Anda di halaman 1dari 4

Page 9

lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta dengan nama


RM Soewardi Soerjaningrat (SS),
mengenyam pendidikan ELS (Europeesche Lagere School)
– Sekolah Rendah untuk Anak-anak Eropa. Kemudian SS
mendapat kesempatan masuk STOVIA (School tot Opleiding
Page 10
profesi yang digelutinya adalah dunia jurnalisme
yang berkiprah di beberapa surat kabar dan majalah pada waktu
itu: Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia,
Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara yang melontarkan
kritik sosial-politik kaum bumiputra kepada penjajah. Tulisannya
komunikatif, halus, mengena, tetapi keras. Jiwanya sebagai
pendidik tertanam dalam sanubarinya direalisasikan dengan
mendirikan Perguruan Taman Siswa (1922) guna mendidik
masyarakat bumiputra.
Keteguhan hatinya untuk memperjuangkan nasionalisme
Indonesia lewat pendidikan dilakukan dengan resistensi terhadap
Undang-undang Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonnantie,
1932). Undang-undang yang membatasi gerak nasionalisme
pendidikan Indonesia akhirnya dihapus oleh pemerintah
kolonial. Perjuangannya di bidang politik dan pendidikan inilah
kemudian pemerintah Republik Indonesia menghormatinya
dengan berbagai jabatan dalam pemerintahan RI
10Gagasan Ki Hajar Dewantaravoor Inlandsche Artsen) biasa disebut Sekolah Dokter
Jawa.
Page 16
Partisipasi dan resistensi yang dilakukan oleh SS cukup
panjang dalam perjuangan politik. Pengalaman awal dalam
politik ketika ketika SS menjadi aktivis dan seksi propaganda
BU. Dalam kongres BU (1908), SS mengorganisasikan kongres
itu. EFE Douwes Dekker (DD) alias Setyabudi Danudirja
mendirikan Indische Partij (IP) di Bandung pada 25 Desember
1912. SS dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo bergabung di
dalamnya. Mengapa terjadi kolaborasi Indo dan bumiputra
tidak lain ingin membangun kekuatan besar untuk menghadapi
pemerintah kolonial. Kaum Indo yang tersisih dari pergaulan
totok harus membangun solidaritas campuran Indo dan
Bumiputra yang juga terhegemoni oleh pemerintah kolonial.
Oleh karena itu, dalam IP berkolaborasi DD, SS, dan Tjipto
Mangoenkoesoemo yang dikenal “Tiga Serangkai” merupakan
kekuatan nasionalis awal pergerakan
Page 17
Sementara itu ”Tiga Serangkai” mendirikan Komite
Bumiputera pada Juli/Agustus 1913, tetapi yang memainkan
peran penting dalam komite itu SS. SS menulis karangannya
monumental dalam sejarah pemikiran politik Indonesia
berjudul “Als ik een Nederlander was...” (Seandainya aku
seorang Belanda) yang mengritik pemerintah kolonial yang
akan menyelenggarakan pesta 100 tahun Nederland lepas dari
penjajahan Prancis.
Page 19
Ketika di Bandung, SS menjadi ketua SI lokal. Apa yang
dilakukan SS tentu memperjuangkan anggota SI mendapatkan
persamaan dan antidiskriminasi dalam masyarakat kolonial baik
sosial, ekonomi dan politik. Gerakan-gerakan radikal dilakukan
diperoleh dari pengalamannya mengawal SI dan memimpin
lokal Bandung
Page 32
Mengapa SS atau KHD mendirikan Perguruan Taman
Siswa di Yogyakarta pada 3 Juli 1922? Menurut KHD, pendidikan
adalah alat mobilisasi politik dan sekaligus sebagai penyejahtera
umat.
Page 33
iwa populis KHD sudah
mendasarinya untuk menyatu dengan rakyat, sehingga meski
beliau keturunan bangsawan yang pada waktu itu terdapat jurang
yang lebar dengan kehidupan wong cilik, tetapi beliau berusaha
menutup celah itu. Sebuah kehidupan yang demokratis yang
bisa dinikmati rakyat banyak
Te
metode pengajaran kolonial yang harus diubah, yaitu
dari sistem pendidikan “perintah dan sanksi (hukuman)” ke
pendidikan pamong. Pendidikan kolonial didasarkan pada
diskriminasi rasial yang di dalamnya sudah terdapat pemahaman
kepada anak-anak bumiputra yang menderita inferioritas.
