Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SEJARAH PAHAM KEBANGSAAN INDONESIA

Disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Kewiraan &


Kewarganegaraan

Disusun Oleh :

Kelompok 1
Broadcasting 02

KHUSNUL CHOTIMAH 416415

MUHAMMAD NUR CHOLIS 416239

MOCHAMMAD FERDIANSYAH 416146

PROGRAM STUDI MULTIMEDIA BROADCASTING


SEKOLAH TINGGI TEKNIK MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kesatuan, negara kepulauan dan berbagai gelar yang

dimilikinya. Sebagai negara kesatuan, tentulah Indonesia memiliki aturan dan tata

cara bernegara dalam mewujudkan kesatuan seluruh wilayahnya. Selain itu, negara

Indonesia memiliki cara pandang tertentu dalam setiap hal baik intern maupun

ekstern. Termasuk juga dalam memandang dirinya sendiri untuk menentukan

sikapnya dalam menjalani kehidupan bernegara. Oleh karena itu, dirasa penting

untuk membahas hal ini dalam konteks sejarah paham kebangsaan Indonesia.
Penentuan pemahaman tidak hanya dibuat sekedarnya, melainkan disusun pula

atas histori yang dialami suatu bangsa, contohnya di Indonesia. Indonesia dalam

sejarahnya mengalami berbagai jalan yang ditempuhnya. Masa kerajaan, masa

penjajahan, dan bahkan setelah merdeka pun Indonesia mengalami perubahan-

perubahan sistem pemerintahan. Sebagai warga negara Indonesia, sepatutnya kita

mengetahui jalan sejarah paham kebangsaan tersebut yang akan di bahas dalam

makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan paham kebangsaan?


1.2.2 Bagaimana sejarah perumusan Pancasila?
1.2.3 Bagaimana sejarah Indonesia pada masa Orde Baru?
1.2.4 Bagaimana sejarah Indonesia pada masa Orde Lama?
1.2.5 Bagaimana sejarah Indonesia pada masa Reformasi?

1.3 Tujuan

1.3.1 Dapat mengetahui tentang paham kebangsaan.


1.3.2 Dapat mengetahui sejarah perumusan Pancasila.
1.3.3 Dapat mengetahui sejarah Indonesia pada masa Orde Baru.
1.3.4 Dapat mengetahui sejarah Indonesia pada masa Orde Lama.
1.3.5 Dapat mengetahui sejarah Indonesia pada masa Reformasi.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Paham Kebangsaan

Para pendiri negara menyadari bahwa Indonesia yang hendak didirikan


haruslah mampu berada diatas semua kelompok dan golongan yang beragam.
Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara bekas jajahan Belanda merupakan
negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa, berbagai ras dengan wilayah
yang tersebar di nusantara.
Negara Indonesia merdeka yang akan didirikan hendaknya negara yang
dapat mengayomi seluruh rakyat tanpa memandang suku, agama, ras, bahasa,
daerah, dan golongan-golongan tertentu. Yang diharapkan adalah keinginan
hidup bersatu sebagai satu keluarga bangsa karena adanya persamaan nasib,
cita-cita, dan karena berasal dalam ikatan wilayah atau wilayah yang sama.
Paham Kebangsaan merupakan pengertian yang mendalam tentang apa
dan bagaimana bangsa itu mewujudkan masa depannya. Dalam mewujudkan
paham tersebut belum diimbangi adanya legitimasi terhadap sistem pendidikan
secara nasional, bahkan masih terbatas muatan lokal, sehingga muatan
nasional masih diabaikan. Tidak adanya materi pelajaran Moral Pancasila atau
Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) atau sertifikasi terhadap
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) di setiap strata
pendidikan, baik formal, nonformal, maupun di masyarakat luas.
Wawasan Kebangsaan Indonesia dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia berkembang dan mengkristal dalam perjalanan sejarah
bangsa Indonesia dalam membentuk negara Indonesia yang tercetus pada
waktu diikrarkan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai tekad
perjuangan yang merupakan kenvensi nasional tentang pernyataan eksistensi
bangsa Indonesia yaitu satu nusa, satu bangsa dan menjunjung bahasa
persatuan bahasa Indonesia.
Ada empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia,
keempat pilar tersebut yakni Pancasila, UUD Negara RI 1945, Negara Kesatuan
RI (NKRI) dan Bhineka Tunggal Ika. Saat ini pola kehidupan remaja atau
generasi muda kurang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Dalam ideoiogi
Negara, sikap toleransi dan tanggung jawab menjadi bagian dalam kehidupan
berkebangsaan.

