Anda di halaman 1dari 16

MATERI DAN PEMBELAJARAN PKn SD

Modul 03
Materi dan Pembelajaran Sejarah Perjuangan
Bangsa Indonesia dan Semangat Kebangsaan

Nama Kelompok 3 :
1. Ana Mei Wulandari (856951717)
2. Fajar
3. Feni Purnama
4. Rita Anggraini
Kegiatan Belajar 1
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia dan Semangat
Kebangsaan
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia dan Semangat
Kebangsaan secara harfiah ada tiga pengertian penjuangan,
yaitu :

1. Perjuangan identic dengan perkelahian untuk merebut


sesuatu atau peperangan untuk mencapai dan
mempertahankan kemerdekaan.
2. Perjuangan berarti usaha yang penuh dengan kesuliatan
dan bahaya.
3. Dalam Konteks politik, perjuangan berarti wujud interaksi
sosial, termasuk persaingan, pelanggaran dan konflik.
Konsep kebangsaan menunjukkan ciri-ciri yang
menandai golongan bangsa (nation) atau kesadaran
diri sebagai warga dari suatu Negara. Paham yang
mendasarkan diri pada perasaan kebangsaan atau
ajaran untuk mencintai bangsa dan Negara sendiri
disebut nasionalisme (nasionalism).
Dua konsep, perjuangan bangsa Indonesia dan
semangat kebangsaan, sebenarnya tidak dapat
dipisahkan dalam proses perjalanan sejarah bangsa
Indonesia. Peristiwa sejarah yang menunjukkan
perjuangan dan semangat kebangsaan terjadi
secara bersamaan dan tidak dapat dipisahkan.
Ernest Renan mengungkapkan bangsa adalah sekelompok
masyarakat yang bersatu atau dipersatukan karena adanya
persamaan nasib dan pengalaman di masa lampau dan
mempunyai cita-cita serta tujuan yang sama untuk kehidupan
di masa depan.
Definisi ini sangat tepat apabila diterapkan untuk kondisi
bangsa Indonesia. Sehingga adanya perjuangan dari seluruh
rakyat Indonesia untuk membentuk suatu bangsa (Indonesia),
pada hakikatnya karena ada persamaan, Yakni sebagai orang-
orang yang terjajah oleh bangsa (Eropa).Hampir semua orang
yang ada di wilayah nusantara ini pernah merasakan bagaimana
sakit dan penderitaan selama dalam alam penjajahan. Misalnya
pengalaman penderitaan selama diterapkannya peraturan
tanam paksa (culture Stelsel) oleh Van Den Bosch tahun 1828,
seorang gubernur jenderal kepercayaan ratu Wilhelm 1 dalam
pemerintahan Hindia Belanda.
Pokok-pokok peraturan Tanam Paksa (Curtuur Stesel) oleh Van Den
Bosch tahun 1928 adalah sebagai berikut :

1. Petani diwajibkan menyediakan 1/5 dari tanahnya yang akan


ditanami dengan tanaman wajib Taruma (nila), tebu, tembakau,
kopi.
2. Hasil tanaman wajib diserahkan kepada pemerintah dengan harga
yang ditetapkan pemerintah
3. Tanah yang dikenakan tanaman wajib dibebaskan dari pajak tanah
4. Tenaga yang diperuntukkan bagi pemeliharaan tanaman wajib,
tidak boleh melebihi tenaga kerja demi penggarapan tanah
(sawah).
5. Mereka yang tidak memiliki tanah, dikenakan wajib kerja di
perkebunan selama 65 hari setahunnya.
6. Kerusakan tanaman wajib di luar kesalahan petani ditanggung oleh
pemerintah.
Peraturan di atas tampaknya tidaklah terlalu memberatkan bagi
para petani. Namun, dalam prakteknya ternyata banyak
penyimpangan atau penyelewengan yang sangat memberatkan.
Rakyat diperas bukan hanya tenaga melainkan juga kekayaannya
sehingga mengakibatkan banyak sekali rakyat yang jatuh miskin .
Apalagi ketika diberlakukannya sistem premi, banyak pelaksanaan
tanam paksa yang berlomba-lomba untuk mencari keuntungan
pribadi. Di pihak lain, pemerintah Belanda mendapatkan kekayaan
yang berlimpah untuk membangun negara yang mengantarkan
menjadi negara industri di Eropa.
Namun demikian di tengah-tengah penderitaan rakyat nusantara
akibat praktek cultuur stelsel, di negeri Belanda sendiri terjadi proses
pembangunan besar-besaran hasil keringat rakyat di nusantara yang
mengalami proses pembodohan dan kemiskinan. Muncul pula suara-
suara yang ingin membela rakyat jajahan di parlemen Belanda
terutama dari partai liberal yang memenangkan pemilu saat itu.
Orang – orang yang menaruh simpatik atas
penderitaan rakyat di nusantara itu adalah :

