2. Mengenal Indonesia
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kesatuan di Asia Tenggara, terletak di
garis khatulistiwa, dan berada di antara benua Asia dan Australia, serta antara Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia. Karena letaknya yang berada di antara dua benua dan dua samudra, Indonesia
disebut juga sebagai Nusantara (Kepualauan Antara). Indonesia terdiri dari 17.508 pulau dan menjadi
negara kepulauan terbesar di dunia (walaupun hanya 6000 dari pulau-pulau ini yang berpenghuni).
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama dari Sabang sampai Merauke. Total
luas area Indonesia adalah sekitar 767.777 mil persegi, dengan populasi sekitar 260 juta jiwa pada
tahun 2013, terdiri dari 300 suku bangsa yang diperkirakan memiliki 583 bahasa dan dialek.
Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi, yakni Melayu dan Papua.
Rumpun bangsa Melayu banyak mendiami Indonesia bagian barat. Suku Jawa merupakan suku dalam
rumpun bangsa Melayu Deutero dengan populasi terbesar, mencapai 41,7% dari seluruh penduduk
Indonesia. Indonesia memiliki wilayah alam dengan tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di
dunia.
a) Sejarah Nama Indonesia
Sejarah nama Indonesia berasal dari kata dalam bahasa Latin, yaitu Indus yang berarti Hindia
dan bahasa Yunani nesos yang berarti pulau. Jadi, istilah Indonesia mengandung arti wilayah
kepulauan Hindia atau kepulauan yang berada di Hindia. Nama Indonesia pertama kali muncul
dalam laporan jurnal ilmiah tahunan JIAEA (Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia)
yang terbit di Singapura. Jurnal ini dipimpin oleh James Richardson Logan, Sarjana Hukum dari
Skotlandia.
Etnologi Universitas Berlin, Jerman. Buku karangan Adolf Bastian tersebut terdiri dari 5 seri
yang berisi tentang hasil penelitiannya selama tahun 1864-1880 di Kepulauan Hindia. Para
sarjana Belanda menganggap, bahwa nama Indonesia berasal dari buku Bastian, padahal
Bastian memperoleh nama Indonesia tersebut dari artikel karya Logan.
b) Nama Indonesia dalam Masa Pergerakan Politik
Nama Indonesia, pada awalnya adalah nama ilmiah untuk menyebut wilayah Kepulauan
Indonesia di masa lalu. Nama Indonesia semakin populer di Eropa pada tahun 1900. Hal ini
mendorong para pelajar dan tokoh pergerakan Indonesia yang sedang di Belanda untuk
menggunakan nama Indonesia sebagai ekspresi politik dan identitas diri untuk menyebut tanah
kelahirannya. Salah satu tokoh pergerakan kemerdekaan yang menggunakan nama Indonesia
adalah Ki Hajar Dewontoro. Tahun 1913 Suwardi Suryaningrat atau biasa disebut dengan Ki
Hajar Dewantara, dihukum oleh penjajah dan diasingkan ke negeri Belanda. Selama menjalani
pengasingan di Belanda, beliau aktif dalam pergerakan dengan mendirikan biro pers dengan
nama Indonesische Pesbureau. Biro pers Ki Hajar Dewantoro inilah yang menjadi organisasi
pertama yang memakai nama Indonesia.
Memasuki tahun 1920, nama Indonesia tidak hanya digunakan sebatas untuk studi etnologi
dan geografis. Namun, nama Indonesia menjelma menjadi sebuah identitas baru bagi bangsa
yang sedang berjuang melepaskan diri dari penjajahan bangsa Belanda. Nama Indonesia
kemudian menjelma menjadi identitas perjuangan bagi para pemuda dan pejuang
kemerdekaan. Indonesia adalah nama yang menyatukan bermacam-macam latar belakang
pemuda dalam gerakan politik menuju kemerdekaan tanah air mereka. Perkembangan yang
sedemikian cepat dengan nama Indonesia, mendorong penjajah Belanda mulai bersiap curiga
dan waspada terhadap gerakan-gerakan para pelajar Indonesia.