2.2 Sejarah Paham Kebangsaan Indonesia

Bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa asing sampai dengan tahun 1945.
Bangsa-bangsa yang pernah menjajah di wilayah nusantara adalah Portugis,
Belanda, Inggris dan Jepang. Perjuangan Bangsa Indonesia melawan penjajah
telah dimulai sejak wilayah nusantara masih berupa kerajaan-kerajaan, namun
perlawanan waktu itu masih bersifat kedaerahan.

Selama penjajahan peristiwa yang menonjol adalah tahun 1908 yang


dikenal sebagai Gerakan Kebangkitan Nasional Pertama, yaitu lahirnya
organisasi pergerakan Budi Utomo yang dipelopori oleh Dr. Sutomo Dan Dr.
Wahidin Sudirohusodo, Dan 20 tahun kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928
ditandai dengan lahirnya Sumpah Pemuda sebagai titik awal dari kesadaran
masyarakat untuk berbangsa Indonesia, dimana putra putri bangsa Indonesia
berikrar : “BERBANGSA SATU, BERTANAH AIR SATU, DAN BERBAHASA
SATU : INDONESIA”. Pernyataan ikrar ini mempunyai nilai dan tujuan yang
sangat strategis di masa depan yaitu persatuan dan kesatuan Indonesia. Niiai
yang terkandung didalamnya antara lain harga diri, solidaritas, persatuan dan
kesatuan, serta jati diri bangsa.

A. Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908 (Budi Utomo)


Kebangkitan nasional Bangsa Indonesia ditandai dengan berdirinya
organisasi Boedi Oetomo yaitu sebuah organisasi pemuda yang didirikan
oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA seperti Goenawan
Mangoenkoesoemo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908. Organisasi ini
digagas oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo. Organisasi ini bersifat sosial,
ekonomi, dan kebudayaan tetapi tidak bersifat politik. Berdirinya Budi
Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan
Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan
bagi golongan berpendidikan Jawa. Saat ini tanggal berdirinya Budi
Utomo, 20 Mei, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Pada mulanya, Budi Utomo bukan organisasi politik, kegiatannya
terpusat pada bidang sosial budaya, namun sejak tahun 1915, Budi
Utomo mulai bergerak di bidang politik. Pada tahun 1929, Budi Utomo
masuk menjadi anggota PPPKI (Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia).Pada tahun 1935, Budi Utomo bergabung
dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) yang dipimpin oleh Soetomo.
Penggabungan (Fusi) Itu membentuk organisasi baru bernama Parindra
(Partai Indonesia Raya).
Sepuluh tahun pertama Budi Utomo mengalami beberapa kali
pergantian pemimpin organisasi. Kebanyakan memang para pemimpin
berasal kalangan "priyayi" atau para bangsawan dari kalangan keraton,
seperti Raden Adipati Tirtokoesoemo, bekas Bupati Karanganyar
(presiden pertama Budi Utomo), dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari
Keraton Pakualaman.

B. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928


Sumpah Pemuda yang dicetuskan tanggal 28 Oktober 1928.
Persatuan dan kesatuan Sumpah Pemuda dapat memberikan
ide/gagasan atau membimbing generasi yang akan datang untuk tetap
tegaknya negara kesatuan RI. Nilai-nilai Sumpah Pemuda perlu
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memahami dan
menyadari kemajemukan (keanekaragaman) masyarakat Indonesia,
misalnya tidak boleh membeda-bedakan teman berdasarkan suku
bangsa, Agama dan menggunakanBahasa Indonesia dalam pergaulan
sehari-hari dengan baik dan benar.
Sumpah Pemuda sebagai tonggak Penegas Persatuan bangsa
Indonesia dapat mencegah perpecahan bangsa, sebab tanpa persatuan
dan kesatuan, apapun yang dicita-citakan oleh negara dan bangsa sulit
untuk berhasil. Kita ketahui bahwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
adalah cerminan dari tekad dan ikrar para Pemuda, Pelajar dan
Mahasiswa. Pada saat itu mereka tidak membeda-bedakan suku, pulau,
dan organisasi mana, karena tekad mereka ingin bersatu untuk merebut
Kemerdekaan dari para penjajah. Semangat persatuan pada waktu itu
sangat menonjol, mereka bertekad hidup atau mati dan tiada jalan lain
untuk merebut kemerdekaan kecuali bersatu padu. Hasil dari tekad dan
ikrar para pemuda yaitu pernyataan Sumpah Pemuda yang menyatakan
bahwa :
1. Kami putra putri Indonesia mengaku, bertumpah darah yang satu,
tanah air Indonesia.
2. Kami putra putri Indonesia mengaku, berbangsa satu bangsa
Indonesia.
3. Kami putra putri Indonesia mengaku, menjunjung bahasa
persatuan bahasa Indonesia.
Ketiga keputusan tersebut dipatuhi oleh semua perkumpulan
kebangsaan Indonesia. Keyakinan persatuan Indonesia diperkuat dengan
memperhatikan dasar persatuan, yaitu Kemauan, Sejarah, Bahasa,
Hukum adat dan Pendidikan.
Adapun makna Sumpah Pemuda menjadi tonggak penegas yang
sangat penting dalam sejarah atau lebih jelasnya, bahwa kita wajib
menjujung tinggi persatuan Indonesia berdasarkan prinsip Bhinneka
Tunggal Ika. Kita bangga bertanah air, berbangsa dan berbahasa
Indonesia; Karena itu kita wajib mencintai tanah air,bangsa dan bahasa
Indonesia.

