Anda di halaman 1dari 7

Apa Fungsi Uang dalam Perekonomian

Paper Halaqoh

Disajikan pada 7 November 2018

PENGASUH:

Alm. Prof. Dr. KH. Ahmad Mudlor, S.H.

Oleh :

M. Alfin Khoirun Na’im

Mahasiswa Semester V

Jurusan Pendidikan Bahasa Arab

Fakultas Sastra

Universitas Negeri Malang

Halaqoh Ilmiah

LEMBAGA TINGGI PESANTREN LUHUR MALANG

November 2018
1

A. Pendahuluan
Nama merupakan entitas yang sangat penting bagi segala hal yang ada di
dunia ini. Tanpa ada sebuah nama, seorang atau apapun itu tak akan dikenal, dan
dikenalnya hal tersebut juga dengan sebuah nama. Nama, unsur awal terpenting
dalam terbentuknya sebuah materi. Begitu juga nama sebuah negara. Nama suatu
negara pasti mempunyai sejarah dan asal mula bagaimana nama tersebut
dilahirkan. Begitu pula negara Indonesia, nama Indonesia tidak tercetus begitu
saja, nama Inonesia mempunyai cerita di masa lalu yang perlu diketahui.
Mengingat bangsa Indonesia yang mempunyai cerita historis yang mendalam,
lama penuh cerita dan luhur.
Indonesia memiliki sejarah yang panjang, dari sebelum kemerdekaan
sampai sesudah kemerdekaan, karena hal tersebut kita orang Indonesia harus
mengerti tentang sejarah yang ada di Indonesia. Salah satunya ialah Sejarah Nama
Indonesia yang memiliki beberapa nilai penting dalam pembentukan NKRI.
Didalam pemberian nama Indonesia tersirat nilai kebangsaan dan nilai
nasionalisme, tetapi jarang ada orang atau warga Negara Indonesia yang
mengetahui asal-usul nama Indonesia, Karena pada hakekatnya rasa nasionalisme
yang ada pada diri mereka mulai pudar. Oleh karena itu kita harus mempelajarinya
dan mengetahui maksud yang terkandung dari nama Indonesia.

B. Isi
Kata "Indonesia" berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Indus yang merujuk
kepada sungai Indus di India dan nesos yang berarti "pulau". Jadi, kata Indonesia
berarti wilayah "kepulauan India", atau kepulauan yang berada di wilayah Hindia,
ini merujuk kepada persamaan antara dua bangsa tersebut (India dan Indonesia).
(Tomascik, 1996)
1. Sejarah Nama Indonesia
Sebelum negara ini kita kenal dengan nama Indonesia, ternyata banyak
sekali penyebutan nama negara yang berada di kawasan antara china dan Australia
ini. Pada zaman kerajaan Majapahit dahulu, kawasan ini oleh Patih Gadjah Mada
disebut sebagai Nusantara yang disebutkan dalam Sumpah Pallapa nya. “Sira Gajah
Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun
2

huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran,
Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik, samana isun amukti palapa" (Dewi, 2013).
Bangsa Tionghoa menyebut kawasan ini sebagai Nan- hai (“Kepulauan Laut
Selatan”). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara
(“Kepulauan Tanah Seberang”), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa
(pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki
menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai
ke Suwarnadwipa (“Pulau Emas”, diperkirakan Pulau Sumatera sekarang) yang
terletak di Kepulauan Dwipantara. Bangsa Arab menyebut wilayah kepulauan itu
sebagai Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa) (Tomascik, 1996).
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia
hanya terdiri dari orang Arab, Persia, India dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah
yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah Hindia. Jazirah
Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai
"Hindia Belakang", sementara kepulauan ini memperoleh nama Kepulauan
Hindia atau Hindia Timur. Nama lain yang kelak juga dipakai adalah
"Kepulauan Melayu" . Unit politik yang berada di bawah jajahan Belanda
memiliki nama resmi Nederlandsch-Indie (Hindia-Belanda). Pemerintah
pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur) untuk
menyebut wilayah taklukannya di kepulauan ini. (dalam Jamil, 2016).
Bahkan nama yang pertama kali muncul adalah dari seorang yunani
Heredetus (485-425 SM) dengan sebutan Hindia. Dan masih banyak lagi sebutan-
sebutan untuk negara kepulauan ini.
2. Macam-macam Usulan Nama
Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama
samara Multatuli, pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan
kepulauan Indonesia, yaitu “Insulinde”, yang artinya juga “Kepulauan Hindia”
(dalam bahasa Latin “insula” berarti pulau). Nama “Insulinde” ini selanjutnya
kurang populer, walau pernah menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan
di awal abad ke-20.
3

