Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
kasih dan karunia-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah Pegunungan” dalam mata kuliah
Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular.
Kami berterima kasih juga kepada dosen mata kuliah Program Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular yang telah memberikan tugas ini untuk menambah
pengetahuan kami dan juga kepada teman-teman sejawat yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan bakteri menyebabkan penyakit ini mudah menyebar di kalangan masyarakat
pegunungan.
Dalam makalah ini, kami akan membahas lebih dalam mengenai hubungan
mengenai Penyakit ISPA pada masyarakat pegunungan yang ditinjau dari segi aspek
perilaku masyarakat, kondisi lingkungan setempat serta kami akan menjelaskan
mengenai desain pencegahan dan pengendalian penyakit menular khususnya penyakit
ISPA yang terjadi pada masyarakat pegunungan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah?
2. Apa Latar Belakang Penyakit ISPA pada Masyarakat Pegunungan?
3. Seperti apa identifikasi Masyarakat Pegunungan mengenai Penyakit ISPA?
4. Desain Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ISPA pada Masyarakat
Pegunungan?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan mengenai Definisi dari Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah?
2. Menjelaskan mengenai latar belakang Penyakit ISPA pada Masyarakat
Pegunungan.
3. Mengidentifikasi Perilaku Masyarakat Pegunungan mengenai Penyakit ISPA.
4. Mendeskripsikan Desain Pencegahan dan Pengendalian Penyakit ISPA pada
Masyarakat Pegunungan.
1.4 Manfaat
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
d. Karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular, faktor
virulensi
4
pegunungan hanya akan meminum obat jika gejala sudah tidak dirasakan lagi
sehingga jika disarankan untuk meminum obat sampai habis, maka mereka
tidak akan patuh dalam meminum obat tersebut dan mengakibatkan penyakit
yang bertambah parah dan menular kepada orang lain.
2. Pengaruh dari erupsi Gunung. Wilayah pegunungan adalah wilayah yang paling
dekat dengan dampak dari erupsi gunung. Erupsi gunung yang mengandung
gas, abu, dll. Hal tersebut penyebab ditambah masyarakat di wilayah
pegunungan terbiasa untuk tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti
masker akibatnya banyak dari masyarakat menderita penyakit ISPA.
3. Kurangnya Sanitasi Kebersihan lingkungan dan sanitasi yang kurang baik
menjadi faktor yang menyebabkan pengungsi terserang sejumlah penyakit. Saat
berada di pengungsian, banyak masyarakat tidak menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat. seperti tidak mencuci tangan sebelum makan, merokok di
tengah anak-anak, dll. hal ini tentu saja memicu munculnya penyakit ISPA.
4. Kebiasaan merokok. Perlu diketahui bahwa, asap rokok dapat menimbulkan
penyakit ISPA. Masyarakat pegunungan yang mayoritas bekerja sebagai petani,
mengakibatkan mereka membutuhkan semangat untuk terus beraktivitas. Hal
ini dapat memicu masyarakat untuk merokok dengan alasan bahwa merokok
dapat memicu semangat mereka untuk bekerja tanpa memerhatikan efek
samping dari penyakit yang diakibatkan jika menghirup rokok bahkan perokok
pasif juga menjadi sasaran empuk penyakit ISPA.
5. Tak banyak warga yang mengenakan masker saat beraktivitas di luar rumah
meski terpapar kabut asap. Ketika asap menjadi udara sehari-hari untuk dihirup
ketika kebakaran hutan, penggunaan masker mutlak diperlukan karena kabut
asap dapat menimbulkan berbagai penyakit pernapasan, contohnya yaitu ISPA.
5
menyebabkan kematian, Hal-hal yang bisa terjadi antara lain perdarahan paru-paru,
gagal napas akut (acute respiratory distress syndrome/ARDS), hingga kematian
sebelum hal ini terjadi maka diperlukan upaya pencegahan penularan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut
6
masih lemahnya advokasi dan koordinasi antara sektor kesehatan dan sektor
non kesehatan, termasuk dengan pemerintah daerah setempat. Sebagai dampak
dari penerapan sistem pemerintahan desentralisasi, pemerintah daerah
sesungguhnya mempunyai kewenangan untuk dapat menetapkan prioritas
pembangunan daerahnya, termasuk program pencegahan dan pengendalian
ISPA.
6. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada kehidupan agar
selalu terhindar dari segala penyakit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Perlunya perawatan dan kepatuhan dalam eliminasi penyakit jika sudah terinfeksi
karena penyait ISPA merupakan penyakit yang sangat mudah menular. Saran kami
kepada pemegang kewenangan dalam sektor kesehatan agar selalu mengadakan
evaluasi mengenai sumber daya yang ada di setiap sektor dalam rangka melakukan
pencegahan dan pengendalian mengenai penyakit ISPA khususnya pada masyarakat
pegunungan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Choiriyah, Safaatul dan Dina Nur Anggraini N. 2015. Evaluasi Input Sistem Surveilans
Penemuan Penderita Pneumonia Balita di Puskesmas. Unnes Journal of Public Health.
4, (4), 136-145.
Damaledo, Yandri Daniel. 2017. Pengungsi Gunung Agung Mulai Terserang ISPA dan
Diare. https://tirto.id/pengungsi-gunung-agung-mulai-terserang-ispa-dan-diare-cxmL.
Diakses pada 25 September 2019.
8
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Ispa
Ganong, W., 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta: EGC, 280- 281.
LAMPIRAN