2.3 Sejarah Perumusan Pancasila

Pancasila adalah sebagai dasar negara indonesia, Dalam suatu proses


perumusannya atau juga pembuatannya telah menjadi sejarah dikarenakan
dalam proses perumusannya tersebut mempunyai berbagai tahap-tahap yang
hati-hati dan juga tidak boleh salah dikarenakan pancasila tersebut ialah sebagai
dasar negara yang fleksibel yang berarti dapat digunakan zaman mendatang
atau juga pancasila tersebut tidak bertentangan dengan kemajuan zaman atau
juga pada kehidupan dimasyarakat namun pancasila adalah suatu pengingat
dalam keseharian kita agar dapat menjauhi hal-hal yang tidak baik didalam
perkembangan dan juga kemajuan zaman. Dalam pengambilan nama Pancasila
tersebut terdapat dalam sebuah buku dan juga Pancasila mempunyai arti.
Sejarah perumusan Pancasila ini berawal dari pemberian janji
kemerdekaan di kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri
Jepang saat itu, Kuniaki Koiso. pada tanggal 7 September 1944. Lalu,
pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 Maret 1945 (2605, tahun
Showa 20) yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
tata pemerintahan Indonesia Merdeka. Organisasi yang beranggotakan 74 orang
(67 orang Indonesia, 7 orang Jepang) ini mengadakan sidang pertamanya pada
tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945 untuk merumuskan falsafah dasar negara
bagi negara Indonesia. Selama tiga hari itu tiga orang, yaitu, Muhammad Yamin,
Soepomo, dan Soekarno, menyumbangkan pemikiran mereka bagi dasar negara
Indonesia. Dalam pidato singkatnya hari pertama, Muhammad Yamin
mengemukakan 5 asas bagi negara Indonesia Merdeka, yaitu kebangsaan,
kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. Soepomo pada
hari kedua juga mengusulkan 5 asas, yaitu persatuan, kekeluargaan, mufakat
dan demokrasi, musyawarah, dan keadilan sosial. Pada hari ketiga, Soekarno
mengusulkan juga 5 asas. Kelima asas itu, kebangsaan Indonesia,
internasionalisme atau perikemanusiaan, persatuan dan kesatuan, kesejahteraan
sosial, dan ketuhanan yang Maha Esa, yang pada akhir pidatonya Soekarno
menambahkan bahwa kelima asas tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang
disebut dengan Pancasila, diterima dengan baik oleh peserta sidang. Oleh
karena itu, tanggal 1 Juni 1945 diketahui sebagai hari lahirnya pancasila.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi
kemerdekaan, datang berberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur.
Beberapa utusan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi
b. Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan
c. I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
d. Latu Harhary, wakil dari Maluku.
Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang
bagian kalimat dalam rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila
pertama Pancasila sebelumnya, yang berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Pada Sidang PPKI I, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu
mengusulkan mengubah tujuh kata tersebut menjadi “Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Pengubahan kalimat ini telah dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta
dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki
Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka menyetujui perubahan kalimat
tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan akhirnya bersamaan dengan
penetapan rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 pada Sidang
PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila pun ditetapkan sebagai dasar negara
Indonesia
Pancasila Sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia telah diterima secara luas dan telah bersifat final. Namun walaupun
pancasila saat ini telah dihayati sebagai filsafat hidup bangsa dan dasar negara,
yang merupakan perwujudan dari jiwa bangsa,sikap mental,budaya dan
karakteristik bangsa, saat ini asal usul dan kapan di keluarkan/disampaikannnya
Pancasila masih dijadikan kajian yang menimbulkan banyak sekali penafsiran
dan konflik yang belum selesai hingga saat ini.
Namun dibalik itu semua ternyata pancasila memang mempunyai sejarah
yang panjang tentang perumusan-perumusan terbentuknya pancasila, dalam
perjalanan ketata negaraan Indonesia. Sejarah ini begitu sensitif dan salah-salah
bisa mengancam keutuhan Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan begitu banyak
polemik serta kontroversi yang akut dan berkepanjangan baik mengenai siapa
pengusul pertama sampai dengan pencetus istilah Pancasila.
Dari beberapa sumber, setidaknya ada beberapa rumusan Pancasila
yang telah atau pernah muncul. Rumusan Pancasila yang satu dengan rumusan
yang lain ada yang berbeda namun ada pula yang sama. Secara berturut turut
akan dikemukakan rumusan dari Muh Yamin, Sukarno, Piagam Jakarta, Hasil
BPUPKI, Hasil PPKI, Konstitusi RIS, UUD Sementara, UUD 1945 (Dekrit
Presiden 5 Juli 1959), Versi Berbeda, dan Versi populer yang berkembang di
masyarakat.
A. Rumusan I : Muh. Yamin
Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang dilaksanakan pada 29
Mei – 1 Juni 1945 beberapa anggota BPUPKI diminta untuk
menyampaikan usulan mengenai bahan-bahan konstitusi dan rancangan
“blue print” Negara Republik Indonesia yang akan didirikan. Pada tanggal
29 Mei 1945 Mr. Muh. Yamin menyampaikan usul dasar negara
dihadapan sidang pleno BPUPKI baik dalam pidato maupun secara
tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI.