Kondisi seperti ini harus diubah dari pendidikan model ”perintah
dan sanksi”, meski pemerintah kolonial sendiri menggunakan
istilah santun “mengadabkan “ bumiputra tetapi dalam praktek
cara-cara kolonial yang tidak manusiawi tetap berjalan
KHD membuat wadah
yang waktu itu disebut “Nationaal Onderwijs Taman Siswa”,
Page 34
Menurut KHD pendidikan yang mengena kepada
bangsa Timur adalah pendidikan yang humanis, kerakyatan, dan
kebangsaan. Tiga hal inilah dasar jiwa KHD untuk mendidik
bangsa dan mengarahkannya kepada politik pembebasan atau
kemerdekaan. Pengalaman yang diperoleh dalam mendalami
pendidikan yang humanis ini dengan menggabungkan model
sekolah Maria Montessori (Italia) dan Rabindranath Tagore
(India). Menurut KHD dua sistem pendidikan yang dilakukan
dua tokoh pendidik ini sangat cocok untuk sistem pendidikan
bumiputra. Lalu dari mengadaptasi dua sistim pendidikan itu
KHD menemukan istilah yang harus dipatuhi dan menjadi
karakter, yaitu Patrap Guru, atau tingkah laku guru yang menjadi
panutan murid-murid dan masyarakat
Page 146
Suwardi Suryaningrat
Suwardi Suryaningra
Page 149
Sebagai keluarga bangsawan Suwardi Suryaningrat
mendapat kesempatan belajar di Europeesche Lagere School
(ELS) atau Sekolah Dasar Belanda 7 tahun di kampung
Bintaran Yogyakarta
tamat Sekolah Dasar (1904), Surwardi Suryaningrat
masuk Kweekschool (Sekolah Guru) di Yogyakarta
Suwardi Suryaningrat menerima tawaran itu dan menjadi
mahasiswa STOVIA (1905-1910)
uwardi Su
Pencabutan beasiswa dilakukan
beberapa hari setelah Suwardi Suryaningrat mendeklamasikan
sebuah sajak dalam suatu pertemuan. Sajak itu menggambarkan
keperwiraan Ali Basah Sentot Prawirodirdjo, seorang Panglima
Perang P.Diponegoro. Sajak itu digubah oleh Multatuli dalam
Bahasa Belanda yang sangat indah,
Page 150
Beliau
dituduh telah membangkitkan semangat memberontak terhadap
Pemerintah Hindia Belanda.
Setelah Budi Utomo didirikan pada
tanggal 20 Mei 1908, beliau ikut aktif dalam organisasi tersebut
dan mendapat tugas bagian propaganda
Page 151
Pada Th. 1912 Suwardi Suryaningrat dipanggil Dr. E.F.E.
Douwes Dekker ke Bandung untuk bersama-sama mengasuh
Suratkabar Harian “De Express”. Tulisan pertama beliau
berjudul“Kemerdekaan Indonesia”. Di samping itu Suwardi
Suryaningrat menjadi Anggota Redaksi Harian “Kaoem Muda”
Bandung, “Oetoesan Hindia” Surabaya, “Tjahaja Timoer”
Malang. Suwardi Suryaningrat menerima tawaran dari HOS.
Tjokroaminoto mendirikan Cabang “Serikat Islam” di Bandung
dan sekaligus menjadi Ketuanya
6 September 1912 Suwardi Suryaningrat masuk
menjadi Anggota “Indische Partij”bersama Dr. E.F.E. Douwes
Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo. Indische “Partij” adalah
Partai Politik pertama yang berani mencantumkan tujuan ke
arah “Indonesia Merdeka”. Selanjutnya pada Juli 1913 Suwardi
Suryaningrat bersama dr. Cipto Mangunkusumo di Bandung
mendirikan “Comite Tot Herdenking van Nederlandsch
Honderdjarige Vrijheid”, dalam bahasa Indonesia disingkat
Komite Bumi Putera, yaitu Panitia untuk memperingati 100
tahun Kemerdekaan Nederland. Komite tsb. untuk memprotes
akan adanya peringatan 100 tahun Kemerdekaan Nederland
Page 152
Puncak karir Suwardi Suryaningrat sebagai wartawan
pejuang ialah tatkala beliau menulis “Als ik eens Nederlander
was”. Risalah yang diterbitkan pada Juli 1913 itu merupakan
risalah yang terkenal, karena berisi sindiran yang tajam sekali
bagi Pemerintah Hinda Belanda. Risalah yang dicetak 5.000
eksemplar itu untuk memprotes kebijakan Pemerintah Kolonial
Hinda Belanda yang akan merayakan kemerdekaan negeri
Belanda dari Penjajahan Perancis
Page 153
Tiga Serangkai
: Suwardi Suryaningrat, dr. Cipto Mangunkusumo dan Dr. E.F.E.
