Anda di halaman 1dari 4

A.

Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia


1. Terbentuknya kepulauan Indonesia
Pergerakan lempeng tektonik diyakini memberikan pengaruh paling besar terhadap
terbentuknya kepulauan Indonesia. Ketidakstabilan akibat pergerakan lempeng tektonik
sudah dimulai pada masa Mesozoikum, yaitu sekitar 60 jt tahun yang lalu, dan terus
berlanjut pada masa Neozoikum. Jadi, diperkirakan terbentuknya kepualauan Indonesia
dimulai sekitar 60 jt tahun yang lalu. Sebelumnya, wilayah yang disebut kepulauan Indonesia
masih merupakan bagian dari samudera yang sangat luas yang meliputi hampir seluruh
bumi.
Indonesia dibentuk oleh 3 lempeng besar dunia, yakni, lempeng Indo-Australia,
Eurasia, Pasifik. Pergerakan lempeng lempeng tersebut mengakibatkan daratan terpecah
pecah. Benua Eurasia menjadi pulau pulau yang terpisah satu dengan lainnya. Sebagian
diantaranya bergerak keselatan membentuk pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
serta pulau pulau di Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Banda. Hal yang sama juga terjadi
pada benua Australia.
Pergerakan subduksi antara dua lempeng menyebabkan terbentuknya deretan
gunung berapi, dan parit (Palung) Samudera.
2. Teori Tentang Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
a. Teori Out of Africa
Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Afrika, tepatnya di tanduk
afrika atau di daerah daerah yang sekarang mencakup negara Somalia, Ethiopia,
Eritrea, Djibouti. Mereka menyebar keseluruh penjuru bumi, sejak lebih kurang 200
rb tahun yang lalu, baik melalui jalur lau maupun darat. Diduga kuat, migrasi keluar
afrika disebabkan krisis pangan, terutama karena kekeringan yang berkepanjangan.
b. Teori Out of Yunnan
Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunnan, Tiongkok. Mereka masuk
ke Nusantara dalam 3 Gelombang, yaitu :
 Gelombang Pertama, yakni bangsa Melanesoid masuk ke Papua pada akhir
Zaman Es sekitar 70 rb SM.
 Gelombang kedua, bangsa Proto-Melayu (Melayu Tua) masuk ke Indonesia
pada tahun 1500 SM.
 Gelombang Ketiga, yaitu bangsa Deutro-Melayu (Melayu Muda), masuk ke
Nusantara sekitar tahun 300-400 SM
c. Teori Nusantara
Asal Usul bangsa Indonesia adalah dari Indonesia itu sendiri. Pendukung
teori ini mengajukan 2 alasan. Pertama, bangsa melayu telah memiliki peradaban
tinggi sehingga tidak memerlukan migrasi atau kedatangan bangsa asing ke wilayah
Nusantara. Peradabn ini tidak mungkin bisa dicapai apabila tidak melalui proses
perkembangan dari kebudayaan sebelumnya. Kedua, bangsa fosil manusia purba
ditemukan di Indonesia adalah Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus
erectus, dan jenis Homo (Homo wajakensis, Homo soloensis, Homo floresiensis).
d. Teori Out of Taiwan
Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Taiwan. Hasil analisis
kebahasaan menunjukkan induk Bahasa Bahasa yang digunakan suku suku di
Indonesia adalah Bahasa Austronesia, Bahsa yang digunakan oleh penduduk Taiwan
(Kepulauan Formosa) ketika itu.
3. Manusia Purba Indonesia
Penelitian tentang sejarah kehidupan dibumi, zaman lampau yang telah menjadi fosil di
Indonesia pertama kali dilakukan oleh Eugene Dubois. Berpijak dari dugaan kuat bahwa manusia
purba pasti lebih suka hidup di daerah tropis, pada tahun 1887 ia berangkat ke Indonesia (Hindia
Belanda). Mula mula, ia menyelidiki gua gua di Sumbar. Mendengar adanya temuan tengkorak
manusia di wajak, tulungagung, kediri, (jawa timur) pada tahun 1889, ia memindahkan kegiatannya
ke pulau jawa. Akhirnya, ia menemukan sisa manusia purba di Kedungbrubus dan trinil (jawa Timur).
