Hari Kebangkitan Nasional jatuh setiap tanggal 20 Mei setiap tahunnya. Makna dari
kebangkitan nasional itu sebenarnya adalah titik awal bangkitnya rasa persatuan dan kesatuan
setelah tempaan 350 tahun masa penjajahan.
Pergerakan tersebut tentunya tidak terjadi begitu saja. Ada pihak-pihak yang menjadi pelopor
tergeraknya rasa persatuan dan kesatuan untuk bangkit. Tokoh-tokoh berikut adalah
pelopornya.
1. Sutomo
Tokoh yang lebih dikenal dengan sebutan Bung Tomo ini memang tokoh yang banyak
berpengaruh pada perjuangan rakyat, khususnya rakyat Surabaya. Masih ingatkah kamu
pidatonya yang begitu menggebu-gebu untuk membangkitkan semangat arek-arek Surabaya?
Saat itu di tahun 1945, Bung Tomo hendak membangkitkan rasa persatuan guna mengusir
NICA, peristiwa inilah yang menjadi asal muasal peringatan hari Pahlawan pada 10
November.
2. Ir. Soekarno
Salah satu Bapak Bangsa ini memang tidak perlu diragukan lagi peranannya. Tokoh yang
juga dikenal sebagai orator handal yang bisa menggerakan emosi siapapun yang
mendengarnya, ikut tergugah dan memiliki satu visi misi terhadap esensi pidato yang
disampaikan.
4. Ki Hajar Dewantara
Tokoh yang terkenal peranannya di dunia pendidikan. Bernama asli Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat, menjadi Ki Hajar Dewantara sejak tahun 1922. Tidak hanya berperan dalam
dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara juga seorang politisi dan kolumnis. Juga tokoh "tiga
serangkai" pendiri Indische Partij.
Langkah terbesarnya dengan mendirikan Taman Siswa. Lembaga yang membuka kesempatan
bagi rakyat jelata untuk memperoleh pendidikan yang layak. Seperti yang kita tahu, saat era
kolonial tidak semua orang pribumi bisa mengenyam pendidikan. Hanya anak-anak dari
bangsawan dan orang-orang berpengaruh yang diizinkan duduk di bangku sekolah.
Rusaknya ekonomi Eropa akibat peperangan dan berkembangnya teknologi pelayaran pada
abad ke 15 menyebabkan negara-negara di Eropa melakukan ekspedisi untuk mencari sumber-
sumber ekonomi dan lahan baru untuk dilakukannya perdagangan. Ternyata kemudian bangsa
Eropa tidak hanya melakukan perdagangan melainkan langsung menguasai dan menjajah
negara-negara yang mereka anggap baru diketemukan.
(sumber: solo.tribunnews.com)
Awal dimulainya penjajahan Belanda di Indonesia dimulai sejak didirikannya Vereenigde
Oost-Indische Compagnie (VOC) pada tanggal 20 Maret 1602. Sejak VOC berdiri, dimulailah
berbagai bentuk kekerasan yang menimpa rakyat Indonesia. Penderitaan rakyat Indonesia
terjadi dalam berbagai segi kehidupan. Di berbagai daerah, VOC melakukan tindakan dengan
melaksanakan politik devide et impera (adu domba) yaitu saling mengadu domba antar
kerajaan yang satu dan kerajaan yang lain atau mengadu domba di dalam kerajaan itu sendiri.
Politik adu domba makin melemahkan kerajaan-kerajaan di Indonesia dan merusak seluruh
sendi kehidupan masyarakat.
Bangsa Indonesia makin menderita ketika Daendels (1808-1811) berkuasa. Upaya kerja paksa
(rodi) guna membangun jalan sepanjang pulau Jawa (Anyer-Panarukan) untuk kepentingan
militer, membuat rakyat makin menderita. Penderitaan berlanjut karen Belanda menerapkan
cultur stelsel (tanam paksa). Peraturan tanam paksa diterapkan oleh Gubernur Jenderal Hindia
Belanda Van Den Bosch tahun 1828. Sistem tanam paksa mewajibkan rakyat menanami
sebagian dari sawah dan atau ladangnya dengan tanaman yang ditentukan oleh pemerintah dan
hasilnya diserahkan kepada pemerintah.
Tanam paksa menyebabkan rakyat diperas bukan hanya tenaga melainkan juga kekayaannya
sehingga mengakibatkan banyak sekali rakyat yang jatuh miskin. Di pihak lain, penjajah
mendapatkan kekayaan bangsa Indonesia yang berlimpah untuk membangun negara Belanda
dan menjadi negara kaya di Eropa.
Penderitaan bangsa Indonesia menumbuhkan benih perlawanan di berbagai daerah. Perjuangan
melawan penjajah dipimpin ulama atau kaum bangsawan. Sultan Hasanudin di Sulawesi
Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa di Banten, Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat, Pangeran
Diponegoro di Jawa Tengah, memimpin perjuangan melawan penjajah. Perjuangan rakyat
untuk mengusir penjajah belum berhasil. Hal ini disebabkan perjuangan masih bersifat
kedaerahan dan belum terorganisasi secara modern.
