Anda di halaman 1dari 17

A.

Analisis Yuridis Terkait Cerai Talak Ghaib

B. Latar Belakang

Perkawinan adalah suatu ikatan batin antara laki-laki dan perempuan sebagai
suami istri yang memiliki tujuan berupa membentuk keluarga yang bahagia, harmonis
dan juga memiliki kelanggengan. Setiap pernikahan pasti memiliki tujuan dalam setiap
pernikahan jika ikatan rumah tangga sepasang suami istri sudah kokoh jangan sampai di
rusak atau di anggap remeh karena segala upaya yang meremehkan sebuah ikatan rumah
tangga apalagi sampai hubungan suami istri itu melemah akan sangat di benci oleh Allah,
karena merusak kebaikan dan menghilangkan kemaslahatan di dalam rumah tangga
dalam membangun rumah tangga yang harmonis bukanlah sesuatu hal yang mudah yang
pertama, suami istri harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang nilai-nilai, standar
etika yang benar dan pada waktu yang bersamaan harus siap untuk menghadapi segala
permasalahan yang akan datang. Banyak tantangan yang tidak jarang menyebabkan
rumah tangga antara suami dan istri menjadi retak dan tidak jarang pula sebuah keluarga
yang terbentuk dari awal harmonis tetapi di tengah jalan mengalami keretakan bahkan
perceraian karena berbagai alasan.

Perceraian adalah sebuah istilah hukum yang digunakan dalam suatu hubungan
pernikahan untuk menggambarkan berpisahnya sepasang suami istri yang sebelumnya
telah membangun sebuah rumah tangga. Perceraian juga memiliki makna yakni solusi
akhir untuk menyelesaikan konflik keluarga, sah dan sempurnanya suatu akad bagi kedua
calon mempelai untuk mendapatkan kan hak dan kewajiban tertentu yang harus mereka
laksanakan sebagai sepasang suami istri tentunya untuk mencapai tujuan sebuah
pernikahan dan setiap keluarga pasti akan menghadapi permasalahan. Jika masalah
diselesaikan dengan kepala dingin dan bijak maka tidak akan menjadi masalah dan
sebaliknya jika masalah tidak dapat diselesaikan maka solusi akhir yang diambil adalah
perceraian. Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis riwayat Abu Dawud No. 1863

‫ْيٍد َح َّد َث نا ُُم َّم ُد بُن َخ الٍد َعْن ُم ع رِف بِن َو اِصٍل َعْن ُُم ارِب بِن ِد ََثٍر َع ْن ابِن عَم َر َعْن الن ِب َص لى ُهللا َعليِه َو َس لَم قاَل‬
‫أْب غُض اْْلالِل إََل هِللا َت َعاََل الطال ُق‬
“kami (Abu Dawud) mendapatkan cerita dari Kasir bin Ubaid; Kasir bin Ubaid
diceritakan oleh Muhammad bin Khalid dari Muhammad bin Khalid dari Mu,arraf bin
Whasil dari Muharib bin Ditsar; dari Ibnu Umar dari Nabi Muhammad SAW yang
bersabda “Perkara halal yang paling dibenci Allah adalah perceraian”

Hadis diatas dapat dijadikan sebagai dasar oleh seorang istri ketika ingin memutuskan
untuk mengajukan perceraian tetapi hanya dalam situasi yang terpaksa dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah rumah tangga yang dialami setelah berbagai upaya telah
dilakukan untuk mempertahankan pernikahan karena jika di pertahankan khawatir akan
menimbulkan banyak mudharat bagi suami maupun istri ketika seorang suami tidak di
ketahui keberadaannya oleh sang istri dalam jangka waktu yang lama. Pengadilan agama
menyebutnya sebagai perkara ghaib, karena jika keberadaannya tidak diketahui di dalam
maupun di luar wilayah sekitar atau Indonesia.

Perceraian ghaib ialah tidak diketahuinya keberadaan suami atau istri dalam jangka
waktu yang lama. Sebagaimana yang terdapat Dalam pasal 1 Undang-Undang No.1
Tahun 19741 menegaskan bahwa “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan wanita sebagai suami istri yang bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal”. Dan dalam KHI yang berhubungan dengan suami
hilang (ghaib) diatur pada Pasal 116 Point b yang menyatakan bahwa “ salah satu pihak
meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak ;ain tanpa alasan
yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya 2” Dari pasal-pasal tersebut
seharusnya dapat diketahui bahwa dalam membangun sebuah rumah tangga masing-
masing dari suami istri hendaknya berusaha sekuat tenaga dalam menjaga keutuhan
rumah tangga.

