Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Papua adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Australia dan merupakan bagian dari
wilayah timur Indonesia. Sebagian besar daratan Papua masih berupa hutan belantara. Papua
merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Sekitar 47% wilayah pulau Papua
merupakan bagian dari Indonesia, yaitu yang dikenal sebagai Netherland New Guinea, Irian Barat,
West Irian, serta Irian Jaya, dan akhir-akhir ini dikenal sebagai Papua. Sebagian lainnya dari wilayah
pulau ini adalah wilayah negara Papua New Guinea (Papua Nugini), yaitu bekas koloni Inggris.
Populasi penduduk di antara kedua negara sebetulnya memiliki kekerabatan etnis, tetapi kemudian
dipisahkan oleh sebuah garis perbatasan.

Papua memiliki luas area sekitar 421.981 kilometer persegi dengan jumlah populasi penduduk hanya
sekitar 2,3 juta. Lebih dari 71% wilayah Papua merupakan hamparan hutan hujan tropis yang sulit
ditembus karena terdiri atas lembah-lembah yang curam dan pegunungan tinggi, dan sebagian dari
pegunungan tersebut diliputi oleh salju. Perbatasan antara Indonesia dengan Papua Nugini ditandai
dengan 141 garis Bujur Timur yang memotong pulau Papua dari utara ke selatan.

Seperti juga sebagian besar pulau-pulau di Pasifik Selatan lainnya, penduduk Papua berasal dari
daratan Asia yang bermigrasi dengan menggunakan kapal laut. Migrasi itu dimulai sejak 30.000
hingga 50.000 tahun yang lalu, dan mengakibatkan mereka berada di luar peradaban Indonesia yang
modern, karena mereka tidak mungkin untuk melakukan pelayaran ke pulau-pulau lainnya yang
lebih jauh.

Para penjelajah Eropa yang pertama kali datang ke Papua, menyebut penduduk setempat sebagai
orang Melanesia. Asal kata Melanesia berasal dari kata Yunani, ‘Mela’ yang artinya ‘hitam’, karena
kulit mereka berwarna gelap. Kemudian bangsa-bangsa di Asia Tenggara dan juga bangsa Portugis
yang berinteraksi secara dekat dengan penduduk Papua, menyebut mereka sebagai orang Papua.

Papua sendiri menggambarkan sejarah masa lalu Indonesia, karena tercatat bahwa selama abad ke-
18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, yang berpusat di wilayah yang sekarang dikenal
sebagai Palembang, Sumatra Selatan, mengirimkan persembahan kepada kerajaan Tiongkok. Di
dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cenderawasih, yang dipercaya sebagai
burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua, yang pada waktu itu dikenal
sebagai ‘Janggi’.

Dalam catatan yang tertulis di dalam kitab Nagarakretagama, Papua juga termasuk kedalam wilayah
kerajaan Majapahit (1293–1520). Selain tertulis dalam kitab yang merupakan himpunan sejarah yang
dibuat oleh pemerintahan Kerajaan Majapahit tersebut, masuknya Papua kedalam wilayah
kekuasaan Majapahit juga tercantum di dalam kitab Prapanca yang disusun pada tahun 1365.

Walaupun terdapat kontroversi seputar catatan sejarah tersebut, hal itu menegaskan bahwa Papua
adalah sebagai bagian yang tidak terlepas dari jaringan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara yang
berada di bawah kontrol kekuasaan kerajaan Majapahit.

Selama berabad-abad dalam paruh pertama milenium kedua, telah terjalin hubungan yang intensif
antara Papua dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia, yang hubungan tersebut bukan hanya
sekadar kontak perdagangan yang bersifat sporadis antara penduduk Papua dengan orang-orang
yang berasal dari pulau-pulau terdekat.
Selama kurun waktu tersebut, orang-orang dari pulau terdekat yang kemudian datang dan menjadi
bagian dari Indonesia yang modern, menyatukan berbagai keragaman yang terserak di dalam
kawasan Papua. Hal ini tentunya membutuhkan interaksi yang cukup intens dan waktu yang tidak
sebentar agar para penduduk di Papua bisa belajar bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar,
apalagi mengingat keanekaragaman bahasa yang mereka miliki. Pada tahun 1963, dari sekitar
700.000 populasi penduduk yang ada, 500.000 di antara mereka berbicara dalam 200 macam bahasa
yang berbeda dan tidak dipahami antara satu dengan yang lainnya.