Penderitaan yang dialami bangsa Indonesia menyadarkan beberapa orang Belanda yang tinggal
atau pernah tinggal di Indonesia. Diantaranya Baron Van Houvell, Edward Douwes Dekker,
dan Va Deventer. Edward Douwes Dekker, terkenal dengan nama samaran Multatuli, menulis
buku "Max Havelaar" pada tahun 1860. Buku ini menggambarkan bagaimana penderitaan
rakyat Lebak, Banten akibat penjajahan Belanda. Mr. Van Deventer mengusulkan agar
pemerintah Belanda menerapkan politik balas budi "Etische Politic". Politik balas budi terdiri
dari tiga program yaitu edukasi, transmigrasi, dan irigasi.
Atas desakan berbagai pihak, akhirnya pemerintah Belanda menerapkan politik balas budi.
Politik balas budi bukan untuk kepentingan rakyat Indonesia melainkan untuk kepentingan
pemerintahan Belanda. Contohnya seperti irigasi dibangun untuk kepentingan pengairan
perkebunan milik Belanda, pembangunan sekolah (edukasi) bertujuan untuk menyediakan
tenaga terampil dan murah.
Di sisi lain, pembangunan sekolah melahirkan dampak positif bagi bangsa Indonesia yaitu
munculnya masyarakat terdidik atau mulai memiliki pemahaman dan kesadaran akan kondisi
bangsa Indonesia yang sebenarnya. Bangsa Indonesia saat itu kondisinya bodoh, terbelakang,
dan kemiskinan merajalela. Mereka yang mengenyam pendidikan dan sadar akan nasib
bangsanya selanjutnya menjadi tokoh-tokoh kebangkitan nasional.
Millennials Nggak Boleh Lupa! Sejarah Singkat Dari Hari
Kebangkitan Nasional
Sebagai generasi muda penerus bangsa yang berbakti pada negeri tercinta yaitu
Indonesia, kita harus mengetahui sejarah-sejarah yang dimiliki oleh negeri tercinta kita
ini. Bagaimanapun juga, yang membentuk kita menjadi bangsa yang menjunjung tinggi
rasa cinta nasionalisme kita untuk Republik Indonesia. Bicara soal sejarah, hari
kebangkitan nasional merupakan hari yang bersejarah untuk bangsa Indonesia!
Diperingati setiap tanggal 20 Mei setiap tahunnya, Sobat TimiKimi ada yang tahu sejarah
mengenai Hari Kebangkitan Nasional? Hari Kebangkitan Nasional tentu dibuat bukan tanpa
tujuan. Ada sejarah panjang, fakta dan makna yang mendasari Hari Kebangkitan Nasional. Hari
itu merupakan sebuah titik tolak bagi bangsa Indonesia dalam memperjuangkan nasib
kemerdekaan pada masa itu. Tentang upaya memupuk semangat nasionalisme generasi muda
dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa indonesia.
Hari Kebangkitan Nasional atau Harkitnas diperingati bertepatan dengan berdirinya organisasi
Boedi Oetomo pada tahun 1908 oleh Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Tentu Sobat tidak asing
dengan organisasi ini kan? Ya, Boedi Oetomo merupakan organisasi yang bergerak dalam
bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan kebudayaan. Organisasi ini dianggap masyarakat
Indonesia sebagai cikal bakal gerakan yang mempunyai tujuan besar, yakni mewujudkan
kemerdekaan Indonesia pada kala itu.
Organisasi Boedi Oetomo memang bukanlah satu-satunya organisasi yang memperjuangkan
hak-hak bangsa Indonesia. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa Boedi Oetomo-lah yang
menjadikan negara Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Nah, cari tahu sejarah
singkat dan beberapa fakta menarik tentang Harkitnas, yuk! Berikut ulasannya untuk kamu.
Fakta-Fakta Harkitnas
Source: Google
Pada saat itu, hari Sabtu tanggal 20 Mei 1908 kira-kira pukul 09.00 pagi, Soetomo dan kawan-
kawannya, yaitu M. Soeradji, M. Muhammad Saleh, M. Soewarno, M. Goenawan, RM
Goembrek, dan R. Angka memutuskan untuk berkumpul dalam ruang kuliah anatomi. Setelah
segala sesuatunya dibicarakan masak-masak, mereka sepakat memilih “Budi Utomo” menjadi
nama perkumpulan yang baru saja mereka resmikan berdirinya.
“Budi” artinya perangai atau tabiat sedangkan “Utomo” memiliki arti baik atau luhur. Budi
Utomo yang dimaksud oleh pendirinya adalah perkumpulan yang akan mencapai sesuatu
berdasarkan atas keluhuran budi, kebaikan perangai atau tabiat, kemahirannya.
Source: Google
Sobat mungkin bingung untuk merayakan Harkitnas harus bagaimana? Istilah bangsa yang
besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya adalah mutlak benar adanya.
Untuk itu, kamu bisa mengunjungi museum bersejarah, lho. Sebagai salah satu cara kamu
untuk merayakan Harkitnas dan menghargai jasa para pahlawan nasional kita. Kamu bisa
mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional yang berada di Jakarta dan mempelajari lebih
dalam sejarah tentang negeri yang kita cintai ini.