Salah satu yang menjadi contoh kasus yang sekaligus menjadi bahan analisis penulis
adalah kasus cerai talak ghaib yang diputuskan oleh hakim pada Pengadilan Agama
kabupaten Dompu, dalam kasus ini penggugat (istri) mengajukan permohonan kepada
Pengadilan Agama kabupaten Dompu. Mulanya pernikahan ini berlangsung harmonis
dan dikaruniai seorang anak laki-laki hingga pada pertengahan tahun 2015 si tergugat
(suami) pergi dari rumah dengan alasan pulang ke kampung halamannya yaitu di Utan
1
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1
2
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 116 Point b
Sumbawa Besar lalu dalam rentan tahun 2015 sampai 2016 tergugat tidak pernah saling
kabar dengan penggugat (istri) dan anaknya, penggugat sempat mencari kabar tentang
tergugat (suami) kepada kerabat kerabatnya namun penggugat (istri) tidak kunjung
mendapatkan informasi terkait tergugat (suami). Sehingga pada pertengahan tahun 2017
penggugat (istri) terlebih dahulu meminta izin kepada atasannya untuk melayangkan surat
gugatan cerai karena dia adalah seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) lalu setelah
penggugat (istri) mendapat izin dari atasan pejabat sesuai dengan PP Nomor 10 Tahun
1983 Tentang izin perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil, setelah
mendapat surat izin maka penggugat (istri) melayangkan surat permohonan cerai ke
Pengadilan Agama Dompu, setelah berkali-kali pengadilan mengirimkan surat kepada
tergugat dengan alamat yang diberi oleh penggugat namun surat itu pulang dengan tangan
kosong dan menurut informasi dari penduduk setempat tinggal (tergugat) tidak ada orang
yang bernama tergugat ini dan kemudian pada sekitaran tahun 2018 akhirnya hakim
Pengadilan Agama Kabupaten Dompu mengetuk paklu dan mengabulkan permohonan
Cerai dari Tergugat dan Menurut Mata Hukum maka penggugat (istri) dengan
tergugat(suami) sudah dianggap berpisah atau bercerai.

Terkait dengan kasus yang disampaikan di atas maka terdapat suatu hal yang menarik
untuk di kaji yakni hubungan dengan kewajiban seorang suami terhadap istri dan anak
sewaktu suami menghilang tanpa kabar. Menurut hukum islam maupun hukum positif di
Indonesia setelah terjadinya perceraian maka tidak hilang kewajiban seorang suami
terhadap istri dan anaknya dan suami harus tetap memenuhi kewajibannya kepada istri
sampai masa iddahnya selesai dan tetap harus memberi nafkah kepada anaknya dan
menjadi permasalahan yang terjadi dalam kasus cerai ghaib ini yakni bagaimana hak dari
seorang istri dan anak yang melakukan perceraian gaib juga akibat hukum bagi suami
yang tidak melakukan kewajibannya. Dan berdasarkan uraian diatas maka timbul
pertanyaan mengenai bagaimana hak kewajiban dari suami oleh istri dan anak dalam
perkara cerai gaib serta bagaimana tindakan hukum dalam pemenuhan hak nafkah anak
akibat cerai ghaib. dengan uraian kasus di atas peneliti tertarik untuk membahas
permasalahan tersebut dengan mengangkat judul yaitu “ Analisi Yuridis Terkait
Masalah Cerai Talah Ghaib”
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa latar belakang pada masalah diatas, maka dapat disimpulkan
rumusan masalah sebagai berikut
1. Bagaimana hak dan kewajiban dari suami oleh istri dan anak dalam perkara cerai
ghaib?
2. Bagaimana tidakan hukum dalam pemenuhan hak nafkah anak akibat cerai ghaib?
3. Bagaimana status hukum bagi istri yang ditinggalkan oleh suaminya dalam waktu
yang sangat lama tanpa alasan yang jelas?
D. Tujuan Penelitian Dan Signifikansi Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini akan di jelaskan dalam tujuan dan
manfaat penelitian di bawah ini :
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui
a. Hak dan kewajiban dari suami untuk istri dan anak dalam perkara cerai ghaib!
b. Tindakan hukum dalam pemenuhan hak nafkah anak akibat cerai ghaib!
c. Status hukum bagi istri yang ditinggalkan oleh suaminya dalam waktu yang lama
tanpa alasan yang jelas!
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diinginkan dapat memberikan manfaat untuk peneliti berikutnya dalam
menemukan hal hal yang baru baik secara teoritis maupun praktik.
a. Secara Teoritis
Penelitian ini sebagai upaya untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman
agar dapat memberikan pengetahuan untuk para sarjana hukum keluarga islam
khususnya tentang perceraian.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai acuan yang dapat memberikan
informasi tentang perceraian ghaib,

