Anda di halaman 1dari 5

A.

Arti dan asal-usul kata Indonesia

Kata "Indonesia" berasal dari berbagai rangkaian sejarah yang puncaknya terjadi di
pertengahan abad ke-19.Catatan masa lalu menyebut kepulauan di antara Indocina dan
Australia dengan aneka nama,sementara kronik-kronik bangsa Tionghoa menyebut
kawasan ini sebagai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa
India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang
diturunkan dari kata dalam bahasa Sanskerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang).
Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri
Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas), diperkirakan Pulau
Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara. Nama "Indonesia" berasal
dari dua kata Yunani yaitu, Indus (Ἰνδός) yang berarti "India" dan kata Nesos (νῆσος)
yang berarti pulau/kepulauan, maka "Indo-nesia" berarti "kepulauan India".
Indonesia Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of
the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson
Logan ( 1819 – 1869 ), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas
Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Ingris, George
Samuel Windsor Earl ( 1813 – 1865 ), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah
JIAEA. Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On
the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations.
Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk
Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive
name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang
lain. Earl mengajukan dua pilihan nama:Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa
Yunani berarti pulau).Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan
Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk
ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon ( Srilanka ) dan
Maladewa. Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini.
Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai
istilah Indunesia. Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James
Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal
tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita,
sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan
memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o
agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. Lalu pada tanggal 17 Agustus
1945, lahirlah Republik Indonesia. Asal istilah nama Indonesia Nama ” INDONESIA”
muncul pertama kali tahun 1850 yang diciptakan/dipakai oleh James Richard Logan (ahli
hukum Skotlandia) Menurutnya dia lebih menyukai isitilah geografis “Indonesia” yang
bersinonim dengan “Kepulauan Hindia”. Pendapatnya merupakan penolakan terhadap
istilah “indunesians” dan “Melayunesians” yang digunakan oleh George Samuel Windsoe
Earl un.
B. Penemu kata Indonesia

Nama Indonesia berasal dari berbagai rangkaian sejarah, puncaknya terjadi di


pertengahan abad ke-19. Catatan masa lalu menyebut negeri ini sebagai kepulauan di
antara Indocina dan Australia dengan aneka nama. Sementara kronik-kronik Tionghoa
menyebut kawasan ini sebagai Nan-hai yang berarti kepulauan Laut Selatan, dan masih
banyak lagi penyebutan negeri Kepulauan ini.nama Indonesia muncul dalam dunia ilmu
pengetahuan.Dari kajian sejarah, nama Indonesia ditemukan pada sebuah tulisan ilmiah
dari seorang warga Inggris bernama George Samuel Windsor Earl dan James Richardson
Logan.Earl seorang ahli ethnologi yang meneliti bangsa yang berada di Kepulauan
Nusantara. Earl mengusulkan nama Indonesia dalam tulisannya “Journal Of The Indian
Archipelago and Eastern Asia” volume IV tahun 1850. Ia menyebut bangsa yang tinggal
di kepulauan tersebut dengan nama Indu-nesian dan Melayunesians pada tulisannya yang
ia buat tahun 1835 hingga 1850. Dia sendiri memilih nama Malayunesia karena nama ini
sangat tepat untuk ras Melayu, sementara cakupan Indinesia terlalu luas.Tetapi ia tidak
menyebut nama Kepulauan itu dengan dua kata tersebut.Kemudian seorang Inggris
lainnya yang bernama James Richardson Logan pada tahun 1850 menulis suatu karangan
ilmiah yang berjudul The Ethnology of The India Archipelago dalam suatu jurnal dengan
nama Journal of The Indian Archipelago and Eastern. Dalam karangannya tersebut ia
menyebut Kepulauan Nusantara dengan nama Indonesia. Logan menggunakan kata
Indonesia juga untuk menyebut penduduk kepulauan itu yang berkulit lebih terang
dibandingkan yang berada di wilayah timurnya. Tapi Lodan punya pendapat berbeda. Ia
lebih senang memakai nama Indunesia, sebab nama itu lebih sinonim untuk Indian Island
atau Indian Archipalego. Dalam perjalanan huruf “U” diganti huruf “O”, sehingga
menjadi Indonesia.

