Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KELOMPOK

MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAH ADAT LA PAGO

Disusun Oleh Kelompok I :


Albertina Douw (20160711014088)
Charista Rawar (20160711014229)
Kumala Sari Jaban (20160711014154)
Nelsi Inna (20160711014121)
Yebrye Yecika Yordam (20160711014093)

SEMESTER VII/PEMINATAN GIZI


JURUSAN/PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebaik mungkin.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki masih
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Jayapura, 24 Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 3

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5

1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 5

BAB II ....................................................................................................................................... 6

2.1 Wilayah adat La Pago ...................................................................................................... 6

2.2 Identifikasi masalah kesehatan di setiap Kabupaten ....................................................... 6

2.3 Wilayah Administrasi Kabupaten Jayawijaya................................................................ 12

2.4 Manajemen Penyakit ISPA berbasis wilayah Kabupaten Jayawijaya ........................... 16

2.5 Manajemen Faktor Risiko penyakit ISPA di Kabupaten Jayawijaya ........................... 17

BAB III.................................................................................................................................... 20

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 20

3.2 Saran ............................................................................................................................... 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan secara berkesinambungan dimulai sejak tahun 1969, secara
nyata telah berhasil mengembangkan sumber daya kesehatan dan upaya kesehatan yang
berdampak pada peningkatan derajat kesehatan. Namun demikian apabila dibandingkan
dengan negara lain dikawasan Asia Tenggara kondisi derajat kesehatan Indonesia masih
relative tertinggal, hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi dan
angka kematian ibu serta rendahnya umur harapan hidup di Indonesia. Gambaran derajat
kesehatan di Kabupaten Jayawijaya pada tahun profil, umur harapan hidup baru mencapai
67,74tahun, Angka kematian bayi 29,43/1000 kelahiran hidup (KLH) dan kematian ibu
431/100.000 KLH terdapat (4,31/1000 KLH). Walaupun upaya pembangunan bidang
kesehatan telah dilakukan, namun adanya kendala geografis, keterbatasan tenaga baik
kualitas maupun kuantitasnya termasuk pendistribusiannya yang tidak merata, terbatasnya
tingkat pendidikan masyarakat, rendahnya pendapatan masyarakat, kondisi pemukiman dan
lingkungan yang kurang memadai merupakan faktor penghambat dari kemajuan
pembangunan kesehatan yang dilakukan di wilayah Kabupaten Jayawijaya. Didalam
mengatasi faktor-faktor penghambat diatas maka sejak berlakunya Desentralisasi beberapa
peraturan perundang-undangan bidang Kesehatan sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang
No. 32 tahun 2004yang direvisi menjadi UU nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah dan Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, maka telah dan terus disusun tentang Peraturan Perundangan
Kesehatan yang mengarah pada arah dan kebijakan pembangunan kesehatan antara lain;
Keputusan Meteri Kesehatan RI nomor 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 dan hasil konferensi tingkat tinggi
(KTT) Milenium Perserikatan Bangsa – bangsa (PBB) tentang Deklarsi Milenium yang
kemudian dijabarkan dalam kerangka praktis Tujuan pembangunan Milenium (Millenium
Developmen Goals / MDGs) dimana didalamnya tercantum dengan jelas indikatorindikator
yang harus dicapai di tahunprofil dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Capaian program
pembangunan kesehatan setiap tahunnya di gambarkan dalam profil kesehatan suatu wilayah
pembangunan. Format Profil Kesehatan dari tahun ke tahun terus mengalami
perubahanperubahan, hal ini dilakukan untuk menyesuaikan akan kebutuhan dan harapan

4
yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan sesuai dengan
tuntutan perkembangan pelayanan kesehatan secara menyeluruhdi era globalisasi. Penyajian
Profil Kesehatan Kabupaten Jayawijaya tahun profil ini menyajikan ulasan secara ringkas
hasil-hasil pencapaian program kesehatan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
dan Indikator Millenium Developmen Goals ( MDGs ) tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengidentifikasi kabupaten di masing-masing wilayah adat dan penyakit atau
masalah kesehatan prioritas di Wilayah La Pago ?
2. Pilih satu wilayah administrasi atau kabupaten dan pilih penyakit atau masalah
prioritas kemudian jelaskan bagaimana dinas kesehatan setempat melakukan
manajemen penyakit atau masalah kesehatannya,berkaitan dengan keadaan
topografi,iklim,kepadatatan penduduk,dan faktor-faktor lain yang menyebabkan
penyakit atau masalah kesehatan tersebut ?