E. Tinjauan Pustaka
Beberapa literatur dan referensi yang diambil dari penelitian sebelumnya yang berkaitan
dengan topik penelitian ini adalah
1. Skripsi yang di tulis oleh Rifqi Munadi “ Analisa Yuridis Akibat Hukum Perceraian
Ghoib Dalam Pandangan Hukum Islam Dan Undang-Undang Perkawinan (Studi Pada
Putusan Nomor: 130/Pdt.G/2013/Pa.MTR)3” Rifqi Munadi menyampaikan bahwa
tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim pada
Pengadilan Agama Mataran terhadap perceraian ghaib terhadap putusan Nomor :
130/Pdt.G/2013/PA.MTR.
Adapun yang menjadi persamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rifki
Munadi ialah sama sama menggunakan jenis penelitian normatif kualitatif sedangkan
yang menjadi perbedaan adalah penelitian yang dilakukan oleh Rifqi Munadi ialah
analisa yuridis terkait nomor perkara sementara penelitian ini menitik beratkan pada
cerai talak ghaib secara analisis yuridis saja.
2. Skripsi yang ditulis oleh Zikri Hidayat “ Problematika Penggunaan Media Massa
Dalam Pemanggilan Perkara Cerai Ghaib Di Era Digital 4“ Zikri Hidayat
menyampaikan bahwa tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui dan
memahami problematika penggunaan media massa dalam perkara cerai ghaib di era
digital.
Adapun yang menjadi persamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Zikri
Hidayat ialah sama-sama membahas terkait perceraian ghaib. sedangkan yang
menjadi perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Zikri Hidayat ialah terletak pada
manfaat penelitian, Zikri Hidayat tidak menulis manfaat pada Penelitian
3. Skripsi yang ditulis oleh Siska Oktriani “Dasar Pertimbangan Hakim Dalam
Memberikan Putusan Perceraian Ghaib Di Pengadilan Agama Palembang 5” Siska
Oktriani menyampaikan bahwa tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui
dan menganalisis dasar pertimbangan majelis hakim terhadap putusan perceraian

3
Rifqi Munadi, “Analisa Yuridis Akibat Hukum Perceraian Ghaib Dalam Pandangan Hukum Islam Dan Unsang-
Undang Perkawinan”, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Mataram, 2021
4
Zikri Hidayat, “ Problematika Penggunaan Media Massa Dalam Pemanggilan Perkara Cerai Ghaib Di Era
Digital” Skripsi, Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2022
5
Siska Oktriani, “Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Memberikan Putusan Perceraian Ghaib Di Pengadilan
Agama Palembang” Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang, 2020
ghaib di Peradilan Agama Palembang dan untuk menganalisis kekuatan putusan
perceraian ghaib di pengadilan Agama Palembang.
Adapun yang menjadi persamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Siska
Oktriani ialah sama sama memperoleh data primer melalui wawancara dengan pihak
berperkara cerai ghaib. Sedangkan yang menjadi perbedaan penelitian yang dilakukan
oleh Siska Oktriani ialah terletak pada penelitian hukum yang di mana Siska Oktriani
Menggunakan Penelitian Hukum Sosiologis.
4. Skripsi yang ditulis oleh Siti Khodijah “ Tinjauan Hukum Terhadap Cerai Gugat
Ghaib6”. Siti Khodijah Menyampaikan bahwa tujuan dari penelitiannya adalah untuk
menjelaskan pandangan hukum islam terhadap status dan sikap seorang istri yang
seharusnya ketika suami meninggalkannya dan tak kunjung kembali.
Adapun yang menjadi persamaan dengan penelitian yang ditulis oleh Siti Khodijah
ialah sama sama menggunakan pendekatan kualitatif dan termasuk ke dalam jenis
penelitian lapangan (field research). Sedangkan yang menjadi perbedaan penelitian
yang dilakukan oleh Siti Khodijah ialah terletak pada mebahasan penerapan cerai
gugat ghaib di pengadilan agama Yogyakarta.
5. Jurnal yang di tulis oleh Ahmad Dahlan, Riska Purnamasari, Masyhari dan Sitti Nur
Suraya Ishak “ Perceraian Gugat Ghoib Dalam Perspektif Hukum Islam (Analisis
Cerai Gugat Ghaib Tahun 2021 Di Pengadilan Agama Sumber Kelas 1A) 7”. Jurnal ini
mengemukakan bahwa pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara cerai gugat
(ghaib) menggunakan dasar hukum pasal 19 huruf (b) Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 1975 jo, serta pasal 116 huruf (6) Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Adapun yang menjadi persamaan dalam jurnal ilmiah yang ditulis oleh Ahmad
Dahlan, Riska Purnama Sari, Masyhari dan Sitti Nur Suraya Ishak ialah sama sama
membahas tentang cerai ghaib perspektif hukum islam. Sedangkan perbedaannya
ialah terletak pada rumusan masalah, jurnal ilmiah yang ditulis oleh Ahmad Dahlan
DKK tidak mencantumkan Rumusan Masalah Setelah Latar Belakang.