Pada 1847, di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of


the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James
Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia. Dalam JIAEA volume IV
tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel “On the Leading Characteristics
of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations”. Dalam artikelnya, Earl
menegaskan sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan
Melayu untuk memiliki nama khas, sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering
rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan
nama: Indunesia atau Malayunesia (‘nesos’ berarti pulau dalam bahasa Yunani).
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu)
daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras
Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan
Maldives (Maladewa). Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan
huruf ‘u’ digantinya dengan huruf ‘o’ agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah
istilah Indonesia.Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan
tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan. Ketika mengusulkan
nama “Indonesia” (Chandler, 2005).
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama
Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des
Malayischen Archipel (“Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu”)
sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di
kepulauan itu pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang
memopulerkan istilah “Indonesia” di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat
timbul anggapan bahwa istilah “Indonesia” itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak
benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indië tahun
1918. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah “Indonesia” itu dari tulisan-
tulisan Logan (dalam Prasetyawati, 2012).
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah
Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda
tahun 1913 Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) mendirikan sebuah biro
pers dengan nama Indonesische Pers-bureau. Nama Indonesisch (pelafalan
Belanda untuk “Indonesia”) juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch
4

(“Hindia”) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander
(“pribumi”) diganti dengan Indonesiër (“orang Indonesia”).
3. Kesepakatan Nama Indonesia
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa
Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar
dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama
Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau
Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi
Indonesia Merdeka.
Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun
1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai
Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentu
kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di
tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama
"Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa, dan bahasa pada Kerapatan
Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan
sebutan Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat;
parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo,
dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar
nama Indonesië diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie".
Permohonan ini ditolak. Sementara itu, Kamus Poerwadarminta yang diterbitkan
pada tahun yang sama mencantumkan lema nusantara sebagai bahasa Kawi untuk
"kapuloan (Indonesiah)".
Dengan pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama
"Hindia Belanda". Pada tanggal 17 Agustus 1945, menyusul deklarasi Proklamasi
Kemerdekaan, maka lahirlah Republik Indonesia yang sekarang kita ketahui dan
diami. Resmilah nama negara ini bernama Indonesia atau nama lengkapnya dalam
UU Pasal 1 UUD 1945 dengan nama Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5

C. Penutup
Begitu banyak sebutan nama untuk negara kepulauan yang berada di
antara dua benua dan dua samudra ini. Awal mula kebanyakan orang mengatakan
bahwa negara ini dinamai Hindia dan dengan embel-embel Timur, Belanda,
Kepulauan dsb. Indonesia lahir dari Ilmuan Etnografi Logan yang menyebutkan
nama Indonesia di Jurnalnya. Akhirnya pada Abad 19-an para pribumi semakin
menggaungkan nama Indonesia dan puncaknya disepakati nama Indonesia pada
sumpah pemuda 28 Oktober 1928 yang berbunyi bertumpah darah satu tumpah
darah Indonesia.
6

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sita W. (9 April 2013). "Tracing the glory of Majapahit". The Jakarta Post.
Diakses tanggal 5 February 2015.
Tomascik, T.; Mah, J.A.; Nontji, A.; Moosa, M.K. 1996. The Ecology of the
Indonesian Seas – Part One. Hong Kong: Periplus Editions.
Jamil, Nur Laila, dkk. 2016. “Sejarah Nama Indonesia”. Makalah. Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
David Chandler, et al. 2005. "The Emergence of Modern Southeast Asia: A New
History", disunting oleh Norman G. Owen. Hawai: U. Hawai‘i Press
Prasetyawati, Rully, dkk. 2016. “Asal Mula Nama Indonesia”. Makalah. Malang:
Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai