RM Soewardi Soerjaningrat (SS), mengenyam pendidikan ELS (Europeesche Lagere School) – Sekolah Rendah untuk Anak-anak Eropa. Kemudian SS mendapat kesempatan masuk STOVIA (School tot Opleiding Page 10 profesi yang digelutinya adalah dunia jurnalisme yang berkiprah di beberapa surat kabar dan majalah pada waktu itu: Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara yang melontarkan kritik sosial-politik kaum bumiputra kepada penjajah. Tulisannya komunikatif, halus, mengena, tetapi keras. Jiwanya sebagai pendidik tertanam dalam sanubarinya direalisasikan dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa (1922) guna mendidik masyarakat bumiputra. Keteguhan hatinya untuk memperjuangkan nasionalisme Indonesia lewat pendidikan dilakukan dengan resistensi terhadap Undang-undang Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonnantie, 1932). Undang-undang yang membatasi gerak nasionalisme pendidikan Indonesia akhirnya dihapus oleh pemerintah kolonial. Perjuangannya di bidang politik dan pendidikan inilah kemudian pemerintah Republik Indonesia menghormatinya dengan berbagai jabatan dalam pemerintahan RI 10Gagasan Ki Hajar Dewantaravoor Inlandsche Artsen) biasa disebut Sekolah Dokter Jawa. Page 16 Partisipasi dan resistensi yang dilakukan oleh SS cukup panjang dalam perjuangan politik. Pengalaman awal dalam politik ketika ketika SS menjadi aktivis dan seksi propaganda BU. Dalam kongres BU (1908), SS mengorganisasikan kongres itu. EFE Douwes Dekker (DD) alias Setyabudi Danudirja mendirikan Indische Partij (IP) di Bandung pada 25 Desember 1912. SS dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo bergabung di dalamnya. Mengapa terjadi kolaborasi Indo dan bumiputra tidak lain ingin membangun kekuatan besar untuk menghadapi pemerintah kolonial. Kaum Indo yang tersisih dari pergaulan totok harus membangun solidaritas campuran Indo dan Bumiputra yang juga terhegemoni oleh pemerintah kolonial. Oleh karena itu, dalam IP berkolaborasi DD, SS, dan Tjipto Mangoenkoesoemo yang dikenal “Tiga Serangkai” merupakan kekuatan nasionalis awal pergerakan Page 17 Sementara itu ”Tiga Serangkai” mendirikan Komite Bumiputera pada Juli/Agustus 1913, tetapi yang memainkan peran penting dalam komite itu SS. SS menulis karangannya monumental dalam sejarah pemikiran politik Indonesia berjudul “Als ik een Nederlander was...” (Seandainya aku seorang Belanda) yang mengritik pemerintah kolonial yang akan menyelenggarakan pesta 100 tahun Nederland lepas dari penjajahan Prancis. Page 19 Ketika di Bandung, SS menjadi ketua SI lokal. Apa yang dilakukan SS tentu memperjuangkan anggota SI mendapatkan persamaan dan antidiskriminasi dalam masyarakat kolonial baik sosial, ekonomi dan politik. Gerakan-gerakan radikal dilakukan diperoleh dari pengalamannya mengawal SI dan memimpin lokal Bandung Page 32 Mengapa SS atau KHD mendirikan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta pada 3 Juli 1922? Menurut KHD, pendidikan adalah alat mobilisasi politik dan sekaligus sebagai penyejahtera umat. Page 33 iwa populis KHD sudah mendasarinya untuk menyatu dengan rakyat, sehingga meski beliau keturunan bangsawan yang pada waktu itu terdapat jurang yang lebar dengan kehidupan wong cilik, tetapi beliau berusaha menutup celah itu. Sebuah kehidupan yang demokratis yang bisa dinikmati rakyat banyak Te metode pengajaran kolonial yang harus diubah, yaitu dari sistem pendidikan “perintah dan sanksi (hukuman)” ke pendidikan pamong. Pendidikan kolonial didasarkan pada diskriminasi rasial yang di dalamnya sudah terdapat pemahaman kepada anak-anak bumiputra yang menderita