 Rumusan Pidato
Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan
Muh Yamin mengemukakan lima calon dasar negara yaitu:
1.Peri Kebangsaan
2.Peri Kemanusiaan
3.Peri ke-Tuhanan
4.Peri Kerakyatan
5.Kesejahteraan Rakyat
Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan
tertulis mengenai rancangan dasar negara. Usulan tertulis yang
disampaikan kepada BPUPKI oleh Muh Yamin berbeda dengan
rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan yang
dipresentasikan secara lisan, yaitu:
1.Ketuhanan Yang Maha Esa
2.Kebangsaan Persatuan Indonesia
3.Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5.keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

B. Rumusan II : Ir. Soekarno


Selain Muh Yamin, beberapa anggota BPUPKI juga menyampaikan
usul dasar negara, diantaranya adalah Ir Sukarno[1]. Usul ini disampaikan
pada 1 Juni 1945 yang kemudian dikenal sebagai hari lahir Pancasila.
Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga buah
usulan calon dasar negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip.
Sukarno pula- lah yang mengemukakan dan menggunakan istilah
“Pancasila” (secara harfiah berarti lima dasar) pada rumusannya ini atas
saran seorang ahli bahasa (Muh Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno.
Oleh karena itu rumusan Sukarno di atas disebut dengan Pancasila,
Trisila, dan Ekasila.
 Rumusan Pancasila
1.Kebangsaan Indonesia
2.Internasionalisme,-atau peri-kemanusiaan
3.Mufakat,-atau demokrasi
4.Kesejahteraan sosial
5.ke-Tuhanan yang berkebudayaan

 Rumusan Trisila
1.Socio-nationalisme
2.Socio-demokratie
3.ke-Tuhanan

 Rumusan Ekasila
1. Gotong-Royong

C. Rumusan III : Piagam Jakarta


Usulan-usulan blue print Negara Indonesia telah dikemukakan
anggota-anggota BPUPKI pada sesi pertama yang berakhir tanggal 1
Juni 1945. Selama reses antara 2 Juni – 9 Juli 1945, delapan orang
anggota BPUPKI ditunjuk sebagai panitia kecil yang bertugas untuk
menampung dan menyelaraskan usul-usul anggota BPUPKI yang telah
masuk.
Pada 22 Juni 1945 panitia kecil tersebut mengadakan pertemuan
dengan 38 anggota BPUPKI dalam rapat informal. Rapat tersebut
memutuskan membentuk suatu panitia kecil berbeda (kemudian dikenal
dengan sebutan “Panitia Sembilan”) yang bertugas untuk menyelaraskan
mengenai hubungan Negara dan Agama.
Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota BPUPKI
terbelah antara golongan Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam
dengan golongan Kebangsaan yang menghendaki bentuk negara sekuler
dimana negara sama sekali tidak diperbolehkan bergerak di bidang
agama. Persetujuan di antara dua golongan yang dilakukan oleh Panitia
Sembilan tercantum dalam sebuah dokumen “Rancangan Pembukaan
Hukum Dasar”.
Dokumen ini pula yang disebut Piagam Jakarta (Jakarta Charter) oleh
Mr. Muh Yamin. Adapun rumusan rancangan dasar negara terdapat di
akhir paragraf keempat dari dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum
Dasar” (paragraf 1-3 berisi rancangan pernyataan
kemerdekaan/proklamasi/ declaration of independence).
Rumusan ini merupakan rumusan pertama sebagai hasil
kesepakatan para “Pendiri Bangsa”.

 Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

 Alternatif pembacaan
Alternatif pembacaan rumusan kalimat rancangan dasar
negara pada Piagam Jakarta dimaksudkan untuk memperjelas
persetujuan kedua golongan dalam BPUPKI sebagaimana terekam
dalam dokumen itu dengan menjadikan anak kalimat terakhir dalam
paragraf keempat tersebut menjadi sub-sub anak kalimat.
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan
[A] dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar,
[A.1] kemanusiaan yang adil dan beradab,
[A.2] persatuan Indonesia, dan
[A.3] kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan[;] serta
[B] dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.”

 Rumusan dengan penomoran (utuh)


1.Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya
2.Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3.Persatuan Indonesia
4.Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5.Serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia

 Rumusan populer
Versi populer rumusan rancangan Pancasila menurut Piagam
Jakarta yang beredar di masyarakat adalah:
1.Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

D. Rumusan IV : BPUPKI
Pada sesi kedua persidangan BPUPKI yang berlangsung pada 10-17
Juli 1945, dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” (baca
Piagam Jakarta) dibahas kembali secara resmi dalam rapat pleno tanggal
10 dan 14 Juli 1945.
Dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” tersebut dipecah
dan diperluas menjadi dua buah dokumen berbeda yaitu Declaration of
Independence (berasal dari paragraf 1-3 yang diperluas menjadi 12
paragraf) dan Pembukaan (berasal dari paragraf 4 tanpa perluasan
sedikitpun).
Rumusan yang diterima oleh rapat pleno BPUPKI tanggal 14 Juli
1945 hanya sedikit berbeda dengan rumusan Piagam Jakarta yaitu
dengan menghilangkan kata “serta” dalam sub anak kalimat terakhir.
Rumusan rancangan dasar negara hasil sidang BPUPKI, yang
merupakan rumusan resmi pertama, jarang dikenal oleh masyarakat luas.

 Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

 Rumusan dengan penomoran (utuh)


1.Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya
2.Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3.Persatuan Indonesia
4.Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5.Dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia

E. Rumusan V: PPKI
Menyerahnya Kekaisaran Jepang yang mendadak dan diikuti dengan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diumumkan sendiri oleh
Bangsa Indonesia (lebih awal dari kesepakatan semula dengan Tentara
Angkatan Darat XVI Jepang) menimbulkan situasi darurat yang harus
segera diselesaikan. Sore hari tanggal 17 Agustus 1945, wakil-wakil dari
Indonesia daerah Kaigun (Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan
Kalimantan), diantaranya A. A. Maramis, Mr., menemui Sukarno
menyatakan keberatan dengan rumusan “dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” untuk ikut disahkan menjadi
bagian dasar negara.
Untuk menjaga integrasi bangsa yang baru diproklamasikan, Sukarno
segera menghubungi Hatta dan berdua menemui wakil-wakil golongan
Islam. Semula, wakil golongan Islam, diantaranya Teuku Moh Hasan, Mr.
Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo, keberatan dengan
usul penghapusan itu. Setelah diadakan konsultasi mendalam akhirnya
mereka menyetujui penggantian rumusan “Ketuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dengan rumusan
“Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sebuah “emergency exit” yang
hanya bersifat sementara dan demi keutuhan Indonesia.
Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan
“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
dikemukakan dalam rapat pleno PPKI. Selain itu dalam rapat pleno
terdapat usulan untuk menghilangkan frasa “menurut dasar” dari Ki Bagus
Hadikusumo.
Rumusan dasar negara yang terdapat dalam paragraf keempat
Pembukaan Undang-Undang Dasar ini merupakan rumusan resmi kedua
dan nantinya akan dipakai oleh bangsa Indonesia hingga kini. UUD inilah
yang nantinya dikenal dengan UUD 1945.
 Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

 Rumusan dengan penomoran (utuh)


1.ke-Tuhanan Yang Maha Esa
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.Persatuan Indonesia
4.Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5.Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

F. Rumusan VI : Konstitusi RIS


Pendudukan wilayah Indonesia oleh NICA menjadikan wilayah
Republik Indonesia semakin kecil dan terdesak. Akhirnya pada akhir 1949
Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta (RI Yogyakarta) terpaksa
menerima bentuk negara federal yang disodorkan pemerintah kolonial
Belanda dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) dan hanya
menjadi sebuah negara bagian saja.
Walaupun UUD yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945 tetap
berlaku bagi RI Yogyakarta, namun RIS sendiri mempunyai sebuah
Konstitusi Federal (Konstitusi RIS) sebagai hasil permufakatan seluruh
negara bagian dari RIS. Dalam Konstitusi RIS rumusan dasar negara
terdapat dalam Mukaddimah (pembukaan) paragraf ketiga. Konstitusi RIS
disetujui pada 14 Desember 1949 oleh enam belas negara bagian dan
satuan kenegaraan yang tergabung dalam RIS.

