Geologi
Wilayah Nusantara merupakan kajian yang menarik dari
sisi geologi karena sangat aktif. Di bagian timur hingga selatan kepulauan
ini terdapat busur pertemuan dua lempeng benua yang besar: Lempeng
Eurasia dan Lempeng Indo-Australia. Di bagian ini, lempeng Eurasia
bergerak menuju selatan dan menghunjam ke bawah Lempeng Indo-
Australia yang bergerak ke utara. Akibat hal ini terbentuk barisan gunung
api di sepanjang Pulau Sumatera, Jawa, hingga pulau-pulau Nusa
Tenggara. Daerah ini juga rawan gempa bumi sebagai akibatnya.
masa kini tidak hidup di Jawa. Fosil Wajak dianggap bersamaan ras
dengan fosil Gua Niah di Sarawak dan Gua Tabon di Pulau Palawan. Fosil
Niah diperkirakan berusia 40.000-25.000 tahun (periode Pleistosen) dan
menunjukkan fenotipe "Australomelanesoid". Mereka adalah pendukung
[4]
Migrasi manusia
Bukti-bukti Homo sapiens pertama diketahui dari tengkorak dan sisa-sisa
tulang hominin di Wajak, Gua Niah (Serawak), serta temuan-temuan baru
di Pegunungan Sewu sejak awal paruh kedua abad ke-20 hingga sekarang,
membentang dari Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, hingga kawasan
Teluk Pacitan, Kabupaten Pacitan. Temuan di Wajak, yang pertama kali
ditemukan sulit ditentukan penanggalannya, namun fosil di Gua Niah
menunjukkan usia sekitar 40.000 tahun yang lalu. Usia fosil utuh di Gua
Braholo (Gunungkidul, ditemukan tahun 2002) dan Song (Gua) Keplek dan
Terus (Pacitan) berusia lebih muda (sekitar 10.000 tahun sebelum era
moderen atau tahun 0 Masehi). Pendugaan ini berasal dari bentuk
perkakas yang ditemukan menyertainya.
Paleolitik
Homo erectus diketahui menggunakan alat batu kasar khas paleolitik dan
juga alat yang terbuat dari cangkang kerang, hal ini berdasarkan temuan
di Sangiran dan Ngandong. Analisis bekas irisan pada fosil tulang mamalia
yang berasal dari era Pleistosen mencatat 18 luka bekas irisan akibat alat
serpihan cangkang kerang saat menyembelih lembu purba, ditemukan
pada formasi Pucangan di Sangiran yang berasal dari kurun 1,6 sampai 1,5
juta tahun lalu. Tanda bekas irisan pada tulang ini menunjukkan
penggunaan alat batu pertama yang menunjukkan bukti tertua
penggunaan alat serpihan cangkang kerang yang ditajamkan di dunia. [5]
Neolitik
Batu yang diasah adalah bukti peradaban neolitik, misalnya mata kapak
batu dan mata cangkul batu yang diasah. Batu yang diasah dan dihaluskan
ini dikembangkan oleh orang-orang Austronesia yang menghuni kepulauan
Indonesia. Pada periode ini pula berkembang struktur batu besar
atau megalitik di Nusantara.
Megalitik
Masyarakat di pulau Nias di Indonesia tengah memindahkan sebuah megalit ke kawasan pembangunan, sekitar tahun 1915.
Monolitik Toraja sekitar tahun 1935.
Tradisi megalitik yang hidup tetap bertahan di Nias, pulau yang terisolasi
di lepas pantai barat Sumatera, Kebudayaan Batak di pedalaman
Sumatera Utara, pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur, serta
kebudayaan Toraja di pedalaman Sulawesi Selatan. Tradisi megalitik ini
tetap bertahan, terisolasi, dan tak terusik hingga akhir abad ke-19.
Zaman Perunggu
Sistem kepercayaan
Warga Indonesia purba adalah penganut animisme dan dinamisme yang
memuliakan roh alam dan roh nenek moyang. Arwah Leluhur yang telah
meninggal dunia dipercaya masih memiliki kekuatan spiritual dan
mempengaruhi kehidupan keturunannya. Pemuliaan terhadap arwah
nenek moyang menyebar luas di masyarakat kepulauan Nusantara, mulai
dari masyarakat Nias, Batak, Dayak, Toraja, dan Papua. Pemuliaan ini
misalnya diwujudkan dalam upacara sukuran panen yang memanggil roh
dewata pertanian, hingga upacara kematian dan pemakaman yang rumit
untuk mempersiapkan dan mengantar arwah orang yang baru meninggal
menuju alam nenek moyang. Kuasa spiritual tak kasat mata ini dikenali
sebagai hyang di Jawa dan Bali dan hingga kini masih dimuliakan dalam
agama Hindu Dharma Bali.
Penghidupan
Mata pencaharian dan penghidupan masyarakat prasejarah di Indonesia
berkisar antara kehidupan berburu dan meramu masyarakat hutan, hingga
kehidupan pertanian yang rumit, dengan kemampuan bercocok tanam
padi-padian, memelihara hewan ternak, hingga mampu membuat
kerajinan tenun dan tembikar.
pertama Masehi. Kerajaan ini yang lebih mirip kumpulan kampung yang
tunduk kepada seorang kepala suku, berkembang dengan kesatuan suku
bangsa dan sistem kepercayaan mereka. Iklim tropis Jawa dengan curah
hujan yang cukup banyak dan tanah vulkanik memungkinkan pertanian
padi sawah berkembang subur. Sistem sawah membutuhkan masyarakat
yang terorganisasi dengan baik dibandingkan dengan sistem padi lahan
kering (ladang) yang lebih sederhana sehingga tidak memerlukan sistem
sosial yang rumit untuk mendukungnya.
Gua Babi di Gunung Batu Buli, desa Randu, Muara Uya, Tabalong