C. Kapan kata Indonesia dikenal di Indonesia

Orang yang mempopulerkan nama Indonesia adalah Adolf Bastian. Ia seorang Jerman
yang ahli dalam Etnologi. Ia menggunakan nama tersebut pada tahun 1884 dalam
karangan ilmiahnya yang berjudul Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen
Archipels. Sejak itu nama Indonesia makin populer digunakan untuk menyebut wilayah
yang juga disebut sebagai Hindia Belanda. Kemudian seorang ahli Hukum Adat yang
bernama C. van Vollenhoven selalu menggunakan nama Indonesier untuk menggantikan
nama Inlander dalam karangannya yang berjudul Het Adatrecht van Nederlands-Indie.
Bahasa Indonesia mendapatkan pengakuan sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat
Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda.
Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional berdasarkan usulan Muhammad
Yamin. Dalam pidatonya pada kongres tersebut, Yamin mengatakan,"Jika mengacu pada
masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua
bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu.
Akan tetapi, dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi
bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.
Penggantian nama dari bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia mengikut usulan dari
Mohammad Tabrani pada Kongres Pemuda I yang beranggapan bahwa jika tumpah darah
dan bangsa tersebut dinamakan Indonesia, maka bahasanya pun harus disebut bahasa
Indonesia. Kata "bahasa Indonesia" sendiri telah muncul dalam tulisan-tulisan Tabrani
sebelum Sumpah Pemuda diselenggarakan. Kata "bahasa Indonesia" pertama kali muncul
dalam harian Hindia Baroe pada tanggal 10 Januari 1926. Pada 11 Februari 1926 di koran
yang sama, tulisan Tabrani muncul dengan judul "Bahasa Indonesia" yang membahas
tentang pentingnya nama bahasa Indonesia dalam konteks perjuangan bangsa.
Secara politik, istilah Indonesia untuk pertama kalinya digunakan oleh Perhimpunan
Indonesia, yaitu organisasi yang didirikan oleh pelajar-pelajar Indonesia di Negeri
Belanda pada tahun 1908. Organisasi tersebut pertama kali bernama Indische
Vereeniging. Kemudian nama itu diganti menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun
1922. Selanjutnya pada tahun 1922 juga namanya diganti Perhimpunan Indonesia.
pada tahun 1884 nama Indonesia mulai dipopulerkan oleh seorang guru besar etnologi di
Unveritas Berlin, Adolf Bastian (1826-1905) melalui buku yang diterbitkannya, berjudul
Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel (Indonesia atau Pulau-pulau di
Kepulauan Melayu) hingga mencapai lima volume.
Nama Indonesia mulai populer di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat ada yang
beranggapan bahwa Bastian adalah orang yang menciptakan istilah Indonesia. Namun
kenyataannya, Bastian mengambil istilah Indonesia dari tulisan-tulisan Logan.

D. Orang Indonesia yang pertama kali menggunakan kata Indonesia

Pribumi yang mula-mula pertama kali menggunakan istilah “Indonesia” adalah Suwardi
Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau
mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau. Nama indonesisch
(Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van
Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiër
(orang Indonesia). Nama Indonesisch (pelafalan Belanda untuk “Indonesia”) juga
diperkenalkan sebagai pengganti Indisch (“Hindia”) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven
(1917).Lalu, dalam dunia perpolitikan, nama Indonesia sudah dipakai oleh Perhimpunan
Indonesia sejak 1922. Indonesia juga resmi dipakai oleh Gerakan Perdamaian
Internasional Sipil, untuk merujuk wilayah yang waktu itu disebut Belanda sebagai
Hindia Belanda.
Kemudian, pada dasawarsa 1920-an, nama Indonesia diambil alih oleh tokoh-tokoh
pergerakan Indonesia. Sehingga nama Indonesia memiliki makna politis sebagai identitas
suatu bangsa yang memperjuangkan Kemerdekaan.Bung Hatta menegaskan dalam
tulisannya,"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije
Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab
dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia
menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-
citakan suatu tanah air pada masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia
(Indonesiër) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."
Pada era 1900-an, bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi setelah bahasa
Belanda di Nusantara. Roshussen selaku gubernur jenderal kala itu mengusulkan bahasa
Melayu sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah rakyat.Bahasa Melayu dan bahasa
Belanda adalah alat komunikasi yang sangat berpengaruh saat itu. Ketatnya persaingan
“politik bahasa” kedua bahasa tersebut mengakibatkan bahasa Belanda wajib dipelajari
kaum pribumi.
Tjipto Mangoenkoesoemo mengeluarkan pikiran “bahasa Belanda sebagai bahasa
pengantar” yang dinilai sulit bagi kaum pribumi. Namun menurutnya, hal itu dapat
disesuaikan dengan keadaan budaya daerah. Dan bahasa Belanda akhirnya diresmikan
sebagai mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah rakyat dan pendidikan guru oleh JH.
Abendanon selaku Departemen Pengajaran kala itu.Bahasa Melayu dan Belanda masih
terus bersaing walau keduanya telah diresmikan. Tepatnya pada tahun 1928, para pemuda
dari berbagai organisasi kedaerahan bersatu membentuk Boedi Oetomo yang merupakan
organisasi nasional yang menaungi organisasi kedaerahan, melahirkan keputusan besar
yang membawa bangsa Indonesia ke depan.
SUMBER REFERENSI

https://news.mypangandaran.com/artikel/read/pendidikan-dan-budaya/38/siapakah-
penemu-nama-indonesia

https://www.kompasiana.com/affandi/550d809e8133115922b1e3bd/penemu-nama-
indonesia

https://www.kompasiana.com/raden_rahmat_wijaya/552afb84f17e610c5dd623d2/asal-
usul-nama-indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_nama_Indonesia

https://phinemo.com/asal-mula-nama-indonesia/

https://www.riauonline.co.id/riau/kota-pekanbaru/read/2016/08/17/tahukah-anda-asal-
usul-nama-indonesia-begini-sejarahnya

https://www.qureta.com/post/asal-mula-bahasa-indonesia

Anda mungkin juga menyukai