1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahu kabupaten di masing-masing wilayah adat dan penyakit atau
masalah kesehatan prioritas di Wilayah La Pago.
2 Untuk mengetahui wiilayah administrasi dan masalah prioritas dan penjelasan tentang
bagaimana dinas kesehatan setempat melakukan manajemen penyakit atau masalah
kesehatannya,berkaitan dengan keadaan topografi,iklim,kepadatatan penduduk,dan
faktor-faktor lain yang menyebabkan penyakit atau masalah kesehatan tersebut.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Wilayah adat La Pago

Wilayah La Pago merupakan wilayah adat terkecil terletak di Pegunungan Papua


Tengah Bagian Timur, meliputi:

1. Pegunungan Bintang

2. Wamena

3. Lani jaya

4. Puncak jaya

5. Pucak

6. Nduga

7. Yahukimo

8. Yalimo

9. Mamberamo Tengah

10. Tolikara

2.2 Identifikasi masalah kesehatan di setiap Kabupaten


1) Kabupaten Jayawijaya.
 Kesehatan
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, fasilitas kesehatan yang terdapat di
Kabupaten Jayawijaya antara lain 1 Rumah Sakit Umum Daerah, 22 Puskesmas, 1
Rumah Bersalin dan 8 Klinik, 22 Polindes, dan 37 Puskesmas Pembantu. Keberadaan
fasilitas kesehatan tersebut tidak lepas dari adanya Tenaga Kesehatan yang melayani
di fasilitas yang bersangkutan. Tenaga Kesehatan tersebut antara lain, 55 Tenaga
Medis (11 Dokter Spesialis dan 44 Dokter Umum), 7 Dokter Gigi, 268 Perawat, 104
Bidan, 22 Tenaga Farmasi, dan 78 Tenaga Kesehatan lainnya.
 Prioritas Penyakit

6
a. Ispa
b. Diare
2) Kabupaten Tolikara
 Kesehatan
Secara umum, fasilitas kesehatan di Kabupaten Tolikara terdiri dari Rumah Sakit,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu, dan Puskesmas Keliling. Pada tahun
2014 terdapat 1 Rumah Sakit yang berada di Distrik Karubaga, 25 Puskesmas, 25
Puskesmas Pembantu, dan 16 Posyandu yang berada di Distrik Karubaga dan
Bokondini. Selain itu, terdapat Puskesmas Keliling yang terdiri dari Puskesmas
Keliling Roda Empat (mobil) dan Puskesmas keliling Roda Dua (motor). Terdapat
dua Puskesmas Keliling Roda Empat yang berada di Distrik Karubaga dan Distrik
Bokondini dan 13 Puskesmas Keliling Roda Dua (motor) yang berada di Distrik
Kanggime, Nabunage, Karubaga, Bokondini, Poganeri, Wari/Tayeve, dan Kubu.
Sementara itu, terdapat tenaga kesehatan, yaitu Dokter, Perawat, dan Bidan. Terdapat
19 orang Dokter yang berada di Distrik Kanggime, Nabunage, Karubaga, Wunin,
Bokondini, Kembu, dan Wugi, 130 orang Perawat yang berada di semua distrik,
kecuali Distrik Kondaga, Nelawi, Kamboneri, Dow, Tagime, Danime, Lianogoma,
Gika, dan Yuko, dan 74 orang Bidan yang berada di seluruh distrik, kecuali Distrik
Wakuo, Goyage, Wina, Umagi, Air Garam, Wari/Tayeve, Egiam, Kubu, Geya,
Timori, Yuneri, Tagineri, Tagime, Danime, Lianogoma, Aweku, Anawi, Gika, dan
Yuko.
 Prioritas Masalah :
Ispa