 Rumusan kalimat
“…, berdasar pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan sosial.”
Rumusan dengan penomoran (utuh)
1.ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
2.perikemanusiaan,
3.kebangsaan,
4.kerakyatan
5.dan keadilan sosial

G. Rumusan VII : UUD Sementara


Segera setelah RIS berdiri, negara itu mulai menempuh jalan
kehancuran. Hanya dalam hitungan bulan negara bagian RIS
membubarkan diri dan bergabung dengan negara bagian RI Yogyakarta.
Pada Mei 1950 hanya ada tiga negara bagian yang tetap eksis yaitu
RI Yogyakarta, NIT, dan NST. Setelah melalui beberapa pertemuan yang
intensif RI Yogyakarta dan RIS, sebagai kuasa dari NIT dan NST,
menyetujui pembentukan negara kesatuan dan mengadakan perubahan
Konstitusi RIS menjadi UUD Sementara.
Perubahan tersebut dilakukan dengan menerbitkan UU RIS No 7
Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia
Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara (LN RIS Tahun 1950
No 56, TLN RIS No 37) yang disahkan tanggal 15 Agustus 1950.
Rumusan dasar negara kesatuan ini terdapat dalam paragraf keempat
dari Mukaddimah (pembukaan) UUD Sementara Tahun 1950.

 Rumusan kalimat
“…, berdasar pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan sosial, …”

 Rumusan dengan penomoran (utuh)


1.ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
2.perikemanusiaan,
3.kebangsaan,
4.kerakyatan
5.dan keadilan sosial

H. Rumusan VIII: UUD 1945


Kegagalan Konstituante untuk menyusun sebuah UUD yang akan
menggantikan UUD Sementara yang disahkan 15 Agustus 1950
menimbulkan bahaya bagi keutuhan negara. Untuk itulah pada 5 Juli
1959 Presiden Indonesia saat itu, Sukarno, mengambil langkah
mengeluarkan Dekrit Kepala Negara yang salah satu isinya menetapkan
berlakunya kembali UUD yang disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945
menjadi UUD Negara Indonesia menggantikan UUD Sementara.
Dengan pemberlakuan kembali UUD 1945 maka rumusan Pancasila
yang terdapat dalam Pembukaan UUD kembali menjadi rumusan resmi
yang digunakan. Rumusan ini pula yang diterima oleh MPR, yang pernah
menjadi lembaga tertinggi negara sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat
antara tahun 1960-2004, dalam berbagai produk ketetapannya,
diantaranya:
1.Tap MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. II/MPR/1978
tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya
Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai
Dasar Negara, dan
2.Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan.

 Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
 Rumusan dengan penomoran (utuh)
1.Ketuhanan Yang Maha Esa,
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.Persatuan Indonesia
4.Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
5.Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

I. Rumusan IX : Versi Berbeda


Selain mengutip secara utuh rumusan dalam UUD 1945, MPR pernah
membuat rumusan yang agak sedikit berbeda. Rumusan ini terdapat
dalam lampiran Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang
Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib Hukum Republik
Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia.

 Rumusan
1.Ketuhanan Yang Maha Esa,
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5.Keadilan sosial.

J. Rumusan X: Versi Populer


Rumusan terakhir yang akan dikemukakan adalah rumusan yang
beredar dan diterima secara luas oleh masyarakat. Rumusan Pancasila
versi populer inilah yang dikenal secara umum dan diajarkan secara luas
di dunia pendidikan sebagai rumusan dasar negara. Rumusan ini pada
dasarnya sama dengan rumusan dalam UUD 1945, hanya saja
menghilangkan kata “dan” serta frasa “serta dengan mewujudkan suatu”
pada sub anak kalimat terakhir.
Rumusan ini pula yang terdapat dalam lampiran Tap MPR No
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(Ekaprasetya Pancakarsa)
 Rumusan
1.Ketuhanan Yang Maha Esa,
2.Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.Persatuan Indonesia
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.4 Indonesia pada Masa Orde Lama