inferioritas. Kondisi seperti ini harus diubah dari pendidikan model ”perintah dan sanksi”, meski pemerintah kolonial sendiri menggunakan istilah santun “mengadabkan “ bumiputra tetapi dalam praktek cara-cara kolonial yang tidak manusiawi tetap berjalan KHD membuat wadah yang waktu itu disebut “Nationaal Onderwijs Taman Siswa”, Page 34 Menurut KHD pendidikan yang mengena kepada bangsa Timur adalah pendidikan yang humanis, kerakyatan, dan kebangsaan. Tiga hal inilah dasar jiwa KHD untuk mendidik bangsa dan mengarahkannya kepada politik pembebasan atau kemerdekaan. Pengalaman yang diperoleh dalam mendalami pendidikan yang humanis ini dengan menggabungkan model sekolah Maria Montessori (Italia) dan Rabindranath Tagore (India). Menurut KHD dua sistem pendidikan yang dilakukan dua tokoh pendidik ini sangat cocok untuk sistem pendidikan bumiputra. Lalu dari mengadaptasi dua sistim pendidikan itu KHD menemukan istilah yang harus dipatuhi dan menjadi karakter, yaitu Patrap Guru, atau tingkah laku guru yang menjadi panutan murid-murid dan masyarakat Page 146 Suwardi Suryaningrat Suwardi Suryaningra Page 149 Sebagai keluarga bangsawan Suwardi Suryaningrat mendapat kesempatan belajar di Europeesche Lagere School (ELS) atau Sekolah Dasar Belanda 7 tahun di kampung Bintaran Yogyakarta tamat Sekolah Dasar (1904), Surwardi Suryaningrat masuk Kweekschool (Sekolah Guru) di Yogyakarta Suwardi Suryaningrat menerima tawaran itu dan menjadi mahasiswa STOVIA (1905-1910) uwardi Su Pencabutan beasiswa dilakukan beberapa hari setelah Suwardi Suryaningrat mendeklamasikan sebuah sajak dalam suatu pertemuan. Sajak itu menggambarkan keperwiraan Ali Basah Sentot Prawirodirdjo, seorang Panglima Perang P.Diponegoro. Sajak itu digubah oleh Multatuli dalam Bahasa Belanda yang sangat indah, Page 150 Beliau dituduh telah membangkitkan semangat memberontak terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Setelah Budi Utomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908, beliau ikut aktif dalam organisasi tersebut dan mendapat tugas bagian propaganda Page 151 Pada Th. 1912 Suwardi Suryaningrat dipanggil Dr. E.F.E. Douwes Dekker ke Bandung untuk bersama-sama mengasuh Suratkabar Harian “De Express”. Tulisan pertama beliau berjudul“Kemerdekaan Indonesia”. Di samping itu Suwardi Suryaningrat menjadi Anggota Redaksi Harian “Kaoem Muda” Bandung, “Oetoesan Hindia” Surabaya, “Tjahaja Timoer” Malang. Suwardi Suryaningrat menerima tawaran dari HOS. Tjokroaminoto mendirikan Cabang “Serikat Islam” di Bandung dan sekaligus menjadi Ketuanya 6 September 1912 Suwardi Suryaningrat masuk menjadi Anggota “Indische Partij”bersama Dr. E.F.E. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo. Indische “Partij” adalah Partai Politik pertama yang berani mencantumkan tujuan ke arah “Indonesia Merdeka”. Selanjutnya pada Juli 1913 Suwardi Suryaningrat bersama dr. Cipto Mangunkusumo di Bandung mendirikan “Comite Tot Herdenking van Nederlandsch Honderdjarige Vrijheid”, dalam bahasa Indonesia disingkat Komite Bumi Putera, yaitu Panitia untuk memperingati 100 tahun Kemerdekaan Nederland. Komite tsb. untuk memprotes akan adanya peringatan 100 tahun Kemerdekaan Nederland Page 152 Puncak karir Suwardi Suryaningrat sebagai wartawan pejuang ialah tatkala beliau menulis “Als ik eens Nederlander was”. Risalah yang diterbitkan pada Juli 1913 itu merupakan risalah yang terkenal, karena berisi sindiran yang tajam sekali bagi Pemerintah Hinda Belanda. Risalah yang dicetak 5.000 eksemplar itu untuk memprotes kebijakan Pemerintah Kolonial Hinda Belanda yang akan merayakan kemerdekaan negeri Belanda dari Penjajahan Perancis Page 153 Tiga Serangkai : Suwardi Suryaningrat, dr. Cipto Mangunkusumo dan Dr. E.F.E. Douwes Dekker ditangkap dan ditahan dalam penjara. Pada 18 Agustus 1913 keluarlah Keputusan Pemerintah Hindia Belanda N0. 