3) Kabupaten Lanny Jaya


 Kesehatan
 Di Kabupaten Lanny Jaya terdapat 1 buah Rumah Sakit, 10 buah Puskesmas,
24 Puskesmas Pembantu dan 44 balai pengobatan. Puskesmas terdapat di
semua distrik, kecuali di Distrik Pirime. Berdasarkan data-data yang
bersumber dari Dinas Kesehatan dan Sosial Kabupaten Lanny Jaya, terdapat
10 tenaga dokter umum, 116 tenaga perawat, 33 bidan, dan 10 orang non
paramedis.
 Prioritas masalah :
a. Ispa

7
b. Gizi buruk
c. HIV/AIDS
4) Kabupaten Nduga
 Kesehatan
Di Kabupaten Nduga terdapat 9 buah puskesmas, 13 Puskesmas pembantu dan
15 balai pengobatan. Puskesmas terdapat di semua distrik. Berdasarkan data-
data yang bersumber dari Dinas Kesehatan dan Sosial Kabupaten Nduga,
terdapat 11 tenaga dokter umum, 36 tenaga perawat, 3 bidan, 15 orang non
paramedis, 13 dukun bayi dan 48 kader Posyandu.

 Prioritas masalah
a. ISPA
b. Diare
c. Anemia
5) Kabupaten Yalimo
 Kesehatan
Berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa secara umum jumlah
puskesmas yang ada untuk setiap distrik di Kabupaten Yalimo telah tersebar
merata. Hanya saja distribusi puskesmas pembantu untuk setiap distrik
berbeda misalnya pada kasus Distrik Abenaho jumlah puskesmas pembantu
yang ada di daerah ini adalah sebanyak 10 pustu dibandingkan dengan distrik
lainnya yang hanya memiliki antara 2-4 pustu. Demikian balai pengobatan
swasta cukup banyak di Distrik Abenaho dibandingkan dengan distrik yang
lain. Hal ini menunjukkan bahwa daerah Abenaho yang berbatasan langsung
dengan ibukota Wamena merupakan salah distrik Kabupaten Yalimo yang
menjadi jalur untuk semua jenis kendaraan dan merupakan jalur jalan provinsi
yang menghubungkan Kabupaten Wamena dengan Kabupaten lainnya.

 Prioritas Masalah
DBD

6) Kabupaten Pegunungan Bintang


 Kesehatan

8
Di Kabupaten Pegunungan Bintang terdapat 1 buah rumah sakit umum daerah
dan 31 puskesmas. Puskesmas terdapat hampir di semua distrik, kecuali di
Distrik Kolomdol, Distrik Oksebang, Distrik Ok Bape dan Distrik Murkim.
Berdasarkan data-data yang bersumber dari Dinas Kesehatan dan Sosial
Kabupaten Pegunungan Bintang, terdapat 4 dokter spesialis, 21 tenaga dokter
umum, 1 dokter gigi, 135 tenaga perawat, 21 bidan, 5 tenaga kefarmasian dan
194 orang non paramedis.

 Prioritas masalah
a. Gizi buruk
b. Campak

7) Kabupaten Puncak Jaya


 Kesehatan
Berdasarkan data BPS Kabupaten Puncak Jaya tahun 2011, lebih dari
80% penyebab kematian ibu hamil/banyi pada saat melahirkan/persalinan
disebabkan oleh tiga masalah pokok yaitu, Pendarahan (40%-60%), infeksi
jalan lahir (20%-30%) dan keracunan kehamilan (20%-30%. Ketiga hal ini
berkaitan erat dengan dengan status gizi, hygiene-sanitasi, kesadaran hidup
sehat dan jangkauan serta mutu pelayanan kesehatan. Kondisi ini
menunjukkan bahwa peran penolong kelahiran sangat penting bagi
keselamatan bayi dan ibu yang melahirkan. Indokator ini cukup memegang
peranan penting dalam melihat kondisi kesehatan untuk menggambarkan
tingkat kemajuan pelayanan kesehatan terutama pada saat kelahiran dimana
resiko kematian sangat tinggi.
Indikator lain untuk menunjukkan derajat kesehatan masyarakat adalah
angka kesakitan dan rata-rata lama sakitr yang dideritanya. Indikator ini
menggambarkan tingkat intensitas penyakit yang dialami penduduk. Indikator
ini juga menggambarkan besarnya kerugian yang dialami penduduk karena
penyakit yang diderita. Semakin besar nilai indikator ini semakin tinggi
tingkat intensitas penyakit yang diderita penduduk dan semakin besar kerugian
yang dialami. Pada tahun 2010 prosentase sakit penduduk Kabupaten Puncak
Jaya sebesar 6,34% atau sebanyak 6 jiwa per 100 penduduk dengan rata-rata
lama sakitnya selama 2,41 hari (BPS Puncak Jaya, 2011). Hal ini