Pada tahun 1922, atas inisiatif Mohammad Hatta ketika menjadi mahasiswa Handels
Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia
di Negeri Belanda yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging berubah
nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpunan Indonesia. Majalah mereka, Hindia
Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka, Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya.
“Negara Indonesia Merdeka yang akan dating (de toekomstige vrije Indonesische
staat) mustahil disebut “Hindia-Belanda”. Juga tidak “Hindia” saja, sebab dapat
menimbulkan n kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami, nama Indonesia
menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), arena melambangkan dan
mencita-citakan suatu tanah air pada masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap
orang Indonesia akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.”
Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga,
Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada
tahun 1925, Jang Islamieten Band membentuk kepanduan Natioonal Indonesische Padvinderij
(Natipij). Akhirnya nama “Indonesia” dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa, dan bahasa
pada Kongres Pemuda II atau Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928,
yang dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Meskipun telah ada kesepakatan penggunaan nama Indonesia dalam Kongres Pemuda II,
namun secara politis istilah tersebut belum resmi. Pada bulan Agustus 1939, tiga orang anggota
Volksraad (Dewan Rakyat atau parlemen pada masa Hindia-Belanda), Muhammad Husni
Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo mengajukan mosi kepada
Pemerintah Belanda agar nama Indonesi𝑒̈ diresmikan sebagai pengganti nama Nederlandsch-
Indie. Namun, permohonan ini ditolak oleh pemerintah Hindia-Belanda. Ketika proklamasi
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, barulah secara resmi istilah Indonesia menjadi
nama dari sebuah negara yang berdaulat penuh.
Dari aspek demografi, Indonesia adalah negara berpenduduk besar keempat di dunia dengan
jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Meskipun secara resmi, Indonesia bukan negara
Islam. Bentuk pemerintahan Republik Indonesia adalah Republik dengan Dewan Perwakilan
Rakyat dan Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat. Ibukota negara berada di pulau Jawa,
yaitu Jakarta. Indonesia berbatasan dengan darat Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua
Nugini di Pulau Papuan, dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya
adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di
India.
Dari perpetif historis, kepulauan Indonesia telah menjadi wilayah perdagangan penting, setidaknya
sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan
Tiongkok dan India. Beberapa abad kemudian diikuti oleh para pedagang Islam, serta berbagai
kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli dan menguasai jalur perdagangan rempah-
rempah di era penjelajahan samudra. Setelah sekitar 350 tahun berada dalam cengkeraman Belanda,,
dan 3,5 tahun berada dalam penguasaan pemerintah militer Jepang, Indonesia menyatakan
kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Dalam hubungan lintas negara, baik dalam skala regional maupun internasional, Indonesia
menganut paham bebas aktif. Indonesia merupakan anggota dari PBB, ASEAN, APEC, OKI, G-20, dan
akan menjadi anggota dari OECD. Indonesia merupakan anggota PBB dan satu-satunya anggota yang
pernah keluar dari PBB, yaitu pada tanggal 7 Januari 1965 dan bergabung kembali paada tanggal 28
September 1966. Indonesia tetap dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, nomor keanggotaan yang
sama sejak bergabung dengan PBB untuk pertama kali paada tanggal 28 September 1950.
PRAMUKA DAN NEGARA KESATUAN INDONESIA
PEMUDA INDONESIA NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA
Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia ini memiliki alur sejarah sendiri.
Pada awal kemerdekaan Indonesia, muncul perdebatan mengenai bentuk negara
yang akan digunakan Indonesia, apakah negara kesatuan ataukah negera federal.
Perdebatan ini terjadi ketika penetuan bentuk negara Indonesia dalam rapat BPUPKI.
Pioner gagasan bentuk negara kesatuan di Indonesia adalah Prof. Soepomo.