1. Baron Van Houvell, seorang pendeta yang bekerja


bertahun-tahun di wilayah nusantara sehingga tahu
kondisi rakyat di tanah air saat ini.
2. Eduard Douwes Dekker, terkenal dengan nama
samaran Multatuli, bekas asisten residence Lebak yang
minta berhenti karena tidak tahan melihat
kesengsaraan rakyat Lebak akibat penjajahan Belanda.
3. Mr. Van Deventer, yang gigih membela kepentingan
rakyat Indonesia dan berpendapat bahwa Belanda
mempunyai hutang Budi kepada rakyat Indonesia.
Pemerintah Belanda akhirnya mau menjalankan politik balas
budi ini, terbukti dibangunnya sekolah-sekolah, rumah sakit,
irigasi namun ternyata bukan untuk kepentingan rakyat
Indonesia melainkan hanya untuk kepentingan Belanda sendiri.
Efek samping dari upaya Belanda dalam menerapkan politik
balas budi ini bagi bangsa Indonesia tidak dapat diingkari.
Dampak ini merupakan pengaruh positif bagi bangsa Indonesia.
Terbukti setelah adanya politik balas Budi, ada sejumlah rakyat
Indonesia yang mulai sadar atas nasibnya. Banyaknya fakta
kepincangan sosial, kebodohan dan kemiskinan yang semakin
merajalela telah menyadarkan kelompok cendekiawan rakyat
nusantara. Mereka adalah orang-orang yang telah mengenyam
pendidikan sehingga sadar akan nasib bangsanya. Inilah yang
selanjutnya menjadi tokoh-tokoh pergerakan pada awal abad
ke-20 yang dikenal dengan masa kebangkitan nasional.
Sejak masa inilah muncul kesadaran berbangsa dan
bernegara bagi rakyat di nusantara yang sama-sama ada dalam
penjajahan. A.K. Pringgodigdo (1991) membagi masa
perjuangan kebangsaan di Indonesia atas 5 dimensi, yakni :
1. Pergerakan politik
2. Pergerakan serikat sekerja
3. Pergerakan keagamaan
4. Pergerakan wanita
5. Pergerakan pemuda.
Lima dimensi pergerakan pada masa penjajahan Belanda ini
dibagi lagi menurut kurun waktu sebagai berikut :
6. Masa 1908-1920
7. Masa 1920-1930
8. Masa 1930-1942
Pergerakan pada masa penjajahan belanda dibagi menurut kurun
waktu, yaitu sebagai berikut :

1. Masa 1908 – 1920 (muncul organisasi Indonesia yang terdiri atas udi
Utomo, Serikat Islam, perkumpulan-perkumpulan berdasarkan
kedaerahan).
2. Masa 1920 – 1932 (organisai Indonesia meliputi Partai Komunis
Indonesia, Serikat Islam, Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia,
Studieclub-studieclub, Partai Nasional Indonesia, perkumpulan yang
berdasarkan kedaerahan, dan golongan berdasarkan keagamaan.
3. Masa 1930 – 1942 (Pendidikan Nasional Indonesia, Partai
Indonesia, Gerindo, Partai Persatuan Indonesia, budi Utomo, Partai
Rakyat Indonesia, Persatuan Bangsa Indonesia, Partai Indonesia
Raya, PSII, Parii, Penyedar, PII dan PSII ke-2, perkumpulan
berdasarkan kedaerahan, golongan berdasarkan keagamaan, GAPI,
Majelis Rakyat Indonesia.
Beberapa organisasi pergerakan kebangsaan lainnya, adalah
sebagai berikut :
1. Budi Utomo, Merupakan organisasi pertama di Indonesia
yang berbentuk modern, ya itu organisasi dengan pengurus
yang tetap, ada anggota, tujuan, program kerja berdasarkan
peraturan yang ada. Budi Utomo didirikan di Jakarta pada
tanggal 20 Mei 1908 yang dilatarbelakangi oleh propaganda
dr. Wahidin Sudirohusodo untuk memajukan bangsa
Indonesia di bidang pengajaran yang pada saat ini kondisinya
sangat terbelakang bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa
lain.
2. Serikat Islam, didirikan di Solo tahun 1911 oleh haji
samanhudi. Semula namanya Serikat Dagang Islam (SDI)
berdasarkan asas koperasi yang bertujuan untuk memajukan
perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam sebagai
agama yang paling banyak dianut di Indonesia.
Selain organisasi yang bersifat nasional, pada dekade tersebut
muncul pula organisasi atau perkumpulan yang berdasarkan
kedaerahan, yaitu sebagai berikut :

1. Perkumpulan Pasundan, didirikan pada bulan September 1914


di Jakarta. Anggaran dasarnya mirip dengan Budi Utomo hanya
ditujukan untuk daerah Pasundan saja.
2. Serikat Sumatera, didirikan pada tahun 1918 oleh orang-orang
Sumatera yang ada di Jakarta menjelang pendirian volksraad.
3. Perkumpulan orang Ambon, ada beberapa perkumpulan
orang Ambon seperti "Wilhelmina" didirikan tahun 1908 di
Magelang oleh kaum militer yang berusaha saling hidup rukun,
mengeratkan hubungan dengan negeri Belanda serta
memajukan pengajaran.
Organisasi-organisasi yang tumbuh dan pada dasarnya mengarahkan
tujuannya untuk mencapai kemerdekaan dari penjajah (imperialisme) tersebut
antara lain :

1. Pendidikan nasional Indonesia ( PNI Baru). Sejak tahun 1932, organisasi ini
dipimpin oleh Moh. Hatta, bertujuan melepaskan diri dari penjajahan untuk
mencapai kemerdekaan dan menjunjung tinggi sikap non-kooperasi dengan
pihak pemerintah Belanda.
2. Partai Indonesia (Partindo). Organisasi ini dipimpin oleh Mr. Sartono dan
pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari PNI lama sehingga tujuannya
pun sama ialah Indonesia merdeka.
3. Gerakan rakyat Indonesia (Gerindo). Didirikan di Jakarta tahun 1937 oleh
mantan anggota partindo, sehingga tujuannya sama dengan partindo.
4. Partai persatuan Indonesia (parpindo). Partai ini berusaha mencapai
kemajuan ke arah suatu masyarakat dan bentuk negara yang tersusun
menurut keinginan rakyat.
5. Budi Utomo (BU). Sejalan dengan hasil kongres tahun 1931, BU terbuka
untuk semua golongan bangsa Indonesia. Tujuan Bu mengalami
perkembangan, iyalah berusaha mencapai kemerdekaan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai