Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Hanif Faisal

NIM : 3101420052

Prodi : Pendidikan Sejarah B 2020

Mata Kuliah : Bahasa Inggris Sejarah

Terminologi “Indonesia” Sesuai Waktu dan Konteksnya

Indonesia adalah sebuah negara yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Negara ini
merdeka setelah melalui perjuangan yang panjang melawan para penjajah yang pernah singgah
ke Indonesia, dari mulai portugis sampai dengan jepang. Memiliki wilayah yang sangat luas,
Indonesia menyadang gelar sebagai negara kepulauan yang mana jumlah pulaunya sangatlah
banyak. Tetapi, meniliki dari peristiwa bersejarah terkait perjuangan Indonesia, apakah benar
indonesia dari dulu memiliki wilayah yang sama seperti sekarang?tentunya tidak. Lantas
sebenaranya Indonesia itu mencakup apa saja, mana saja yang disebut oleh Indonesia, tentunya
saya akan membahas “INDONESIA” terlepas dari kondisi atau keadaan yang sekarang, namun
“INDONESIA” di masa lalu yang sarat akan persepsi.

Secara Geografis, dahulu kata “INDONESIA” memiliki cakupan untuk sebuah wilayah
di kawasan Hindia-Belanda. Istilah “INDONESIA” muncul pertama kali oleh seorang peniliti
yang bernama George Samuel Windsor Earl pada tahun 1847. Kawasan untuk orang orang yang
tinggal di Kepulauan Hindia diberi nama “Indu-nesians” dan “Melayunesians”. Pada tahun 1850
terdapat peniliti juga yang menuliskan tulisannya di majalah mengenai penamaan atau sebutan
bagi wilayah kepulauan Hindia kala itu. Dia bernama James Richardson Logan. Menurut nya
istilah penamaan “INDONESIA” lebih cocok, karena merupakan sinonim dari kepulauan di
Wilayah Hindia.

Penjajahan Belanda di Kawasan kepulauan Hindia sudah sangat merugikan para


penduduk yang dijajah, hingga kemudian para petinggi Belanda dan dari berbagai pihak
mendesak Belanda untuk melakukan sebuah upaya balas budi atas apa yang telah pribumi
lakukan untuk melayani mereka. Pada tahun 1901 tercetuslah sebuah kebijakan bagi bumiputera
yang bernama “Politik Etis”. Kebijakan ini diberikan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan
rakyat sekitar. Politik Etis sendiri berisi tentang. Transmigrasi, irigasi, dan edukasi. Bagian
Edukasi menjadi tingkatan yang krusial, mengingat sebelumnya rakyat tidak diperbolehkan
untuk sekolah tinggi-tinggi, apalagi sampai keluar negeri untuk menuntut Ilmu.

Para Mahasiswa yang berasal dari Hindia dan sedang berkuliah di Belanda, mereka
akhirnya membentuk sebuah perkumpulan yang bernama Indische Vereeniging (Perhimpunan
Hindia). Pendirinya adalah Sutan Kasayangan dan R. M. Suroto pada tahun 1908. Pada awal
perkembangannya perkumpulan ini hanya bergerak pada bidang sosial dan kebudayaan, namun
lama kelamaan bergerak dan mengerucut pada bidang politik. Perkembangan menjadi
perkumpulan yang lebih sering membahas politik ini didasari ketika pada tahun 1913 mereka
kedatangan 3 serangkai yang dibuang ke Belanda. Mereka adalah Soewardi Soeryaningrat,
Tjipto Mangoenkoesomo, dan Douwes Dekker. Mereka merupakan petinggi di Indische Partij.
Tak hanya kedatangan mereka saja, kedatangan mahasiswa yang memiliki pemikiran Kritis
seperti Moh. Hatta membuat perkumpulan Indische Vereeniging semakin menjadi jadi pada
bidang politik. Hingga pada tahun 1922 Indische Vereeniging berganti nama menjadi
Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia). Perubahan nama ini didasari bahwa mereka
tidak ingin lagi dibeda-bedakan secara etnis seperti jawa, sunda, melayu, dan lain sebagainya.
Pemakaian nama “INDONESIA” juga memberikan kesan sebagai ciri pada Kepribadian.
Penggunaan kata Indische atau india bagi mereka tidaklah sesuai karena dianggap tidak jelas,
padahal india saat itu masih dijajah oleh Inggris bukan Belanda.

Tahun demi tahun, para anggota Indonesische Vereeniging terus mengalami


perkembangan dan perlawanan terhadap penjajahan belanda melalui bidang politik, mengkritisi
apa yang salah selama ini. Upaya yang dilakukan oleh mereka salah satunya dilakukan oleh
Moh. Hatta pada tahun 1926. Beliau menghadiri sebuah kongres Gerakan Perdamaian
Internasional di Paris. Beliau memperkenalkan “INDONESIA” adalah sebuah kawasan yang
memiliki wilayah yang jelas. Pada tahun 1927, nama “INDONESIA” kembali lagi disuarakan
oleh Nazir Datuk Pamuntjak melalui pidatonya dengan “Indonesie en de Virjhied-strijd”
(Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan). Pidato ini disampaikan ketika mengikuti Kongres
Anti Imperialisme dan Kolonialisme di Brussel, Belgia.

Anda mungkin juga menyukai