Pendapatnya dalam sidang BPUPKI diikuti oleh tokoh nasional lainnya, seperti
Soekarno dan Mr. Muhammad Yamin.
Soepomo berpendapat bahwa negara didirikan atas sebuah teori. Di dunia ini
terdapat tiga teori tentang dasar berdirinya sebuah negara, yaitu teori individualistic,
teori kelas dan teori intergralistik. Teori individualistic atau perseorangan adalah
masyarakat hukum yang disusun atas kontrak antara seluruh individu dengan
masyarakat itu sendiri demi menjamin hak-hak individu di masyarakat. Sedangkan
teori golongan menganggap negara merupakan alat suatu golongan untuk menindas
golongan yang lain, golongan kuat menindas yang lemah. Aliran ketiga, teori
integralistik menurut Soepomo adalah negara tidak menjamin kepentingan
perorangan atau kelompok, tapi negara harus mncakup kepentingan seluruh
komponen, tapi negara harus mencakup kepentingan seluruh komponen. Negara
adalah suatu susunan masyarakat yang integral, segala golongan mempunyai ikatan
yang erat dan berhubungan satu sama lainnya dan merupakan persatuan
masyarakat yang organis.
Menurut Soepomo, integralistik adalah paham yang cocok untuk bangsa
Indonesia, bukan paham kenegaraan individualistic seperti yang diajarkan Thomas
Hobbes, John Locke, Jean Jacques Roesseau, Helbert Spencer dan J. Laski,
maupun negara kelas yang dianut oleh Karl Marx, Engels dan Lenin. Selanjutnya,
Soepomo mengatakan bahwa jika kita hendak mendirikan negara Indonesia yang
sesuai dengan sifat dan ciri khas masyarakat Indonesia, maka negara kita harus
didirikan atas dasar pikiran tentang negara (staatside) yang integralistik.
Dalam sidang BPUPKI tersebut Mr. Muh. Yamin menerima gagasan negara
kesatuan yang dipelopori Soepomo ini. Yamin berpendapat bahwa bentuk negara
yang sesuai untuk Indonesia adalah negara kesatuan, bukan negara serikat.
Meskipun demikian, konsep negara integralistik yang tidak menjamin Hak Asasi
Manusia (HAM) dari Soepomo sedikit ditentang oleh Yamin yang menghendaki
adanya pengakuan dan jaminan tehadap HAM dalam UUD Negara Indonesia
nantinya. Dalam sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945, Yamin mengusulkan
Indonesia menjadi negara persatuan yang tidak terpecah, dibentuk ke dalam dan ke
luar badan bangsa Indonesia yang tidak terbagi-bagi. Alasan Yamin menolak
federalism karena negara faderal lebih banyak memerlukan pegawai dibandingkan
negara kesatuan, negara federal mengarah pada perpecahan, sedangkan negara
kesatuan memperkuat Indonesia yang dimerdekakan dengan jalur revolusi
federalism hanya akan melemahkan Indonesia. Lebih jauh Yamin mengungkapkan,
bahwa ide negara kesatuan sudah muncul sejak Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928, karena telah ada kebulatan tekad seluruh pemuda Indonesia tentang
adanya satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa. Indonesia dengan bentuk
negara kesatuan bukan hanya ide pada saat sidang BPUPKI, tetapi memang telah
dicita-citakan sejak lama.
Ide negara kesatuan tidak serta-merta diterima oleh seluruh anggota BPUPKI,
Mohammad Hatta lebih setuju dengan bentuk negara federal. Hatta mengemukakan,
bahwa karena Indonesia terbagi atas beberapa pulau dan golongan bangsa, maka
perlu tiap-tiap golongan kecil atau besar, mendapat otonomi, mendapat hak untuk
menentukan nasibnya sendiri. Satu-satunya dapat mengatur pemerintahan sendiri
menurut keperluan dan keyakinan sendiri, asal saja peraturan masing-masing tidak
berlawanan dengan dasar-dasar pemerintahan secara umum. Selanjutnya,
Mohammad Hatta menyatakan bahwa Indonesia terdiri dari masyarakat majemuk,
sehingga membutuhkan bentuk negara federal bagi Indonesia untuk
mempersatukan segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia.
Namun dalam mekanisme pengambilan keputusan mengenai bentuk negara,
Hatta akhirnya menerima gagasan bentuk negara kesatuan untuk Indonesia, sebab
mayoritas anggota BPUPKI menginginkan bentuk negara kesatuan. Soekarno, dalam
pidatonya pada 1 Juni 1945, mengatakan bahwa nasionalisme Indonesia atau
negara kesatuan merupakan sebuah takdir. Bentuk negara kesatuan bagi Indonesia
ini kemudian ditetapkan dalam UUD 1945 oleh PPKI pada 18 Agustus 1945.
Berdasarkan hasil sidang BPUPKI itulah, maka UUD 1945 mengatur bentuk negara
Indonesia dalam Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi, “Negara Indonesia ialah Negara
Kesatuan yang berbentuk Republik.”
Bentuk negara kesatuan adalah ketentuan yang diambil oleh para founding
fathers pada tahun 1945 berdasarkan dari berbagai pertimbangan dan hasil
pembahasan yang cukup mendalam. Namun, dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia pernah juga menerapkan bentuk negara federal sebagai akibat atau
konsekuensi hasil konferensi meja bundar di negeri Belanda pada tahun 1949.
Namun, penerapan pemerintah federal ini hanya berlangsung sekitar 7 bulan untuk
kemudian kembali menjadi bentuk negara kesatuan. Setelah bergulirnya ferormasi
1998, pada saat akan diadakan amandemen terhadap UUD 1945, bentuk negara
kesatuan ini kemudian diperdebatkan oleh berbagai pihak. Namun, mengingat
bangsa majemuk ini begitu rentan terhadap disintegrasi, kemudian ada kesepakatan
politik yang dilakukan oleh elemen bangsa agar negara kesatuan tetap
dipertahankan. Bahkan, eksistensinya semakin dikokohkan dalam amandemen
keempat UUD 1945 dalam pasal 37 ayat (5) “Khusus mengenai bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.”
Negara Indonesia pada era reformasi ini tetap menganut bentuk negara
kesatuan dengan menjunjung tinggi otonomi dan kekhususan daerah sesuai dengan
budaya dan adat istiadatnya. Bentuk negara yang diyakini sebagian besar pendiri
negara bisa menjamin persatuan yang kuat bagi negara kepulauan Indonesia adalah
Negara Kesatuan (unitary). Meskipun memilih bentuk negara kesatuan, para pendiri
bangsa sepakat bahwa untuk mengelola negara sebesar, seluas, dan semajemuk
Indonesia tidak bisa tersentralisasi. Negara seperti ini sepatutnya dikelola dengan
melibatkan peran serta daerah dalam pemberdayaan ekonomi, politik, dan social-
budaya sesuai dengan keragaman potensi daerah masing-masing.
Di era reformasi ini, dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia terdapat pembagian kewenangan antara pemerintah
pusat dan daerah. Hal ini dilakukan untuk mendorong otonomi daerah dan
mendorong pembangunan daerha menjadi lebih pesat. Hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah dapat dijalankan secara langsung. Undang-undang yang mengatur
tugas adalah UU No. 32 Tahun 2004. Pemerintah pusat memiliki wewenang
sepenuhnya dalam hal pertahanan, keamanan, moneter, politik luar negeri,
pendidikan, dan agama. Pemerintah daerah memiliki kewenangan (otonomi) untuk
mengatur rumah tangga daerah, membuat kebijakan dan peraturan (selain 6
kewenangan pemerintah pusat) namun tetap harus selaras dengan pemerintah
pusat. Dalam konsepsi negara kesatuan, kekuasaan yang ada di tangan pemerintah
daerah merupakan mandate atau wewenang dari pusat dan hukum nasional.