Douwes Dekker ditangkap dan ditahan dalam penjara. Pada 18
Agustus 1913 keluarlah Keputusan Pemerintah Hindia Belanda
N0. 2a, Suwardi Suryaningrat dibuang ke Bangka, dr. Cipto
Mangunkusumo ke Banda Neira, dan Dr. E.F.E. Douwes Dekker
ke Timor Kupang.
saat sidang pengadilan dan
vonis dijatuhkan, K.P.A. Suryaningrat hadir. Begitu sidang ditutup,
Suwardi Suryaningrat langsung menghampiri ayahandanya.
Sesaat kemudian K.P.A.. Suryaningrat mengulurkaan tangannya
seraya berkata “Aku bangga atas perjuangannya. Terimalah
doa dan restu Bapak. Ingat, seorang ksatria tidak akan menjilat
ludahnya kembali”.
Page 154
Dalam pembuangan di negeri Belanda Suwardi
Suryaningrat beserta keluarganya hidup serba kekurangan.
Bantuan didapat dari dana yang dikumpulkan oleh para pengurus
Indische Partij yaitu “TADO (Tot Aan De Onafhankelijkheid)
Fonds”. Penghasilannya dibantu profesi sebagai jurnalis dalam
harian “Het Volk”, Redaktur“Hindia Poetera”, majalah “Indische
Vereeniging”, mingguan “De Indier”, majalah “Indische
Partij”, majalah “Het Indonesisch Verbond van Studeerenden”.
Atas anjuran perkumpulan “ Algemeen Nederlandsch Verbond”,
“Oost en West” dan “Sociaal Democraties Arbeiders Party”,
Suwardi Suryaningrat berkeliling memberi ceramah dan
penerangan dengan film. Beliau menerangkan keadaan yang
nyata mengenai Indonesia dan keinginan rakyat, melawan
cerita-cerita bohong yang disebarkan oleh Pemerintah Belanda
tentang keadaan Indonesia.
Page 157
Mendirikan Kantor Berita “Indonesisch Persbureau”
(IPB) yang merupakan badan pemusatan penerangan dan
propaganda pergerakan nasional Indonesia
di Den Haag
(September 1918).
Page 158
Suwardi Suryaningrat menjadi jurnalis pertama Indonesia
yang terkena ranjau “delict pers” atas pidato dan tulisannya yang
pedas dengan hukuman penjara di Semarang pada 5 Agustus
1920
Page 160
lanjutnya pada tahun 1921 – 1922 Suwardi
Suryaningrat aktif dalam perkumpulan “Selasa Kliwonan” yang
beranggotakan tokoh-tokoh politik, kebudayaan, dan kebatinan,
yaitu : R.M. Sutatmo Suryokusumo (seorang tokoh Budi Utomo
yang progresif), Ki Sutopo Wonoboyo, Ki Pronowidigdo, Ki
Prawirowiworo, RM. Gondoatmojo, B.R.M. Subono, R.M.H.
Suryo Putro (paman Suwardi Suryaningrat), dan Ki Ageng
Suryomataram.
Page 161
3 Juli 1922 Suwardi Suryaningrat dkk mendirikan
“Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa” di jl. Tanjung,
Pakualaman, Yogyakarta, membuka bagian Taman Anak atau
Taman Lare, yaitu satuan pendidikan setingkat Taman Kanak
Kanak (Taman Indria). Kemudian pada 7 Juli 1924 mendirikan
“Mulo Kweekshool” setingkat SMP dengan pendidikan guru (4
tahun sesudah pendidikan dasar). Pada tahun 1928 tamatan Mulo
Kweekshool dapat masuk AMS (Algemene Middelbare School)
setingkat SMA Negeri hampir 70%. Dengan kesuksesannya itu
bangsa Indonesia tergugah semangat dan makin tebal rasa harga
dirinya.
Page 162
Pada 3 Februari 1928 Suwardi Suryaningrat genap
berusia 40 tahun menurut tarikh Jawa (5 windu) dan berganti
nama Ki Hadjar Dewantara. Menurut Ki Utomo Darmadi,
Hadjar : pendidik; Dewan : Utusan; tara : tak tertandingi.
Jadi maknanya: Ki Hadjar Dewantara adalah Bapak Pendidik
utusan rakyat yang tak tertandingi menghadapi kolonialisme.
Pergantian nama tsb. merupakan sublimasi misi hidup dari
“Satriyo Pinandhito” menjadi “Pandhito Sinatriyo” (Satriyo
yang sekaligus bersikap laku Pandhito–Pendidik, kemudian
meningkat menjadi Pandhito-Pendidik yang secara simultan
berjuang untuk menegakkan keadilan dan kebenaran= misi
utama Satriyo).
Page 177
Penutup

Anda mungkin juga menyukai