6
Siti Khodijah, “ Tinjauan Hukum Terhadap Cerai Gugat Ghaib” Skripsi, Fakultas Syari’ah Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2020
7
Ahmad Dahlan, Riska Purnamasari, Masyhari dan Sitti Nur Suraya Ishak, “ Perceraian Ghoib Dalam Perspektif
Hukum Islam (Analisis Cerai Gugat Ghaib Tahun 2021 Di Pengailan Agama Sumber Kelas 1A)” Jurnal Hukum
Islam Dan Pranata Sosial, Institut Agama Islam Cirebon, 2021
6. Jurnal yang ditulis oleh Rd. Singgih Hasanul Baluqia dan Puti Priyana “
Pertimbangan Hakim Terhadap Perkara Cerai Gugat Suami Ghaib Dan Akibat
Hukumnya Di Pengadilan Agama Karawang8”. Jurnal ini mengemukakan bahwa
dasar dalam putusan hakim perkara cerai gugat dengan suami ghaib menjadi dasar
pertimbangan hakim adalah ketidakhadiran tergugat yang tidak diketahui
keberadaannya, yaitu masa tunggu atau iddah bagi penggugat di tetapkan sekurang
kurangnya 90 hari terhitung sejak putusan mempunyai kekuatan hukum tetap
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 jo. dan pasal 153 ayat (4) KHI.
Adapun yang menjadi persamaan dalam jurnal ilmiah yang ditulis oleh Rd.
Singgih Hasanul Baluqia dan Puti Priyana ialah sama sama membahas terkait cerai
ghaib menurut perspektif islam dan hukum positif. Sedangkan perbedaan terletak
pada metode pendekatan yang dimana Rs. Singgih Hasanul Baluqia dan Puti Priyana
menggunakan pendekatan yuridis normatif.
7. Jurnal yang ditulis oleh Arvito Rifqi Pratama dan Riyadi “ Pengaturan Dan Akibat
Hukum Cerai Ghaib9”. Jurnal ini mengemukakan bahwa sidang perceraian ghaib
hanyalah berlaku untuk perceraian agama islam untuk situasi dimana tergugat tidak
diketahui alamat atau keberadaannya, terdapat hal yang menjadi syarat mutlak dengan
mengajukan surat gugatan cerai ghaib yaitu dengan melampirkan surat keterangan
ghaib yang di keluarkan oleh lurah di alamat terdahulu tergugat.
Adapun yang menjadi persamaan dalam jurnal ilmiah yang ditulis oleh Arvito
Rifqi Dan Riyadi ialah sama sama membahas tentang cerai ghaib menurut undang-
undang. Sedangkan perbedaannya terletak pada sifat penelitian yang di mana Arvito
Rifqi dan Riyadi menggunakan penelitian hukum normatif yang bersifat preskriptif.
F. Kerangka Teori
1. Pengertian perceraian
Terputusnya sebuah perwainan antara sepasang suami istri biasa di sebut dengan
perceraian. Perceraian berasal dari kata “cerai” yang menurut bahasa adalah “pisah”

8
Rd.Singgih Hasanul Baqia dan Puti Priyana, “ Pertimbangan Hakim Terhadap Perkara Cerai Gugat Suami Ghaib
Dan Akibat Hukumnya Di Pengadilan Agama Karawang”, Jurna Ilmiah Fakultas Hukum Universitas
Singaperbangsa Karawang, 2021.
9
Arvito Rifqi Dan Riyadi, “ Pengaturan Dan Akibat Hukum Cerai Ghaib”, Jurnal Hukum Acara Universitas Sebelas
Maret, 2021.
atau “talak”10. Sedangkan perceraian di dalam istilah fiqih di sebut dengan “talak”
atau “firqah”11. Talak diambil dari bahasa arab yaitu ‫ال‬KK‫ االس‬:‫االق‬KK‫ األط‬yang berarti
melepaskan, meninggalkan atau melepaskan ikatan perkawinan 12. Lafaz itlaq
(melepaskan) di gunakan pada meleraikan sebuah ikatan perkawinan atau meleraikan
akad perkawinan dengan lafaz talak dan sebagainya yaitu merombak ikatan
perkawinan pada keadaan segera pada masa yang akan datang dengan lafaz khusus 13.
Sedangkan talak menurut istilah adalah melepaskan suatu ikatan perkawinan atau
putusnya sebuah hubungan suami istri dengan mengucapkan secara sadar dan
sukarela ucapan talak kepada istrinya, dengan kata-kata yang jelas atau dengan
sindiran.

Di dalam al-qur’an memang tidak terdapat ayat-ayat yang melarang


eksistensi perceraian ini, sedangkan untuk perkawinan terdapat beberapa ayat
yang memerintahkan melakukannya, meskipun banyak ayat al-Qur’an yang
mengatur talak tetapi hanya sekedar mengatur apabila talak itu terjadi walaupun
dalam bentuk suruhan atau larangan.

Walaupun tidak terdapat ayat al -Qur’an yang memerintahkan atau


melarang melakukan talak yang mempunyai arti hukum mubah, namun talak
termasuk ke dalam perbuatan tidak di senangi oleh Nabi, hal ini mengandung arti
perceraian bahwa hukumnya adalah makruh. Adapun tidak kesenangan Nabi
kepada perceraian itu terdapat dalam hadis Ibnu Umar, menurut riwayat Abu
Daud, Ibnu Majah dan disahkan oleh Hakim, sabda Nabi:

‫َابءَغُض اْلَح لِل الَّلِة َتعا َ َلى الطالق‬

“Perbuatan halal yang paling di benci Allah adalah Talak”. (H.R. Abu Daud)14

Dalam kompilasi hukum islam (KHI) pasal 117 talak diartikan sebagai
ikrar seorang suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu
10
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), Cet. Pertama, 163
11
Ahmad Syaibi, Kamus An-Nur (Surabaya: Halim Jaya, 2002), 186
12
Wahbah Zuhaili , Fiqh dan Perundangan Islam, Terjemahan Ahmad Syed Hussain Dewan Bahasa dan Pustaka, Jil.
Vii, Selangor, 2001), 579
13
Ibid, 579
14
Abu Dawud, Sunan Abi Daud, juz 2, (beriut:Daar al-Kutub, 1996), 1863
sebab putusnya ikatan suatu pernikahan, dengan cara sebagaimana yang dimaksud
pada pasal 129,130 dan 131.15 Istilah perceraian juga terdapat dalam pasal 38
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang berisi ketentuan bahwa perkawinan
dapat putus karena kematian, perceraian dan atas putusan pengadilan.

2. Cerai ghaib
Cerai ghaib disebut juga dengan cerai mafqud, mafqud dalam bahasa Arab
bermakna hilang. Sedangkan, mafqud menurut istilah syara’ adalah orang yang
pergi dari tempat tinggalnya dan tidak diketahui keberadaannya dan apakah dia
masih hidup ataukah telah meninggal dunia16. Dalam hukum islam adanya fasakh
karena suami ghaib (mafqud), yaitu suami meninggalkan rumah dan tidak
diketahui kabarnya, serta tempat tinggalnya dalam waktu yang lama. Hal ini tentu
saja menyulitkan kehidupan istri yang ditinggalkan, juga apabila suami tidak
meninggalkan suatu nafkah bagi kehidupan istri serta anak-anaknya17.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang di


maksud dengan cerai ghaib (cerai mafqud) menurut hukum islam adalah
perceraian yang dimana salah salah satu pihak sudah lama pergi meninggalkan
rumah dan tidak diketahui domisilinya serta tidak juga di ketahui hidup dan
matinya. Dalam hal ini seorang hakim dengan yakin dapat menetapkan
mafqudnya seorang itu dengan berbagai pendapat yang di yakini sebagai dasar
dan landasan dalam menetapkan orang tersebut masih hidup ataukan sudah
meninggal.

Menurut istilah mafqud bisa di artikan sebagai al-ghoib. Kata ini secara
bahasa memiliki arti ghaib, tidak hadir, bersembunyi dan hilang, dalam hal ini
kata hilang dapat diartikan menjadi dua macam, yaitu:
1) Hilang yang tidak terputus karena diketahui tempatnya dan ada berita atau
informasi tentangnya.