9
menunjukkan penduduk tersebut mengalami kerugian materil (ekonomi) rata-
rata selama2,41 hari.

 Prioritas masalah
Campak
8) Kabupaten Puncak
 Kesehatan
Pada tahun 2014 terdapat 3 puskesmas rawat inap, 8 puskesmas rawat
jalan , 18 Pustu, 32 posyandu, and 22 polindes di Kabupaten Puncak. Jumlah
tenaga kesehatan yang tersedia di Kabupaten Puncak terdiri atas 9 dokter
umum, 4 dokter gigi, 15 bidan dan 27 tenaga perawat.
Sektor kesehatan, terutama kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan
kegiatan sosial yang cukup luas cakupannya, Pada tahun 2014 memberikan
kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Puncak sebesar 0,42 persen
dengan pertumbuhan sebesar 5,98 persen.

 Prioritas masalah
a. ISPA
b. Mialgia
9) Kabupaten Membramo Tengah
 Kesehatan
Pada tahun 2014 ada sebanyak 31 unit fasilitas kesehatan di Kabupaten
Mamberamo Tengah yang terdiri dari 5 unit puskesmas, 12 unit puskesmas
pembantu dan 14 unit polindes. Fasilitas kesehatan terbanyak ditemui di
Distrik Kobakma sebanyak 10 unit fasilitas kesehatan yang terdiri dari 1 unit
puskesmas, 3 unit puskesmas pembantu dan 6 unit polindes. Selain fasilitas
kesehatan, keberadaan tenaga medis juga menjadi salah satu faktor penting
dalam peningkatan kualitas kesehatan di suatu wilayah. Di tahun 2014, jumlah
dokter di Kabupaten Mamberamo Tengah hanya sebanyak 5 orang yang
seluruhnya tersebar secara merata di masing-masing distrik.

 Prioritas masalah
10) Kabupaten Yahukimo
 Kesehatan

10
Kabupaten Yahukimo pada tahun 2014 terdapat satu Rumah Sakit
Umum daerah, 18 Puskesmas, 49 Puskesmas Pembantu 15 Puskesmas
Keliling yang terdiri dari 4 Puskesmas Keliling Roda Empat dan 11
Puskesmas Keliling Roda Dua. Dari 18 Puskesmas, hanya tiga puskesmas saja
yang memiliki fasilitas rawat inap yaitu Puskesmas Anggruk, Puskesmas
Kurima, dan Puskesmas Ninia. Sedangkan Puskesmas lainnya belum memiliki
fasilitas rawat inap. Adapun banyaknya Tenaga Kesehatan di Kabupaten
Yahukimo pada tahun 2014 yaitu, Dokter sebanyak 27 dokter, yang terdiri dari
4 Dokter Spesialis, 21 Dokter Umum dan 2 Dokter Gigi, Bidan sebanyak 43,
Perawat sebanyak 179, Apoteker sebanyak 5 dan Kader Kesehatan sebanyak
424.

 Prioritas masalah
a. Diare
b. ISPA
c. Malaria
d. Filariasis

11
2.3 Wilayah Administrasi Kabupaten Jayawijaya
a. Peta wilayah Kabupaten Jayawijaya

b. Keadaan Geografis dan Lingkungan


Berdasarkan tinjauan Astronomi maka Kabupaten Jayawijaya terletak pada
139030’ – 139040’ BT dan 3045’ LU – 4020’ LS (penentuan didasarkan titik
koordinat pada peta land cover Papua dengan skala 1 : 250.000 tahun 2002). Dengan
luas wilayah yang tersisa sebesar 13.925 km2, terdiri dari 40 distrik , 4 Kelurahan dan
328 kampung atau Desa,yang beribukota di Wamena terletak dengan batas batas
wilayah sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Kabupaten Memberamo Tengah, Kabupaten, dan Kabupaten
Tolikara.
• Sebelah Timur : Kabupaten Yalimo dan Kabupaten Yahukimo.
• Sebelah Selatan : Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Nduga.
• Sebelah Barat : Kabupaten Nduga, Kabupaten Lanny Jaya.
c. Iklim
Iklim di Kabupaten Jayawijaya adalah Tropis basah dengan rata rata Suhu
Udara dan kelembapan temperatur relatif setiap bulan berkisar antara 190-200 dengan
kelembaban berkisar 79%-86% . Rata Rata tekanan Udara dan Kecepatan Angin

12
setiap Bulan di Kabupaten Jayawijaya Minimum 1001 – maximum 1013 (mb),
sedangkan arah angin berkisar antara 1400 – 1600 dengan kecepatan antara 0 – 32
knot. Rata rata jumlah hari hujan dan Curah hujansetiap bulan antara 12 – 29 hari dan
curah hujan antara 19,1 – 192 mm.
d. Kepadatan Penduduk
Kabupaten Jayawijaya dengan luas wilayah sebesar 13.925km2
dihuni oleh 267.334jiwa, dengan demikian angka kepadatan penduduk
Kabupaten JayawijayaTahun Profilberkisar 19,20 jiwa per km2, dengan
penduduk tepadat di Distrik Wamena Kota. Sedangkan yang terjarang
penduduknya adalah di Distrik Trikora. Selengkapnya dapat dilihat pada
e. Pendidikan
Sektor pendidikan merupakan salah satu aspek dalam rangka mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas, untuk itu diperlukan upaya peningkatan mutu
pendidikan, pemerataan pendidikan, tercapainya efektifitas dan efisiensi pendidikan
serta tercukupinya sarana dan prasarana pendidikan. Sarana fisik pendidikan terdiri
dari 22 TK, 115 SD/MI, 32 SLTP, 12 SMU, 6 SMK dan 7 Perguruan Tinggi, dengan
ratio murid perguru adalah 34,3%. Nilai Rata-rata dan kelulusan merupakan indikator
keberhasilan institusi pendidikan dalam melaksanakan program–programnya yaitu
meningkatkan sumber daya manusia. Nilai Rata-rata UAS/UAN merupakan refleksi
berhasil atau tidaknya murid sekolah (Individu murid) sedangkan Tingkat Kelulusan
merupakan indikator keberhasilan institusi pendidikan dalam melaksanakan
programnya guna menunjang mutu pendidikan, mutu kelulusan, mutu sekolah yang
pada akhirnya akan diperoleh mutu SDM Masyarakat Kabupaten Jayawijaya.
Kemampuan membaca dan menulis dipandang sebagai kemampuan dasar minimal
yang harus dimiliki oleh setiap individu. Presentase penduduk Melek Huruf
(penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis) dikabupaten
Jayawijaya tahun profil sudah mencapai 92,2%, dibanding tahun 2014 sebesar84.3%.
Dengan kata lain mayoritas penduduk sudah dapat menikmanti pendidikan cukup baik
f. Prioritas Masalah
Pola sepuluh besar penyakit bagi semua golongan umur bila dibanding tahun
lalu mengalami perubahan baik dari urutan sepuluh besar maupun jumlah kunjungan
secara keseluruhan di tahun profil.Jumlah kunjungan sebanyak 114.146sedangkan
pada tahun lalu berjumlah 68.299 kasus, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan
jumlah kasus keseluruhan yang sangat jauh. Adapun urutan sepuluh besar penyakit

13
pada tahun profil dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dari 10 besar panyakit dibawah
dapat kita lihat bahwa yang masih berada di urutan pertama adalah Penyakit Ispa
sebanyak17.170 kasus atau 15,76% yang menunjukkan penurunan dari tahun lalu
dengan kasus Ispa sebanyak 18.168 kasus atau 26,60%, kendala yang para petugas
kesehatan hadapi untuk menurunkan angka kesakitan Ispa sangat banyak dari Adat
Istiadat, Kebiasaan (PHBS), Pemahaman, dan masih banyak lagi kendala yang
dihadapi petugas kesehatan.