Pada masa Orde lama bangsa Indonesia disibukkan oleh konsolidasi ke


dalam babak ke dua terutama dalam menata kekuatan- kekuatan yang ada di
dalam masyarakat.Pada periode ini kelompok yang kecewa terhadap pemerintah
melakukan kegiatan maker, seperti DI, PRRI, dan Kahar Muzakar.Di dalam
pemerintahan, cabinet jatuh bangun sebagai akibat dari adanya polarisasi
kepentingan politik yang sangat tajam.Melihat kondisi yang demikian, soekarno
selaku presiden RI menganggap bahwa Negara dalam kondisi bahaya, sehingga
dikeluarkanlah dekrit presiden untuk kembali ke UUD 1945.Selanjutnya presiden
soekarno lebih memilih menerapkan demokrasi terpilih untuk
mengkonsolidasikan seluruh kekuatan masyarakat.Pada perkembangan
selanjutnya demokrasi terpimpin ternyata lebih menguntungkan kaum kiri (PKI)
dari pada kelompok – kelompok lainnya.Dominasi kaum kini ini menyebabkan
kegusaran dikalangan militer dan kaum kanan (kelompok yang berbasis
agama).Bagi militer kekuatan Revolusioner PKI dianggap sebagai potensi
penghancur cita- cita proklamasi.Dan bagi kaum kanan, PKI adalah musuh yang
nyata karena sifatnya atheis.Puncak dari segala pertikaian kekuatan- kekuatan
itu adalah peristiwa G.30/ S PKI yang dampaknya masih terasa dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sampai saat ini.
Orde lama adalah sebutan bagi orde pemerintahan sebelum orde baru
yang dianggap tidak melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen yang ditandai dengan diterapkannya Demokrasi Terpimpin di bawah
kepemimpinan Soekarno. Presiden Soekarno sebagai tokoh sentral orde lama
yaitu sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan.
Pelaksanaan sistem politik pada masa Orde Lama
1. Tahun 1945 – 1950
Terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD 1945 antara lain:
a. Berubah fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu
presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan
ikut menetapkan GBHN yang merupakan wewenang MPR.
b. Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi
kabinet parlementer.
2. Tahun 1950 – 1959
Sistem Pemerintahan yang dianut adalah parlementer kabinet dengan
demokrasi liberal.
Ciri-ciri demokrasi liberal:
· presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.
· Menteri bertanggungjawab atas kebijakan pemerintahan.
· Presiden berhak membubarkan DPR.
· Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.

2.5 Indonesia pada Masa Orde Baru

Pada masa orde lama jargon utamanya adalah “Politik Sebagai


Panglima”. Ketika aplikasi dari jargon tersebut mengalami kegagalan orde baru
lebih berkonsentrasiuntuk melakukan pembangunan ekonomi. Untuk mengawali
pembangunan Indonesia, pemerintah Indonesia berusaha untuk menarik model
investasi asing segencar-gencarnya. Melalui program yang sangat terencana
dalam masing-masing pelita pertumbuhan ekonomi Indonesia terus merangkak
naik. Dari negara yang kekurangan pangan menjadi suatu negara yang mampu
berswasembada pangan.
Pada masa itu segala potensi bangsa dikerahkan untuk menyukseskan
pembangunan ekonomi. Demi stabilitas politik organisasi peserta pemilu (OPP)
dibatasi tiga kontestan saja. Dwi fungsi ABRI dijabarkan demikian lebarnya
sehingga hampir setiap birokrasi pemerintah dikuasai militer. Militer juga
dimanfaatkan untuk mendukung berbagai macam proyek pembangunan. Demi
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional hak-hak politik warga terpasung
dan Hak Asasi Manusia terabaikan.
Di bidang ekonomi, pemerintah lebih mendorong pertumbuhan
ekonomi mikro dengan memberikan dukungan terhadap perkembangan
konglomerasi dari pada menerapkan ekonomi kerakyatan. Dampak dari
kebijakan itu pertumbuhan ekonomi Negara meningkat tetapi
kesejahteraan rakyat tidak berubah.Pertumbuhan ekonomi Negara hanya
dinikmati.
Sejak kelahirannya, orde baru bertekad untuk melaksanakan
kehidupan yang konstitusionil berdasarkan undang- undang dasar 1945,
maka :
1. Orde baru adalah tatanan kehidupan Negara dan bangsa yang
diletakkan kembali pada pelaksanaan kemurnian pancasila dan
undang – undang dasar 1945.
2. Orde baru ingin mewujudkan cita- cita kemerdekaan, yaitu
masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.
3. Orde baru ingin menegakkan kehidupan bernegara dan
kemasyarakatan yang konstitusionil, demokrasi dan berdasarkan
hukum.
4. Orde baru adalah “orde konstitutionil”dan “orde pembangunan”.
A. Kelebihan sistem pemerintahan Orde Baru
 Sukses transmigrasi
 Sukses KB
 Sukses memerangi buta huruf
 Pengangguran minimum
 Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
 Sukses Gerakan Wajib Belajar
 Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh
 Sukses keamanan dalam negeri
 Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
 Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam
negeri