Temuan Dubois yang pertama diumumkan adalah fosil atap tengkorak Pithecanthropus erectus dari
trinil yang ditemukan pada tahun 1891.
a. Meganthrpus atau Homo erectus
Fragmen Fragmen rahang atas serta gig igigi lepas ditemukan oleh G.H.R.von
Koennigswald antara tahun 1936-1941 di Sangiran, Jawa Tengah. Fragmen rahang bawah
lain ditemukan oleh Marks pada tahun 1952 ditempat yang sama. Ciri ciri :
 Hidup sekitar 2-1 juta tahun yang lalu
 Memiliki badan yang tegap dan rahang yang kuat
 Memiliki tonjolan kening dan tonjolan belakan yang kuat
 Tidak memiliki dagu
 Masih mengumpulkan makanan
 Pemakan tumbuhan dan Umbi umbian
b. Pithecanthropus
Fosil ini adalah fosil yang paling banyak ditemukan di Indonesia, fosil ini ditemukan
oleh Eugene Dubois di desa trinil, kabupatan ngawi, jawa timur tahun 1891.
Pithecanthropus yang berasal dari kata “Pithecos” yang berarti kera, “Antharopus” yang
berarti manusia, dan “erectus” yang berarti jalan tegak. Ciri ciri:
 Tinggi bada berkisar 165-180 cm dengan tubuh dan anggota badan yang
tegap
 Alat alat pengunyah juga tidak sekuat Homo erectus paleojavanicus
 Geraham besar, Rahang kuat, tonjolan kening tebal serta melintang pada
dahi dari pelipis ke pelipis dan tonjolan belaknag kepalanya nyata
 Dagu belum ada
 Hidung lebar
 Perkembangan otak belum menyamai Homo
 Perkembangan kulit otak masih kurang
 Volume otak berkisar antara 750 – 1300 cc
c. Homo
Fosil manusia dari genus Homo adalah Homo wajakensis dan Homo floresiensis.
Temuan genus Homo manusia modern awal (Homo sapiens) merupakan kelanjutan dari
tahap evolusi Homo erectus. Temuan fosil manusia modern awal yang paling tua di
Indonesia adalah fosil Homo wajakensis (Manusia Wajak). Fosil tengkotak manusia Wajak
ditemukan pertama kali oleh B.D.van Rietschoten dicampurdarat, jawa Timur, Tahun
1889. Lalu, Dubois menemukan specimen fosil kedua dari manusia Wajak, antara lain
berupa tengkorak dan gigi. Diperkirakan manusia wajak hidup sekitar 11 ribu tahun yang
lalu. Ciri ciri :
 Tinggi badan sekitar 170 cm
 Volume otak sekitar 1550 – 1650 cc
 Bermuka dan berhidung lebar tetapi rata
 Rahang Bawah dan Gigi berukuran besar
B. Jalur Rempah di Indonesia pada Masa Praaksara
1. Gambaran Umum tentang Jalur Rempah
Jalur rempah (spice Route) adalah Jaringan Niaga Rempah rempah yang menghubungkan
antara belahan barat dan timur dunia, yang dimulai dari wilayah timur nusantara, melintasi ujung
barat Sumatera, India, Sri Langka, Mesir, Afrika Timur, Afrika Selatan, Madagaskar, Asia Barat,
Mediterania, hingga Eropa. Perjalanan melewati jalur ini menempuh jarak lebih dari 15.000 km.
Sebagai mana Namanya, rempah utama yang diperdagangkan meliputi lada, merica, kayu manis,
pala dan cengkih.
Jalur rempah merupakan jaringan Niaga tertua dalam peradaban manusia, warisan nenek
moyang kita sejak 4.500 tahun yang lalu. Jalur ini dibangun jauh sebelum Dinasti Hann (Tiongkok)
meirntis jalur Sutra (abad ke-3 SM) melalui daratan di Asia Tengah hingga Eropa. Pada masa
Praaksara, wilayah yang dilintasi jalur rempah membentang sampai Sri Langka, India, Afrika dan
Madagaskar. Nenek moyang kita juga membawa rempah ke Asia Tenggara, termasuk ke Campa
(Vietnam dan Kamboja sekarang). Hal ini terbukti dari penemuan benda benda logam dari Dong Son
(Vietnam) di wilayah nusa tenggara timur, Maluku, Papua.