Grafik 1.1 ANGKA 10 BESAR PENYAKIT KABUPATEN JAYAWIJAYA TAHUN


2016

g. Pengendalian penyakit di Kabupaten Jayawijaya


Pengendalian penyakit ISPA yang dilakukan pemerintah
1. Pelaksanaan Program Gizi
Secara umum pelaksanaan program perbaikan gizi tahun profil yang dipantau melalui
indikator SKDN tidak banyak mengalami perubahan. Bila dilihat cakupan D/S yang
menggambarkan peran serta masyarakat untuk datang menimbangkan anaknya ke
posyandu pada tahun profil mencapai 76.1% dimana pencapaian terendah pada
PuskesmasBugi yaitu 35%. Cakupan N/D yang menggambarkan keberhasilan

14
Program, cakupan tahun profil mencapai 76.1% ada peningkatan biladibandingkan
dengan tahun lalu sebesar 75.4%.
2. Penyuluhan Masyarakat Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Keluarga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat, karena dalam keluarga terjadi komunikasi dan interaksi antara anggota
keluarga yang menjadi awal penting dari suatu proses pendidikan perilaku.
Pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga dapat
menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan di
masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dirumah tangga adalah upaya
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan
PHBS serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan dimasyarakat.

3. Imunisasi
 Cakupan Imunisasi Dasar.
Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan primer yang sangat efektif
untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian
penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya pun
akan berkurang (WHO, Tahun 2008).
Program imunisasi yang telah diupayakan selama ini menunjukkan hasil cakupan
yang kurang memuaskan. Di tingkat Kabupaten Jayawijaya sendiri, cakupan
imunisasi yang dicapai pada tahun profil yaitu: Imunisasi Hb<7 hari sebesar 434 bayi
12,92%%, BCG 1.734 bayi 51,64%, DPT-Hb sebesar 1.261 bayi atau 10,07%, Polio4
sebesar 1.263 bayi 10,09% dan imunisasi Campak sebesar 1.882 bayi 15,03%, pada
tahun profil sudah menunjukkan progres yang cukup baik dibandingkan tahun
laluImunisasi Hb<7 hari sebesar 201 bayi 4,63%, BCG 803 bayi 18,48%, DPT-Hb
sebesar 715 bayi atau 18,18%, Polio4 sebesar 529 bayi 13,45% dan imunisasi
Campak sebesar 906 bayi 23,04%.
 Imunisasi BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)

Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah. Pelayanan vaksinasi anak
sekolah atau lebih dikenal dengan kegiatan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS)
dilaksanakan secara rutin pada bulan September dan Oktober setiap tahunnya, dengan
sasaran adalah siswa kelas I SD untuk vaksinasi campak dan DT, kelas II dan III
untuk vaksinasi Td, serta vaksinasi TT WUS pada siswi SMP dan SMU sederajat.

15
4. ASI EKSLUSIF
Pemberian Asi Eksklusif adalah makanan dan minuman bayi hanya minum
ASI saja selama 6 bulan. Cakupan bayi yang diberi Asi Eksklusif pada tahun profil
mencapai sebesar 1.493 bayi atau sebesar 29% Sedangkanpencapaian cakupan
tertinggi dicapai Puskesmas Wamena Kota 363 bayi.

2.4 Manajemen Penyakit ISPA berbasis wilayah Kabupaten Jayawijaya

Berikut ini adalah manajemen penyakit ISPA berbasis wilayah berdasarkan Teori simpul,
antara lain :

Simpul 1 : Sumber penyakit virus, jamur,bakteri dan faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor
ekstrinsik terdiri dari ventilasi, kepadatan hunian, jenis lantai, luas jendela, letak dapur,
penggunanaan jenis bahan bakar dan kepemilikan lubang asap. Sedangkan faktor intrinsik
terdiri dari umur, jenis kelamin, status gizi, status imunisasi, pemberian vitamin A pada
saat nifas/balita dan pemberian ASI.

Simpul 2 : Virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit
ISPA melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh dan percikan air ludah.