B. Kekurangan sistem pemerintahan Orde Baru


 Maraknya korupsi, kolusi, nepotisme
 Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya
kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian
disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot
kepusat
 Munculnya rasa ketidakpuasan disejumlah daerah karena
kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua
 Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para
transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup
besar pada tahun-tahun pertamanya
 Pelanggaran HAM kepada masyarakat nonpribumi (terutama
masyarakat Tionghoa)
 Lebih dari 70% aset kekayaaan negara dipegang oleh swasta

2.6 Indonesia pada Masa Reformasi


Sejak 13 Mei 1998 rakyat meminta agar Presiden Soeharto
mengundurkan diri. Tanggal 14 Mei 1998 terjadi kerusuhan di Jakarta dan di
Surakarta. Tanggal 15 Mei 1998 Presiden Soeharto pulang dari mengikuti KTT G-
15 di Kairo, Mesir.
Tanggal 18 Mei para mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR dan pada
saat itu ketua DPR/MPR mengeluarkan pernyataan agar Presiden Soeharto
mengundurkan diri. Hal ini jelas berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah yang
merosot sampai Rp 15.000 per dollar.
Dari realita di atas, akhirnya tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
menyerahkan kekuasaan kepada B.J. Habibie, yang membuka peluang suksesi
kepemimpinan nasional kepada B.J. Habibie. Tujuan reformasi adalah
terciptanya kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial yang
lebih baik dari masa sebelumnya.
A. Tujuan Reformasi
 Reformasi politik bertujuan tercapainya demokratisasi.
 Reformasi ekonomi bertujuan meningkatkan tercapainya
masyarakat.
 Reformasi hukum bertujuan tercapainya keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia.
 Reformasi sosial bertujuan terwujudkan integrasi bangsa
Indonesia.

B. Faktor Pendorong Terjadinya Reformasi


 Adanya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam kehidupan
pemerintahan.
 Adanya rasa tidak percaya kepada pemerintah Orba yang penuh
dengan nepotisme dan kronisme serta merajalelanya
korupsi.
 Kekuasaan Orba di bawah Soeharto otoriter tertutup.
 Adanya keinginan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
 Mahasiswa menginginkan perubahan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan paham bangsa Indonesia merupakan faktor penting
dalam negara Indonesia. Agenda ekonomi, politik, sosial, pendidikan dan
keagamaan yang digerakkan oleh para orang orang pendahulu terbukti telah
mengusung cita-cita luhur memperjuangkan terwujudnya kemerdekaan dan
pemerintahan sendiri oleh rakyat Indonesia dengan nilai nilai dasar kepahaman
bangsa yang luar biasa. Paham kebangsaan adalah sudut pandang / cara
memandang yang mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang
untuk memahami keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang
diri dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal
dan lingkungan eksternal.
Pasca merdeka, penggolongan masa berdasarkan sistemnya menjadi
tiga,. Pertama masa revolusi yaitu masa dimana perubahan mendasar Indonesia
dari penjajahan menjadi kemerdekaan. Pengakuan de jure dari berbagai negara
terjadi pada masa ini dalam berbagai kongres, konenferensi dan sebagaina di
berbagai negara. Kedua, masa orde lama yang identik dengan orang-orang
pengemban komunis. Berbagai pertikaian terjadi, dan berujung ke jurang pada
momen G30SPKI. Ketiga, orde baru yaitu masa dimana segala potensi bangsa
dikerahkan untuk menyukseskan pembangunan ekonomi. Dan pada masa
reformasi yang memiliki pemerintahan yang demokratis.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan mena
mbah pengetahuan para pemb
DAFTAR PUSTAKA

http://mentarivision.blogspot.com/2011/11/paham-kebangsaan-dan-lahirnya-

pancasila.html

https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-pancasila/

https://amirmustofa19.blogspot.com/2015/10/makalah-pertumbuhan-paham-

kebangsaan.html

http://allylalyla.blogspot.com/2014/09/makalah-pancasila-dan-

kewarganegaraan.html
aca.

Anda mungkin juga menyukai