2a, Suwardi Suryaningrat dibuang ke Bangka, dr. Cipto Mangunkusumo ke Banda Neira, dan Dr. E.F.E. Douwes Dekker ke Timor Kupang. saat sidang pengadilan dan vonis dijatuhkan, K.P.A. Suryaningrat hadir. Begitu sidang ditutup, Suwardi Suryaningrat langsung menghampiri ayahandanya. Sesaat kemudian K.P.A.. Suryaningrat mengulurkaan tangannya seraya berkata “Aku bangga atas perjuangannya. Terimalah doa dan restu Bapak. Ingat, seorang ksatria tidak akan menjilat ludahnya kembali”. Page 154 Dalam pembuangan di negeri Belanda Suwardi Suryaningrat beserta keluarganya hidup serba kekurangan. Bantuan didapat dari dana yang dikumpulkan oleh para pengurus Indische Partij yaitu “TADO (Tot Aan De Onafhankelijkheid) Fonds”. Penghasilannya dibantu profesi sebagai jurnalis dalam harian “Het Volk”, Redaktur“Hindia Poetera”, majalah “Indische Vereeniging”, mingguan “De Indier”, majalah “Indische Partij”, majalah “Het Indonesisch Verbond van Studeerenden”. Atas anjuran perkumpulan “ Algemeen Nederlandsch Verbond”, “Oost en West” dan “Sociaal Democraties Arbeiders Party”, Suwardi Suryaningrat berkeliling memberi ceramah dan penerangan dengan film. Beliau menerangkan keadaan yang nyata mengenai Indonesia dan keinginan rakyat, melawan cerita-cerita bohong yang disebarkan oleh Pemerintah Belanda tentang keadaan Indonesia. Page 157 Mendirikan Kantor Berita “Indonesisch Persbureau” (IPB) yang merupakan badan pemusatan penerangan dan propaganda pergerakan nasional Indonesia di Den Haag (September 1918). Page 158 Suwardi Suryaningrat menjadi jurnalis pertama Indonesia yang terkena ranjau “delict pers” atas pidato dan tulisannya yang pedas dengan hukuman penjara di Semarang pada 5 Agustus 1920 Page 160 lanjutnya pada tahun 1921 – 1922 Suwardi Suryaningrat aktif dalam perkumpulan “Selasa Kliwonan” yang beranggotakan tokoh-tokoh politik, kebudayaan, dan kebatinan, yaitu : R.M. Sutatmo Suryokusumo (seorang tokoh Budi Utomo yang progresif), Ki Sutopo Wonoboyo, Ki Pronowidigdo, Ki Prawirowiworo, RM. Gondoatmojo, B.R.M. Subono, R.M.H. Suryo Putro (paman Suwardi Suryaningrat), dan Ki Ageng Suryomataram. Page 161 3 Juli 1922 Suwardi Suryaningrat dkk mendirikan “Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa” di jl. Tanjung, Pakualaman, Yogyakarta, membuka bagian Taman Anak atau Taman Lare, yaitu satuan pendidikan setingkat Taman Kanak Kanak (Taman Indria). Kemudian pada 7 Juli 1924 mendirikan “Mulo Kweekshool” setingkat SMP dengan pendidikan guru (4 tahun sesudah pendidikan dasar). Pada tahun 1928 tamatan Mulo Kweekshool dapat masuk AMS (Algemene Middelbare School) setingkat SMA Negeri hampir 70%. Dengan kesuksesannya itu bangsa Indonesia tergugah semangat dan makin tebal rasa harga dirinya. Page 162 Pada 3 Februari 1928 Suwardi Suryaningrat genap berusia 40 tahun menurut tarikh Jawa (5 windu) dan berganti nama Ki Hadjar Dewantara. Menurut Ki Utomo Darmadi, Hadjar : pendidik; Dewan : Utusan; tara : tak tertandingi. Jadi maknanya: Ki Hadjar Dewantara adalah Bapak Pendidik utusan rakyat yang tak tertandingi menghadapi kolonialisme. Pergantian nama tsb. merupakan sublimasi misi hidup dari “Satriyo Pinandhito” menjadi “Pandhito Sinatriyo” (Satriyo yang sekaligus bersikap laku Pandhito–Pendidik, kemudian meningkat menjadi Pandhito-Pendidik yang secara simultan berjuang untuk menegakkan keadilan dan kebenaran= misi utama Satriyo). Page 177 Penutup