Peraturan pusat tidak memerlukan pengakuan dari daerah.
Sang teladan
1. Pengertian Narkoba
Ada istilah lain yang memiliki keserupaan arti dengan narkoba, yaitu napza.
Napza merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif
lainnya (obat-obatan terlarang, berbahaya yang mengakibatkan seseorang
mempunyai ketergantungan terhadap obat-obatan tersebut). Meskipun kedua
istilah tersebut merujuk pada permasalahan yang sama, namun istilah napza lebih
luas cakupannya. Narkoba secara definitif adalah zat kimia yang dapat mengubah
keadaan psikologi, seperti perasaan, pikiran, suasana hati, serta perilaku, jika masuk
ke dalam tubuh manusia, baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik,
intravena, dan lain sebagainya.
Saat ini narkoba bukan lagi menjadi konsumsi geng-geng underground jalanan
dengan gaya hidup glamour para artis, tetapi narkoba telah merambah ke civitas
akademik. Kita sering mendengar kejadian mahasiswi atau mahasiswa mengonsumsi
sabu-sabu dan ekstasi, pelajar mengonsumsi pil koplo, bahkan anak usia SD dan
SMP sudah banyak yang kecanduan bau lem. Selain itu, penyalahgunaan narkoba
tidak hanya merambah pada pemuda, kaum dewasa yang seharusnya lebih berakal
sehat, berpikiran jernih serta bijaksana juga ternyata banyak yang terlibat dalam
penyalahgunaan narkoba. Tidak tanggung-tanggung, sebagian dari mereka bahkan
merupakan oknum aparat dan pejabat yang seharusnya menjadi teladan bagi
masyarakat.
Narkoba pada dasarnya adalah racun. Jumlah atau dosis yang dikonsumsi
menentukan akibat yang dapat ditimbulkan. Dosis rendah dapat merangsang
(meningkatkan aktivitas) dan dosis yang tinggi dapat menjadi penenang (menekan
aktivitas). Sehingga dalam kondisi tertentu, beberapa jenis narkoba sering
digunakan untuk kepentingan medis. Dosis yang lebih tinggi lagi dapat membunuh
seseorang. Dalam kasus penyalahgunaan narkoba, yang terjadi adalah peningkatan
dosis narkoba yang dikonsumsi oleh pengguna dari waktu ke waktu. Tubuh manusia
memiliki kemampua adaptif, sehingga akan sampai pada kondisi toleran dimana
semakin sering narkoba digunakan, maka daya efeknya semakin turun. Pada kondisi
toleran ini, pecandu narkoba akan menaikkan dosisnya untuk mendapatkan efek
yang diinginkan. Racun narkoba yang telah menumpuk dalam tubuh, ditambah
peningkatan dosis pemakaian narkoba pada seorang pecandu secara tiba-tiba akan
mengakibatkan sakaw yang juga berujung pada kematian. Oleh karena itu, dalam
proses penghentian pemakaian narkoba diperlukan upaya rehabilitasi oleh tim
medis yang kompeten. Dari sini, dapat dipahami bahwa manusia hanya memiliki dua
pilihan, mati bersama narkoba atau hidup tanpa narkoba.
Dalam lingkup global, letak Indonesia yang strategis, yaitu menghubungkan Asia
dengan Australia, merupakan salah satu transit bagi peredaran jaringan narkoba
internasional. Selain itu, jumlah populasi penduduk Indonesia yang sangat besar
tentu menjadi pasar yang sangat potensial untuk digarap secara serius dalam
peredaran narkoba. Ditambah lagi, secara ekonomi tingkat pendapatan masyarakat
indonesia cukup tinggi dibandingkan negara tetangga. Peredaran narkoba,
khususnya narkotika, di Indonesia ditengarai dikendalikan oleh jaringan
internasional.
c. Aspek Masyarakat
Faktor-faktor dalam masyarakat yang berpengaruh besar terhadap terjadinya
penyalahgunaan narkoba diantaranya sebagai berikut.