15
Kompilasi Hukum Islam Pasal 117
16
Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 214
17
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perkawinan Islam (Perspektif Fikih dan Hukum Positif), (Yogyakarta:UII Press,
2011), 143.
2) Hilang yang terputus, yaitu yang sama sekali tidak diketahui keberadaannya
serta tidak ditemukan informasi tentangnya.18
3. Sebab Terjadinya Cerai Ghaib
Putusnya perkawinan di dalam UUP dan KHI adalah karena perceraian,
perceraian merupakan sebab terjadinya putusnya perkawinan dan dapat timbul
karena beberapa faktor, di antaranya adalah karena salah satu pihak meninggalkan
pasangannya selama kurun waktu 2 tahun berturut-turut, tanpa adanya kabar dan
tidak diketahui keberadaannya serta tidak dilakukan upaya pemanggilan melalui
papan pengumuman Pengadilan Agama dan di siarkan dalam surat kabar. 19
Berdasarkan beberapa ketentuan diatas, maka terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya perceraian ghaib, yaitu:
1) Tanpa sebab pergi meninggalkan salah satu pihak.
2) Terjadinya pertengkaran dam perselisihan secara terus menerus sehingga
memicu kekerasan dalam rumah tangga.
3) Hadirnya orang ketiga di dalam rumah tangga yang menyebabkan terjadinya
perselingkuhan oleh suami dan istri.
4) Faktor lemahnya ekonomi sehingga tidak terpenuhinya nafkah dalam rumah
tangga.
5) Salah satu pihak pecandu narkoba.
4. Pengaturan Hukum Cerai Ghaib
Cerai ghaib memiliki ketentuan dan ketetapan aturan dasar secara
menyeluruh, perceraian ghaib ini berbeda dengan perceraian biasa, berikut
beberapa ketentuan khusus yang mengatur mengenai cerai ghaib yang terdapat di
Indonesia. Dasar hukum cerai ghaib :
1) Herzien Indlandsch Reglement (HIR) (S.1941-44)
2) Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Peradilan Agama sebagaimana
telah diubah dengan undang-undang No. 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang
No.50 Tahun 2009

18
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penterjema/Penafsir Al-Quran,
1973), 304
19
Dr. Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana 2017), hal 150
3) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
4) Instruksi Presiden No.1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi
Hukum Islam.
Proses penyelesaian perkara cerai ghaib di dasarkan pada Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974. Sesuai ketentuan dalam pasar 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1975 Perceraian dapat terjadi karena salah satu pihak meninggalkan yang lain
selama dua tahun berturut-turut tanpa izin dari pihak lain dan tanpa alasan yang
sah atau karena hal lain di luar kemampuan.20

Hal ini juga diatur dalam pasal 45 KHI tentang talik talak yang menyebutkan ,
bahwa kedua calon mempelai dapat mengadakan perjanjian perkawinan dalam
bentuk taklik talak dan perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum
islam. dalam rumusan yang terdapat dalam talik talak disebutkan bahwa istri
dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama apabila suami
meninggalkan istri selama 2 tahun berturut-turut. Dalam hal ini, dapat di lihat
bahwa perceraian dapat terjadi dikarenakan salah satu pihak meninggalkan pihak
lain selama waktu yang telah di tentukan dan tidak diketahui keberadaannya maka
hakim dapat membuat putusan. Dalam pandangan hukum islam dianjurkan untuk
seorang suami untuk mengajukan cerai talak di Pengadilan seperti yang tertuang
dalam Kompilasi Hukum Islam yang berhubungan dengan istri hilang
(mafqud/ghoib) pada pasal 116poin b yang menyatakan bahwa “salah satu pihak
meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin dari pihak
lain juga danpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuan”.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan secara
bertahap mulai dari penentuan topik, pengumpulan data serta menganalisis data,
sehingga memperoleh suatu pemahaman dan pengertian terkait topik, gejala dan

20
Uswatun Hasanah, “Proses Penyelesaian Perkara Cerai Ghaib Di Pengadilan Agama”, majalah keadilan, Volume
18, nomor 2 desember 2018, 11.
isu tertentu.21 Dalam penelitian ini peneliti memperoleh dari penelitian langsung
dan juga memperoleh informasi dari beberapa literatur. Mengenai langkah-
langkah tersebut yaitu:
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini ialah dengan metode
kualitatif. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian dengan pendekatan kasus
(Case Approach. Penelitian kualitatif adalah suatu cara untuk mengetahui
fenomena yang dimana seorang peneliti mengumpulkan, mengorganisasikan dan
menginterprestasikan informasi yang di peroleh dari informan atau sering
penelitian kualitatif melibatkan wawancara atau observasi terhadap manusia
dengan situasi yang alamiah. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus (Case Approach) yaitu dengan cara menelaah kasus
terkait Analisis Yuridis Terkait Cerai Ghaib dengan isu yang di hadapi, dan telah
menjadi putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. 22 Untuk mengetahui
bagaimana analisa yuridis terkait cerai talak ghaib, dalam hal ini maka metode
kualitatif dalam penelitian ini berkaitan pada dengan putusan hukum dan undang-
undang.
2. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah subjek yang dapat di peroleh, dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, data diartikan sebagai kenyataan yang berfungsi
sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan serta
penalaran dan penelitian. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber Data Primer adalah data yang di perlukan lalu di kumpulkan secara
langsung oleh peneliti. Data primer ini juga di sebut dengan data asli atau data
baru, adapun informan pada penelitian ini yaitu seorang janda yang bercerai
melalui perkara cerai ghaib dan informan yang terkait adalah hakim
Pengadilan Agama setempat, adapun pemberian data yang di beri oleh
informan berdasarkan kemampuannya dalam memberikan data yang

21
Iqbl Hasa, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), 10
22
Amiruddin dan Zainal Asikin, “Pengantar Metode Penelitian Hukum” (Cet. 13; Depok: Rajawali Pers, 2023)
signifikan. Untuk itu peneliti harus memiliki ketelitian dalam mengevakuasi
dan memilih informan.
b. Sumber Data Sekunder adalah data yang di kumpulkan oleh peneliti dari
sumber yang ada. Data ini di peroleh dari perpustakaan atau laporan dari
peneliti sebelumnya. Data sekunder juga di peroleh dari jurnal, artikel
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perceraian seperti Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam
(KHI) pasal 116 (b).
3. Tehnik Pengumpulan Data
Mengenai metode kualitatif yang digunakan dalam penyusunan
penelitia ini ialah metode pengumpulan data yang digunakan peneliti
sebagai alat untuk menjawab rumusan masalah penelitian adalah meliputi
tiga metode yaitu : observasi, wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi
Observasi yang di lakukan oleh peneliti adalah observasi yang bersifat
langsung (partisipan), yaitu suatu proses yang ikut serta dalam mengamati
informan tersebut yang menjadi sifat dari observasi ini adalah secara
terang-terangan. Lalu peneliti juga mengirim surat kepada hakim
Pengadilan Agama setempat untuk di mintai data-data seputar penanganan
perkara cerai talak ghaib.
b. Wawancara
Topik penelitian analisis yuridis terkait cerai talak ghaib ini
menggunakan metode wawancara terstruktur, wawancara terstruktur
adalah wawancara yang jenis metode pewawancara dalam penelitian
kualitatif yang memanfaatkan urutan pertanyaan standar untuk
mengumpulkan informasi yang relevan tentang subjek penelitian, sehingga
jenis metode penelitian ini sebagian besar di gunakan dalam insvestasi
statistik. Wawancara terstruktur ini menggunakan jenis pertanyaan
terbuka, yang dimana informan bebas untuk menjawan atau tidak
membatasi informan untuk mengungkapkan data atau kejadian tersebut.
Sebelum melakukan kegiatan wawancara terlebih dahulu peneliti
menghubungi informan untuk di mintai waktu wawancara, oleh karena itu
peneliti sebaik mungkin mengobjek-kan janda perkara cerai talak ghaib
dan hakim Pengadilan Agama. Sehingga dapat memperoleh informasi atau
data yang komprehensif, otentik, mendalam dan obyektif terkait dengan
pertanyaan penelitian.
c. Dokumentasi
Peneliti menggunakan proses dokumentasi ini untuk mengambil
data terkait proses wawancara, seperti rekaman saat wawancara (jika di
izinkan) sebagai alat untuk memasuk-kan data yang di peroleh secara
lisan. Dokumen juga merupakan tempat menyimpan data seputar topik
penelitian cerai talak ghaib di Kabupaten Dompu yang di peroleh dari
hakim Pengadilan Agama Dompu. Pengumpulan data dilakukan dengan
mengunjungi lokasi penelitian dan di beritahu oleh peneliti tentang
maksud dan tujuan kunjungan tersebut.

H. Tehnik Analisi Data


Analisis Data adalah kegiatan analisis mengklasifikasikan data untuk
memperoleh pola hubungan, tema dan memperkirakan apa yang penting dan apa
yang tidak penting setra menyampaikan atau melaporkan bagi yang
berkepentingan.23

Metode pengumpulan data yang di gunakan oleh peneliti dalam penelitian


ini adalah metode observasi dan wawancara sebagai metode utama dan metode
dokumenter sebagai metode pendukung. Peneliti menggunakan metode observasi
untuk mengumpulkan data tentang perceraian ghaib yang terjadi di kabupaten
Dompu selain itu penulis menggunakan metode dokumenter untuk
mengumpulkan data tambahan dan melengkapi data yang di peroleh melalui
metode observasi dan wawancara