Beragamnya bahasa di antara sedikitnya populasi penduduk tersebut diakibatkan oleh terbentuknya
kelompok-kelompok yang diisolasi oleh perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya selama
berabad-abad karena kepadatan hutan dan juga jurang yang curam yang sulit untuk dilalui yang
memisahkan mereka. Oleh karena itu, sekarang ini ada 234 bahasa pengantar di Papua, dua dari
bahasa kedua tanpa pembicara asli. Banyak dari bahasa ini hanya digunakan oleh 50 penutur atau
kurang. Beberapa golongan kecil sudah punah, seperti Tandia, yang hanya digunakan oleh dua
pembicara dan Mapia yang hanya digunakan oleh satu pembicara.

Sekarang ini bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
pengantar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan merupakan bahasa di dalam melakukan berbagai
transaksi. Bahasa Indonesia sendiri berasal dari bahasa melayu, versi pasar.

Papua yang terdiri dari Propinsi Papua dan Papua Barat. Seluruh suku bangsa dikelompokkan
menjadi 7 wilayah adat. Ketujuh wilayah Adat tersebut adalah: 1. I.Mamta : Papua Timur Laut 2.
II.Saereri : Papua Utara/Teluk Cenderawaih 3. III.Domberai : Papua Barat Laut 4. IV.Bomberai :
Papua Barat 5. V.Anim Ha : Papua Selatan 6. VI.La Pago : Papua Tengah 7. VI.Meepago : Papua
Tengah Barat I. KOMANDO WILAYAH MAMTA Wilayah Adat Mamta merupakan wilayah adat sekitar
Jayapura. Wilayah adat mamta merupakan wilayah adat terbesar dengan 87 suku. Wilayah Mamta
terdiri dari: 1. Port Numbay 2. Sentani 3. Sarmi 4. Memberamo Raya 5. Keroom II.KOMANDO
WILAYAH SAERERI Wilayah Saereri terletak di sekitar Teluk Cenderawasih, meliputi: 1. Biak Numfor
2. Supiori 3. Yapen 4. Waropen 5. Nabire bagian pantai III.KOMANDO WILAYAH DOMBERAI
Wilayah Domberai terletak di Papua Barat Laut sekitar Sorong Manokwari, meliputi: 1. Manokwari
2. Bintuni 3. Wondama 4. Sorong 5. Raja Ampat 6. Sorong Selatan 7. Tambrauw IV.KOMANDO
WILAYAH BOMBERAI Wilayah Bomberai terletak di Papua Barat yakni Fakfak Mimika dan sekitarnya,
meliputi: 1. Fakfak 2. Kaimana 3. Mimika Pantai V. KOMANDO WILAYAH HA ANIM Wilayah Ha
Anim terletak di Papua Selatan yakni Merauke dan sekitarnya, meliputi: 1. Merauke 2. Boven Digul
3. Mappi 4. Asmat VI.KOMANDO WILAYAH LA PAGO Wilayah La Pago merupakan wilayah adat
terkecil terletak di Pegunungan Papua Tengah Bagian Timur, meliputi: 1. Pegunungan Bintang 2.
Wamena 3. Lani jaya 4. Puncak jaya 5. Pucak 6. Nduga 7. Yahukimo 8. Yalimo 9. Mamberamo
Tengah 10. Tolikara VII. KOMANDO WILAYAH ME PAG Wilayah Mee Pago terletak di Pegunungan
Papua Bagian Tengah, meliputi: 1. Intan jaya 2. Paniai 3. Deiyai 4. Dogiyai 5. Nabire Gunung 6.
Mimika Gunung Sumber: Dewan Adat Papua.
BAB II

PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI
Wilayah adat Mee Pago meliputi Kabupaten Dogiyai, Deiyai, Nabire, Intan Jaya, Paniai dan
Mimika. Masyarakat yang hidup dalam wilayah suku Mee Pago hampir seluruhnya berasal dari
suku yang sama, yaitu Suku Mee, yang mendiami dikawasan pegunungan tengah, dibagian
barat.Suku Mee salah satu dari lima suku pegunungan tengah Papua yaitu Damal, Dani, Moni,
Nduga dan Mee mendiami kabupaten Puncak Jaya, Jayawijaya dan Paniai. Ciri khas wilayah
suku Mee adalah mereka hidup di sekitar danau Paniai, danau Tage, Danau Tigi, Lembah Kamu
(sekarang Dogiyai) dan pegunungan Mapiha/ Mapisa. Mee berarti orang-orang yang telah
dipenuhi dengan akal budi yang sehat; dapat berpikir secara logis; dapat membedakan suku
ini dari suku yang lain; dapat membedakan barang miliknya dengan milik orang lain; daerah
garapannya dengan garapan milik orang lain; dan dapat mentaati amanat-amanat yang
diwariskan oleh leluhur, dan amanat yang paling utama yang dilarang adalah hal perzinahan.

WILAYAH ME PAGO Wilayah Mee Pago terletak di Pegunungan Papua Bagian Tengah,
meliputi:
1. KABUPATEN DOGIYAI
Dengan Melihat Wilayah Kabupaten Dogiyai yang Sangat Luas dan Tingkat Kesulitan
yang sangat Tinggi, dimana Sarana dan Prasarana Kesehatan yang dimiliki Juga sangat
Minim, dengan rincian sebagai berikut:
 Tenaga Dokter Sebanyak 12 Orang
 Tenaga Perawat Sebanyak 116 Orang
 Tenaga Bidan Sebanyak 60 orang
 Tenaga Bidan PTT Sebanyak 10 Orang
 Tenaga Gizi Sebanyak 10 Orang
 Tenaga Kesehatan Keliling Sebanyak 6 Orang
 Tenaga Fisiko Terapi Sebanyak 4 Orang
 Tenaga Kader Posyandu Sebanyak 395 Orang
Adapun Rincian Fasilitas Kesehatan Yang di Miliki Oleh Kabupaten Dogiyai adalah
Sebagai Berikut: Puskesmas sebanyak 11 unit, Pustu sebanyak, 23 unit, Polindes
Sebanyak 8 Unit, Poskesmas sebanyak 2 unit serta Posyandu Sebanyak 79 Unit.
Melihat data tersebut kami berharap pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah
Pusat Menyikapi hal ini dengan menambah jumlah tenaga medis dan para medis serta
sarana kesehatan di Kabupaten Dogiyai. dalam Tahun Anggaran 2016 Telah Dibagun
Rumah Sakit Pratama akan tetapi Pembangunan Rumah Sakit Tersebut Tidak Lagi
Berjalan Karena Tdk ada lagi Sumber Dana dari Pemerintah Pusat (DAK).

2. KABUPATEN INTAN JAYA


Ada sejumlah indikator kemajuan di bidang kesehatan, terhadap peningkatan IPM.
Pertama, menurunnya angka kesakitan dari 27,37% menjadi 24,03% terutama
penyakit dominan seperti TBC, ISPA, malaria berdasarkan data kunjungan ke
Puskesmas. Kedua, meningkatnya usia harapan hidup. Ketiga, dibangunnya sarana
dan prasarana kesehatan untuk peningkatan pelayanan. Keempat, Intan Jaya
memberikan layanan gratis dengan adanya kartu sehat. Dengan hanya menunjukkan
kartu sehat, maka pelayanan akan dilakukan secara tuntas sesuai dengan diagnosa
dokter atau disebut dengan program Intan Jaya Sehat. Kelima, pencegahan kematian
ibu hamil dan pertolongan ibu melahirkan telah dapat dilaksanakan melalui pelayanan
di Puskesmas dan Pustu-Pustu seiring dengan telah dibangunnya berbagai sarana dan
prasarana kesehatan termasuk penempatan tenaga medis dan paramedis seperti
dokter tetap maupun dokter PTT, bidan dan perawat. Hasilnya adalah angka kematian
ibu melahirkan telah menurun secara signifikan. Keenam, dalam rangka
penanggulangan dan pencegahan jenis penyakit HIV/AIDS, telah dilakukan sosialisasi
melalui brosur di setiap Puskesmas, akan bahaya penyakit HIV/AIDS yang sangat
mematikan. Maka pentingnya sosialisasi langsung melalui tatap muka secara intens
KPA provinsi. Sampai saat ini komisi penanggulangan HIV/AIDS belum terbentuk di
Kabupaten Intan Jaya, dengan demikian dimohon fasilitasi dari KPA Provinsi Papua,
dan Pemda Intan Jaya sudah mengalokasikan anggaran melalui APBD.
Di Kabupaten Intan Jaya terdapat 6 buah puskesmas. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan dan Sosial Kabupaten Intan Jaya, terdapat 9 tenaga dokter umum, 87
tenaga perawat, 14 bidan, 1 orang tenaga Phsikologis.