Ketersediaan narkoba
Kemiskinan
Transisi demografi dan mobilitas penduduk
Hubungan sosial yang renggang
Pengaruh teman atau kelompok pergaulan
Semua jenis narkoba membawa resiko dan bahaya, jika tidak ada batasan aman
bagi penggunga.
Tak seorang pun pengguna yang tahu kandungan dan zat yang dia pakai.
Tidak ada jaminan tentang kemurnian dan kekuatan bahan. Pemakai juga tidak
ada yang tahu zat apa yang telah dicampurkan di dalamnya.
Tidak ada pengguna yang yakin efek yang akan terjadi, saat ia menggunakan
obat/zat itu.
Menggunakan macam-macam obat/zat secara bersamaan (playdrug use/mixing
drug/coctail) sangat berbahaya.
Pengguna hard-drug, seperti sabu-sabu, juga ekstasi dan sekelasnya, pada
umumnya dimulai dari soft-drug seperti rokok, alkohol, dan ganja.
a. Liver
Liver yang dimaksud disini bukanlah liver (hati) dalam pengertian organ dalam
tubuh. Liver dalam hal ini adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi
kesehatan seseorang, baik fisik maupun psikologis. Bahaya yang ditimbulkan
akibat penyalahgunaan narkoba terbegai menjadi dua, yaitu bahaya langsung
dan bahaya tidak langsung.
1) Bahaya langsung
Bahaya langsung adalah bahaya yang
secara tidak langsung diakibatkan oleh
efek zat yang digunakan, baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Lover
Lover yaitu rusaknya hubungan dengan orang-
orang yang dicintai. Para pecandu biasanya
selalu dalam pengaruh narkoba atau selalu
mengutamakan narkoba, sehingga membuat
dirinya lupa akan kewajiban dan tidak lagi
memerdulikan orang lain. Pada akhirnya, hal ini
membuat dirinya ditinggalkan oleh orang-
orang yang semula mencintai dan dicintainya.
B. Di Bawah Incaran Narkoba
1. Depresan (depressant)
2. Stimulan (Stimulant)
3. Halusinogen (Hallusinogent)
Halusinogen adalah zat atau obat yang menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
mengubah perasaan dan pikiran. Halusinogen bekerja dengan cara mengaburkan
presepsi pengguna terhadap realita yang ada, baik penglihatan, pendengaran, maupun
orientasi terhadap waktu/tempat. Efek halusinogen biasanya susah untuk diprediksi.
Efek psikologisnya sangat bergantung pada mood dan konteks pada saat
menggunakannya. Halusinogen dapat memengaruhi perasaan emosi, euphoria, dan rasa
bagahia. Efek negatif yang sering timbul akibat pemakaian halusinogen adalah perasaan
panik, paranoia, dan kehilangan hubungan dengan reaita.
1. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu bagi
penggunanya. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan
semangat, dan halusinasi atau khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi
pemakainya. Sifat-sifat yang diketahui dan ditemukan dalam dunia medis tersebut
dimanfaatkan untuk pengobatan dan kepentingan manusia di bidang pembedahan,
menghilangkan rasa sakit, dll.
Sebenarnya terdapat banyak jenis narkotika. Namun, narkotika yang beredar secara
ilegal dan sering disalahgunakan adalah sebagai berikut.
a. Heroin
Gejala overdosis:
Kesakitan dan kejang-kejang, menggigil, mual, muntah, diare, kram perut, bola mata
mengecil, mengantuk, mata berair, hidung berlendir, berkeringat, kekurangan cairan
tubuh, gelisah dan panik.
b. Kokain
Istilah samaran atau nama jalanan:
C, coke, flake, nose candy, snow, dust,
white lady, toot, crack, rock, free-base,
ball, blow, charlie, dan mojo. Kokain
berasal dari tanaman koka
(Erythroxylon coca) . tepung diekstrasi
dari daun-daun koka yang banyak
tumbuh di kawasan Amerika Selatan,
seperti Peru, Bolivia, dan Kolombia. Di daerah tersebut, daun dari tanaman belukar ini
biasanya dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.