23
Husain Usman dan Purnomo Styadi Akbar, “Metodologi Penelitian Sosial” (Bumi Aksara: Jakarta, 2009, hlm. 84)
Miles dan Huberman menyatakan bahwa kegiatan analisis data kualitatif
di lakukan secara interaktif dan di lakukan secara terus menerus hingga selesai,
sehingga terjadi kejenuhan data. Aktivitas dalam analisis data terbagi menjadi
tiga macam yaitu : dara reduction, data display dan conclusion drawing/
verification.24

1. Data reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, menyaring dan memusatkan perhatian


pada pola-pola yang penting, mencari pola tematik, dan menghilangkan data yang
tidak perlu. Proses analisis data diawali dengan peninjauan terhadap seluruh data
yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, antara lain wawancar, observasi
yang dituang dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi dll.
dengan demikian, data yang direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas
dan memudahkan oeneliti dalam mengumpulkan data dan mencari data yang
diperlukan.25 Dalam penelitian ini tujuan untuk mengetahui bagaimana analisis
yuridis dalam menangani permasalahan cerai talak ghaib, setelah peneliti
menelusuri objek tersebut maka dalam mereduksi data peneliti akan
memfokuskan pada istri dan anak yang di tinggal oleh suami dalam waktu yang
cukup lama dan tidak di ketahui keberadaannya oleh istri, anak serta kerabatnya.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menampilkan data. Dalam
penelitian kualitatif, penyajian data dapat di lakukan dalam bentuk uraian singkat,
diagram hubungan antar kategori dan lain-lain dan biasanya yang sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif
dengan memvisualisasikan data dan lebih mudah untuk memahami apa yang
terjadi dan merencanakan pekerjaan lebih lanjut berdasarkan apa yang dipahami. 26
Dalam hal ini peneliti mendisplaykan data mengenai analisis yuridis terkait cerai

24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Alfabeta: 2013 hlm, 246)
25
Ibid, hlm. 247-249
26
Ibid, hlm. 249
talak ghaib dan keputusan hakim pada pengadilan Agama Kabupaten Dompu
kedalam urutan sehingga strukturnya bisa di pahami.
3. Conclution Drawing (Verifikasi)
Langkah ketiga dalam menganalisis data kualitatif menurut Miles Huberman
adalah menarik kesimpulan dan memverifikasinya. Kesimpulan awal yang di
capai masih bersifat sementara dan akan berubah jika tidak di temukan bukti kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun jika
kesimpulan yang diambil pada tahap awal didukung dengan bukti-bukti yang baik
dan konsisten sekitar peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data,
maka kesimpulan lanjutan tersebut dapat di percaya. Dalam penelitian ini peneliti
menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian berdasarkan observasi,
wawancara dan dokumen subjek penelitian atau sumber data yaitu istri, anak yang
ditinggal oleh suami dalam waktu yang lama dan hakim Pengadilan Agama
Dompu. Setelah semua data terkumpul, peneliti kemudian menganalisis data-data
serta mendeskripsikan dan menyimpulkan dengan menggunakan metode induktif
dan deskriptif, yaitu mendeskripsikan secara spesifik objek penelitian secara jujur
dan realistis berdasarkan data yang ada di lapangan kemudian di tarik kesimpulan
yang bersifat umum.
I. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan skripsi ini mudah dipahami dan sistematis, peneliti


mengelompok-kan skripsi kedalam beberapa bab yaitu:

Bab I, (Pendahuluan) dalam bab ini terdapat latar belakang, rumusan


masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan signifikansi, kajian peneliti terdahulu,
kerangka teoritik dan metode penelitian

Bab II, (Landasan Teori) dalam bab ini terdapat tinjauan umum tentang
perkara ghaib.
Bab III, (Deskripsi Objek Penelitian) dalam bab ini menjelaskan tentang
gambaran umum Pengadilan Agama Kabupaten Dompu dan Perkara cerai ghaib
di Pengadilan Agama Kabupaten Dompu.

Bab IV, (analisis penelitian) dalam bab ini menjelaskan hak dan kewajiban
yang harus di beri oleh suami yang meninggalkan istri dan anaknya dalam waktu
yang lama, tindakan hukum bagi istri yang di tinggalkan oleh suami, dan juga
status hukum bagi istri yang di tinggalkan oleh suami dalam waktu yang lama.

Bab V, (Penutup) bab ini merupakan penutup dari semua rangkaian


penelitian, yang berisi tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan sebelum
diakhiri oleh saran-saran. Kesimpulan ini harus berupa jawaban singkat atas
rumusan masalah yang telah di uraikan pada bab I.

Anda mungkin juga menyukai