3. KABUPATEN NABIRE
Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap warga masyarakat,
pembangunan di bidang kesehatan harus digalakkan di seluruh Distrik Yaur. Jumlah
sarana dan prasarana kesehatan terdiri dari 4 buah puskesmas Satu-satunya fasilitas
kesehatan berupa Rumah sakit di daerah Nabire yakni RSUD Nabire. Dengan kapasitas
tempat tidur sebanyak 252 set. Sedangkan banyaknya puskesmas dan puskesmas
pembantu pada tahun 2016 sebanyak 67 puskesmas/pustu . begitupula dengan
jumlah dokter dan tenaga paramedis pada tahun 2016 masing-masing mencapai 17
dokter, 139 bidan, dan 259 perawat.
4. KABUPATEN PANIAI
Fasilitas Kesehatan dikabupaten paniai terdiri dari Rumah sakit, Rumah Bersalin,
Puskesmas, Posyandu, Klinik. Menurut data BPS 2015 di Kabupaten Paniai terdapat 1
Rumah sakit berada di distrik Paniai Timur, 18 puskesmas yang tersebar di hamper
semua distrik, dan 3 klinik/balai kesehatan yang berada di distrik Paniai Timur dan
Aradide.
Dan untuk Tenaga Kesehatan pada Kabupaten Paniai terdapat 4 dokter spesialis, 18
dokter umum, 2 dokter gigi, 65 bidan, dan 167 perawat.

5. KABUPATEN DEIYAI
Pembangunan bidang kesehatan terutama peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat merupakan salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten. Deiyai,
dimana kendala yang dihadapi dalam peningkatan kualitas kesehatan adalah
keterbatasan sarana kesehatan dan jangkauan terhadap layanan kesehatan terutama
keterbatasan ketersediaan tenaga dokter dan paramedis.

Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Deiyai pada tahun 2012 masing terdiri
dari Puskesmas sebanyak 10 unit, balai pengobatan sebanyak 12 unit dan Puskesmas
Pembantu sebanyak 11 unit. Jumlah tenaga kesehatan pada tahun 2012 terdiri dari 7
orang dokter, 28 bidan dan 50 orang perawat, sarjana keperawatan sebanyak 19
orang, tenaga farmasi 8 orang dan tenaga sanitarian sebanyak 4 orang.

6. KABUPATEN MIMIKA
Sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Mimika tahun 2016 sangat mendukung
peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Mimika. Sesuai Data tahun 2016,
termasuk 8 Rumah Sakit di Kabupaten Mimika, 23 Puskesmas, 32 Puskemas Pembantu
dan 129 Klinik / Balai Kesehatan. Secara umum Angka Harapan Hidup (AHH) Mimika
selama kurun waktu 2010 hingga 2016 menunjukkan pergerakan yang positif. Umur
harapan hidup semakin meningkat. Jika pada tahun 2010, bayi yang lahir di Kabupaten
Mimika memiliki peluang untuk hidup hingga usia 71,74 tahun, pada tahun 2016
peluang untuk mencapai usia 71,90 tahun. Dengan nilai sebesar itu, dengan standar
harapan hidup maksimal 85 tahun, maka AHH Mimika termasuk ke dalam kategori
sedang.

B. WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN INTAN JAYA


1. TOPOGRAFI
Delapan puluh lima persen (85%) dari seluruh wilayah Kabupaten Intan Jaya berupa
dataran tinggi dengan ketinggian di atas 500 mdpl. Sementara itu, wilayah dataran rendah
yang berada pada ketinggian di bawah 500 mdpl - hanya sebesar 15% dari total wilayah
Kabupaten Intan Jaya. Wilayah dataran tinggi didominasi oleh area dengan ketinggian
>500 sampai 2500 mdpl yang luasnya mencapai 75% dari total wilayah keseluruhan.
Wilayah dataran sangat tinggi dengan ketinggian 3000 - 3500 mdpl, yang sebagian besar
berada di wilayah paling selatan (Distrik Ugimba), memiliki luas wilayah yang relatif kecil
yaitu sebesar 7%. Sementara ketinggian 3.500 - 4.000 sebesar 3% dan wilayah tertinggi di
kabupaten ini (termasuk Puncak Carstensz) hanya sebesar 1% dari total wilayah
keseluruhan.
Kondisi topografi kabupaten berdasarkan ketinggian cenderung naik ke arah selatan atau
ke arah Puncak Carstensz. Sementara ketinggian dataran cenderung menurun ke wilayah
utara atau Distrik Tomosiga yang berbatasan dengan Kabupaten Waropen.

2. IKLIM
Kabupaten Intan Jaya yang berada di dataran tinggi menyebabkan suhu udara yang
rendah di wilayah tersebut. suhu udara maksimum adalah 25.02 derajat celcius dan suhu
minimum adalah 12.15 derajat celcius dimana suhu tertinggi terjadi pada bulan April yaitu
28.8 derajat Celcius sedangakn suhu terendah pada bulan september adalah 9.2 derajat
celcius. Kabupaten Intan Jaya mempunyai Batas Wilayah :

Iklim dan Curah hujan Kabupaten Intan Jaya Curah hujan di kabupaten Intan Jaya Sangat
dipengaharui oleh letak geografisnya yangb berda di lereng pegunungan. Berdasarkan
tabel curah hujan berikut ini rata rata curah hujan terbesar di bulan September dan
terendah di bulan Desember.

3. KEPADATAN PENDUDUK
Data kependudukan Tahun 2010 menyebutkan Kabupaten Intan Jaya memiliki jumlah
penduduk 87.613 jiwa atau 14.150 KK yang tersebar di 6 (enam) distrik, yaitu Distrik
Sugapa 20.081 jiwa, Distrik Homeyo 18.408 jiwa, Distrik Wandai 9.521 jiwa, Distrik
Mbiandoga 17.874 jiwa, Distrik Agisiga 13.617 jiwa dan Distrik Hitadipa 8.112 jiwa.
Sebaran penduduk terbesar berada di Distrik Sugapa (ibu kota kabupaten) yaitu sebesar
22,92% dari total penduduk Kabupaten Intan Jaya. Sementara Distrik Hitadipa memiliki
jumlah penduduk terendah yaitu 9,26% dari total penduduk Kabupaten Intan Jaya.
Pertumbuhan dan pertambahan penduduk di Kabupaten Intan Jaya tidak mengalami
perubahan yang signifikan setelah Tahun 2010.
Kenaikan jumlah penduduk cukup tinggi antara tahun 2012 hingga 2015 terjadi di Distrik
Homeyo sebesar 14.738 orang sementara Distrik Hitadipa sebesar 344 orang. Sementara
itu, penurunan jumlah penduduk antara tahun 2012 hingga 2015 terjadi di beberapa
distrik seperti Distrik Wandai sebesar 801 orang dan Distrik Mbiandoga sebesar 2.763
orang. Sedangkan penurunan jumlah penduduk antara tahun 2012 hingga 2015 didua
distrik yaitu Distrik Sugapa sebesar 851 orang dan Distrik Agisiga sebesar 1.126 orang
dipengaruhi dengan kebijakan pemekaran distrik pada tahun 2013 silam.

Distrik Sugapa dan Distrik Homeyo yang relatif berdekatan memiliki jumlah peduduk
terbanyak. Kedua distrik tersebut memiliki lebih dari setengah total penduduk atau sebesar
58%. Sedangkan, Distrik Ugimba dan Distrik Tomosiga masing-masing hanya sebesar 1,2% dan
1,5% dari total penduduk.

Anda mungkin juga menyukai