Setelah diolah, kokain umumnya berbentuk tepung berwarna krem keputih-putihan
dengan rasa pahit. Bentuk lain dari kokain adalah kristal atau tablet.
Gejala overdosis:
Gelisah, suhu badan meningkat, berkhayal, tertawa tidak wajar, gagal ginjal,
pendarahan otak, serangan jantung, stroke, koma, dan bisa mengakibatkan kematian.
Lesu, letih, lelah, depresi, tak dapat mengendalikan diri, craving berat (crash phase).
Depresi, kurang energi, cemas, cepat marah, dan craving meningkat (withdrawal
phase).
c. Cannabis
Istilah samaran atau nama jalanan: ganja, gele, cimeng, hash, kangkung, oyen ikat,
bang, labang, rumput, grass, pot, stick, baudha, dope, herb, ganja, pocong,
budhastick, dan hashish. Cannabis atau lebih populer dengan sebutan ganja berasal
dari tanaman Cannabis sativa. Semua bagian dari tanaman ini mengandung
kanabinoid psikoaktif. Bahan kimia aktif dalam ganja adalah THC (delta-9 tetrahydro
cannabial) yang dapat memengaruhi perasaan, penglihatan, dan pendengaran.
Remaja yang sering mengonsumsi ganja kemungkinan besar untuk bertindak kasar
dan melakukan perusakan empat kali lebih besar. Ada tiga jenis Cannabis yaitu:
Marijuana (ganja)
Hasish (Hash)
Hasish oil (terkadang disebut juga dengan Cannabis oil)
Gejala overdosis:
Panik, mengamuk, demam, pupil mata membesar, paranoia, koma, dan bisa
mengakibatkan kematian.
Gangguan tidur, mudah marah, gelisah, hilang nafsu makan, berat badan menurun,
cemas, berkeringat, gangguan perut, menggigil, suhu tubuh naik, dan tremor.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika baik alamiah maupun sintetis yang
memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika adalah
bahan lain yang tidak mengandung narkotika , merupakan zat buatan atau hasil
rekayasa yang dibuat dengan mengatur struktur kimia. Psikotropika dikelompokkan
menjadi 4 kelompok, yaitu Psikotropika golongan I, Psikotropika golongan II,
Psikotropika golongan III, Psikotropika golongan IV.
Sebenarnya terdapat banyak jenis psikotropika, namun yang beredar secara ilegal
dan sering disalahgunakan adalah sebagai berikut.
a. Amphetamine
1) Ekstasi (Ecstasy)
Ekstasi adalah narkoba psikotropika sintetis dalam bentuk tablet atau pil dibuat
secara ilegal di laboratorium. Tablet ini diberi warna-warna dan terkadang ditandai
dengan gambar-gambar kartun. Untuk meningkatkan efek, pembuatnya biasanya
menambahkan zat tertentu, seperti kafein, bahkan kokain.
Menjaga lingkungan tempat tingga agar bersih dan bebas dari penyalahgunaan
narkoba.
Melakukan pengawasan pada tempat-tempat yang dianggap rawan di lingkungan
sekitar.
Melakukan kampanye aktif tentang bahaya narkoba dan menciptakan kondisi
antinarkoba.
Menginformasikan kepada instansi terkait bila ada pengguna/pelaku penyalahgunan
narkoba.
Segera melakukan pertolongan terhadap pengguna/penyalahguna narkoba.
Berperan aktif dalam melakukan pemberantasan penyalahgunaan narkoba, bersama-
sama dengan masyarakat di lingkungan setempat.