Simpul 3 : Bakteri ISPA yang ada di udara terhisap oleh pejamu baru dan masuk ke
seluruh saluran pernafasan. Dari saluran pernafasan kuman menyebar ke seluruh tubuh
apabila orang yang terinfeksi ini rentan, maka ia akan terkena ISPA

16
Simpul 4 : Gejala yang dialami seperti batuk, serak (bersuara parau pada waktu
mengeluarkan suara), pilek (mengeluarkan lendir dari hidung), suhu tubuh lebih dari 39ºC,
tenggorokan berwarna merah, timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak,
telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari telinga, pernapasan berbunyi seperti
mendengkur, tidak sadar atau kesadarannya menurun, tampak gelisah bahkan bisa
menyebabkan kematian.

Simpul 5 : pelayanan kesehatan yang kurang memadai, Kondisi pemukiman dan


lingkungan yang kurang memadai,dan kendala geografis.

2.5 Manajemen Faktor Risiko penyakit ISPA di Kabupaten Jayawijaya

Mengurangi faktor risiko seperti polusi udara ambien, polusi udara dalam rumah terutama
pada penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar memasak, kondisi ventilasi rumah yg
tidak memenuhi syarat, kepadatan hunian maupun kepadatan penduduk, status gizi yg
rendah, dan penyakit campak. Advokasi dan sosialisasi, penemuan dan tatalaksana
pneumonia balita, ketersediaan logistik, supervisi, pencatatan dan pelaporan, kemitraan dan
jejaring, pengembangan program, autopsi verbal, serta monitoring dan evaluasi.

Usia : balita dan anak berada pada masa sistem kekebalan tubuh belum
stabil
Status gizi : mempengaruhi kekebalan tubuh manusia

ASI Eksklusif : mempengaruhi kekebalan tubuh manusia

Status Imunisasi : melindungi bayi dan anak dr penyakit dg memberikan kekebalan

 Manajemen faktor lingkungan fisik rumah


Luas ventilasi : kebanyakan masyarakat kabupaten jayawijaya memiliki
rumah honay yang tidak memiliki ventilasi sehingga kurangnya cahaya dan pergerakan
udara dan suhu menyebabkan ispa dapat bekembang biak
Jenis lantai : beresiko jika lantai yang lembab
Kepadata hunian : kontak antar penderita lebih cepat Suhu dan Kelembapan :
iklim di Kabupaten Jayawijaya adalah tropis basah temperatur antara 26 oC sampai 33oC
kelembaban berkisar 75-84%
Pencemaran udara : rumah yang memasak menggunakan bahan kayu dan minyak
tanah akan menghasilkan polutan udara yang lebih tinggi dan anggota keluarga yang
merokok di dalam rumah
 Manajemen faktor sosial ekonomi

17
Kepadatan penduduk : Jarak antar rumah yang terlalu dekat menyebabkan penularan
ISPA jadi lebih muda, pencemaran udara dari akitivitas menggunakan kayu bakar, merokok,
membakar hutan hingga mempengaruhi suhu dan kelembapan
Kemiskinan : Penduduk miskin cenderung tinggal di rumah yang tidak
memenuhi syarat, wilayah penggunungan kebanyakan berprofesi sebagai petani

 Manajemen faktor suhu dan kelembapan wilayah pegunungan


Kelembaban udara di pengaruhi oleh suhu udara, tekanan udara, jumlah vegetasi, pergerakan
angin dan keberadaan air. Pada siang hari : Lebih vegatasi di wilayah pegunungan dapat
membantu menurunkan suhu udara sehingga tidak terjadi kelembapan malam hari suhu
udara lebih tinggi sehingga menimbulkan kelembapan udara

