian berupa surat peryataan kedua belah pihak
Dengan adanya surat perjanjian tersebut maka penggugat Dan tergugat sudah melepaskan
harta gono gini nya teehadap anak anak nya karna perjanjian tersebut debut Tampa
adanya paksaan Dan persetujuan keduanya sehingga hukumnya dimaknai swbagai
pelepasan harta bersama lainnya secara demi hukum.
Akan tetapi ternyata surat perjanjian tersebut dibuat karena terjadinya KDRT tergugat
kepada penggugat yang disaksikan oleh saksinya kemudian penggugat melapor pada
polisi dan membatalkan Perjanjian tersebut sehingga kembali kehukum asal.
2. [6/3, 9:13 AM] Rosaliaa.mp_:

Rosalia Madani Putri (180202082) jawabanPoint penting dari putusan ini iyalah

- harta gono gini / harta bersama yg dimiliki setelah adanya pernikahan mana Kala
terjadi perceraian di bagi Sama rata

- kedua belah pihak telah membuat surat pejanjian perdamaian dalam bentuk
pernyataan dari keduanya.

- harta gono gini tersebut dinyatakan tidak di bagi rata dikarnakan keduanya telah
membuat perjanjian yg melepaskan harta gono gini tersebut untuk anak nya
dikarnakan telah setuju dalam peejanjian tersebut untuk melpas harta gono gini
tersebut untuk anak nya sehingga harta tersebut diberlakukan sebagaimana surat
perjanjian dan gugatan dimohonkan untuk ditolak oleh tergugat

- kemudian bahwa dietahui melalui kesaksian saksi dalam peristiwa perceraian dan
pembuatan perjanjian yang bertanda tangan dikarnakan tergugat melakukan KDRT
ketika membuat pernyataan tersebut dan penggugat beriktikad melindungi hak hak
anaknya akan tetapi kemudian penggugat melapor polisi dan membatalkan
perjanjiannya

- dikarnakan penggugat telah menunjukan bukti yang kuat maka perjanjian tersebut
dianggap batal

- maka harta tersebut menjadi dibagi 50% untuk masing masing pihak

Anda mungkin juga menyukai