2. Jalur Rempah Pada Masa Praaksara
a. Bukti Arkeologis
Kemampuan berlayar nenek moyang Indonesia sejak 4.500-5000 tahun yang lalu
ditunjukkan melaui gambar perahu layer dan manusia dnegan senjata terselip di pinggang
disitus Liang kaca mata (Kalimantan Selatan). Mereka adalah kelompok manusia berbahasa
Austronesia, yang masuk kepedalaman Kalimantan melalui jalur sungai menggunakan
perahu rakit dan dayung. Dalam perkembangan selanjutnya, dayung sebagai penggerak
perahu mulai digabungkan dengan penggunaan layer sehingga perahu bergerak lebih
cepat. Ada pula lukisan perhau serta lukisan penari dan gendang logam di batu di situs Here
Sorot Entapa di Kisar, Maluku.
b. Bukti Tulis
Sumber tertulis India dari abad ke-3 SM berulang kali menyebut “Jawa” sebagai
asal rempah rempah. Kitab petunjuk pelaut kelautan Erythrea (Nama Kuno Yunani untuk
Samudra Hindia) menyebut kapal rempah rempah dari arah timur.
C. Corak Kehidupan Pada Masa Praaksara
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Terjadi pada zaman batu tua (Paleolitikum). Masa ini diperkirakan berlangsung sejak
munculnya manusia purba pertama hingga sekitar 12.000 tahun yang lalu (kala Pleistosen).
Di Indonesia, manusia purba yang hidup pada masa Paleolitikum, diantaranya manusia purba
jenis Meganthropus, Phithecantropus, dan Homo.
2. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
Terjadi pada masa zaman batu tengah (Mesolitikum), diperkirakan berlangsung
antara 10.000 – 2.500 tahun yang lalu (kala Holosen). Menurut Poesnegoro dan
Notosusanto, manusia purba yang hidup di Nusantara adalah jenis Homo sapiens ras
pendatang baru, yaitu Australomelanesoid dan Mongoloid. Manusia purba yang hidup pada
zaman Mesolitikum sudah mampu membuat alat alat dari tulang dan kulit kerang. Mereka
juga sudah mengenal kebiasaan bertempat tinggal secara tidak tetap (semi-sedenter) dan
telah mengenal cara bercocok tanam sederhana dengan metode slash and burn.
3. Zaman Neolitikum ( Zaman Batu Mudah )
Manusia purba yang hidup pada masa ini adalah gelombang pertama dari Yunnan,
yaitu bangsa melayu Austronesia (Bangsa Proto-Melayu) dari ras Mongoloid yang datang ke
Nusantara pada 1.500 SM. Manusia pada zaman ini perlahan lahan meninggalkan kebiasaan
berburu. Mereka hidup dengan tradisi bercocok tanam dan memelihara hewan tertentu.
Oleh karena itu, merek sudah tinggal secara menetap (Sedenter). Mereka sudah hidup dalam
perkampungan yang terdiri dari beberapa kelompok. Hasil kebudayaan Manusia pada masa
Neolitikum yang ditemukan di Indonesia, antaranya Belung Persegi, Kapak Lonjong, Alat alat
obsidian, Mata Panah, Gerabah, Alat pemukul dari kulit kayu, dan perhiasan.
4. Masa Megalitikum (Batu Besar)
Tidak dapat dimasukkan dalam kelompok Periodisasi Praaksara Indonesia. Hal ini
karena corak kebudayaannya di hampir setiap Masa Praaksara di Indonesia. Alat alat budaya
yang khas pada budaya Megalitikum yaitu, Bangunan yang terbuat dari batu besar, seperti
Menhir, Kubur batu, Dolmen, dan Arca Batu.
5. Zaman Logam / Perundagian
Pada masa ini manusia sudah mampu membuat alat dari logam. Manusia pendukung
zaman ini adalah gelombang kedua dari bangsa Melayu Austronesia (Deutro-Melayu) dari ras
Mongoloid, yang tiba di Nusantara sekitar tahun 300 SM. Alat alat yang dihasilkan pada masa
ini antara lain, Nekara dan Moko, Kapak Perunggu, Bejana Perunggu, Patung Perunggu,
Gelang dan cincin Perunggu, Alat alat dari besi, dan Gerabah.
D. Tradisi Lisan Terangkum dalam apa yang disebut Folklor
Jejak sejarah masyarakat Praaksara dalam bentuk dongeng, Legenda, Mitos, Musik, Upacara
Pepatah, Lelucon, Takhayul, Lagu Rakyat, Kebiasaan kebiasaan, Kepercayaan, alat Musik Rakyat,
Pakaian dan perhiasan Tradisional, Obat obatan Tradisional, Arsitektur Rakyat, dan Kerajinan Tangan
merupakan bagian dari apa yang disebut Folklor.

Anda mungkin juga menyukai