18
19
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Kabupaten Jayawijaya pada tahun profil jumlah Distrik sebanyak 40, Pada
Pola sepuluh besar penyakit bagi semua golongan umur di tahun profil sebesar
108.962 kasus, kasus yang terbesar adalah penyakit ISPA sebesar 17.170 kasus, hal
ini merupakan PR bagi rekan rekan di unit pelkes dalam menegakkan diagnosa
penyakit harus mengarah ke pedoman diaknosa dan pengobatan. Urutan ke dua
didominasi penyakit Diare sebesar 4.660 kasus. Besarnya kasus ISPA ini apabila
ditinjau dari manajemen penyakit berbasis wilayah Kabupaten Jayawijaya, faktor
risiko seperti lingkungan fisik rumah masyarakat yang menjadi permasalahan utama,
ventilasi yang tidak sesuai dengan syarat rumah sehat mengakibatkan sirkulasi udara
menjadi tidak baik, apalagi dengan aktivitas penggunaan kayu bakar pada rumah-
rumah honay maka dibutuhkan peran kesehatan masyarakat untuk sering melakukan
penyuluhan dan pemberian informasi agar masyarakat dapat terhindar dari penyakit
dan dapat menanggulangi penyakit ISPA yang menjadi masalah tertinggi dalam 10
besar penyakit di Kabupaten Jayawijaya.

3.2 Saran
Guna perbaikan kualitas dan keseragaman data dan informasi kesehatan yang
lebih baik dimasa mendatang perlu adanya mekanisme pengumpulan data dan
informasi secara cepat dan tepat. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan kualitas
sistem, perangkat, sumber daya manusia dan dana yang memadai. Selain itu tugas
untuk semua pengelola program Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya untuk
evaluasi dan intervensi masalah manajemen penyakit

20
DAFTAR PUSTAKA

Dinas kesehatan kabupaten Jayawijaya.Profil kesehatan kabupaten Jayawijaya.Tahun 2016


https://lib.unnes.ac.id/1201/1/2704.pdf
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YzU1YmMyNjU3NDR
iNTM3ODFiZGU5ZGU1NTk5MWFhOTJiN2M4MjJkMg==.pdf

21
RESUME PRESENTASI

 Daftar pertanyaan :
1. Langkah-langkah apa yang bisa dilakukan agar masyarakat mengetahui
tentang rumah sehat? (Pertanyaan dari Reys Regina Mariay kelompok 4)
2. Apa yang dimaksud dengan Polusi udara Ambien? (Pertanyaan dari Kartika
Rismayanti kelompok 5)
3. Apa inti masalah dari penyakit ISPA? (Pertanyaan dari Kukan Kabak
kelompok 6)

 Jawaban :
1. Kami akan memberikan penyuluhan dan pemberian informasi (edukasi) secara
terus-menerus kepada masyarakat agar masyarakat dapat selalu mendapatkan
informasi mengenai pentingnya rumah sehat dan dampaknya, meskipun budaya
masyarakat yang susah untuk diubah dan kebiasaan masyarakat yang memiliki
pemikiran bahwa rumah sehat belum terlalu penting. Untuk itu diperlukan bantuan
dari sektor lain, karena petugas kesehatan masyarakat tidak dapat bekerja sendiri
dibutuhkan berbagai lintas sektor untuk membantu dalam sirkulasi rumah warga
khususnya bagi masyarakat yang masih tinggal di honay. (Dijawab oleh Yebrye
Yecika Yordam dari kelompok 1)

2. Udara dibedakan menjadi udara emusi dan udara ambien. Udara emusi yaitu udara
dikeluarkan oleh sumber emusi seperti knalpot, kendaraan bermotor dan cerobong gas
buang industri,sedangkan udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi yang
berhari-hari dihirup oleh makhluk hidup. Contoh udara ambien adalah
Karbondioksida (CO),Nitrogendioksida (NO2),Sulfurdioksida(SO2),
Hidrokarbon(HC) dan lain-lain. (Dijawab oleh Kumala Sari Jaban dari kelompok 1)

3. Yang menjadi inti masalah penyakit ISPA di kabupaten Jayawijaya adalah


kebanyakan masyarakat asli disana hanya memiliki rumah honai. Rumah honai tidak
memiliki ventilasi dan tidak memiliki cerobong asap sehingga kurangnya cahaya dan
pergerakan udara dan suhu menyebabkan penyakit ISPA dapat berkembang biak.
Penyebab utama penyakit ISPA di Jayawijaya adalah pencemaran udara dari aktivitas

22
menggunakan kayu bakar,merokok,membakar hutan. Selain masalah tempat tinggal
(rumah honay) perlu diperhatikan juga pada status gizinya dan imunisasi. (Dijawab
oleh Nelsi Inna dari kelompok 1)

23

Anda mungkin juga menyukai