Anda di halaman 1dari 7

UNIVERSITAS PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

FAKULTAS KEAMANAN NASIONAL


PROGRAM STUDI KEAMANAN MARITIM

TUGAS MATA KULIAH


SOSIOLOGI MARITIM NEGARA KEPULAUAN

Disusun oleh:
Ajis Nur Efendi 120220302001
Ary Randi 120220302002
Rizal Aria Sandy 120200302016
Regita Ernawati 120220302020
Uly Maria Ulfah 120220302025

JAKARTA
2023
SEJARAH NAMA INDONESIA
I. PENDAHULUAN

Nama merupakan suatu sebutan atau label yang diberikan untuk beberapa
unsun diantarnya kepada orang, tempat, produk dan bahkan suatu gagasan maupun
konsep, yang biasanya digunakan untuk membedakan antar sesuatu agar bisa
dibedakan. Nama juga bisa disebut sebagai sesuatu yang dipahami seseorang dan
berbentuk kata, konsep, maupun frase sehingga dapat digunkan sebagai alat
mengidentifikasi sesuatu atau benda yang lain (Widodo, 2013). Selain itu nama juga
bisa disebut sebagai atribut yang ada pada suatu unsur sendiri yang memiliki fungsi
sebagai sarana untuk mengidentifikasinya (Rahmawati, 2013). Penamaan dan definisi
merupakan dua proses yang melambangkan sebuah konsep untuk mengacu pada
acuan berdasarkan letaknya terdapat pada luar bahasa (Chaer. 2009). Faktor yang
letaknya diluar Bahasa sangat mempengaruhi dalam pemberian nama ataupun
penyebutan nama ini didasarkan atas pengertian diatas sebelumnya. Berdasarkan
aspek yang ada diluar Bahasa atau masyarakat kita ketahui bahwa linguistic
merupakan bagian dari sosiolinguistik. Penelitian tentang sosiologi biasanya berupa
ciri-ciri bahasa tertentu dan ciri-ciri kehidupan kelompok manusia yang tidak sama.
Dilihat dari aspek yang luas, bagian dari penelitian linguistic yang mempelajari
Bahasanberdasarkan komponen-komponen keberlangsungan hidup masyarakat
seperti kelas ekonomi social, tingkat akademisi, religus dan lain sebagainya
merupakan pengertian dari sosioliguistik (Ngalim, 2013). Tidak kalah penting subuah
nama ini dipakai untuk sebuah negara, salah satu yang penting dan harus kita pahami
sebagai bangsa Indonesia adalah sejarah nama Indonesia.
Nama Indonesia penting kita gali untuk mengetahui sejarah serta menambah
kecintaan kita akan negara Indonesia. Kita semua dituntut untuk memelihara
keharmonisan dan persatuan bangsa Indonesia, salah satu hal yang bisa dilakukan
untuk menjaga persatuan dan kesatuan adalah menelusuri asal-usul nama Indonesia
sehingga bisa menjadi pedoman untuk anak cucu serta menambah pengetahuan
kepada bangsa Indonesia akan sejaha tersebut sehigga sejarah tersebut akan
tertanam di hati dan jiwa bangsa Indonesia.
Berdasarkan penjabaran di atas maka perlu kita membahas tentang sejarah
nama Indonesia yang kita tuangkan dalam artikel ini.

II. METODE

Dalam kajian ini mengunakan kaidah penulisan artikel dengan mengunkaan


kaidah studi kepustakaan (library research) atau studi lieratur yang merupakan
tahapan kegiatan berupa pengumpulan data pustaka, pembacaan dan penulisan,
serta melakukan produksi bahan penelitian (Zed, 2008). Penelitian kepustakaan dapat
digambarkan sebagai suatu metode penelitian, yang dalam hubungannya dengan
pemilahan, penyatuan serta penyelidikan, sumber-sumber informasi didiskusikan dan
dituangkan kedalam dalam bentuk informasi kajian kepustakaan, dimana diperlukan
berbagai topik, seperti pendidikan, sosial budaya, dan lain-lain. Namun yang pasti
penelitian ini bisa dilaksanakan dimana saja asal banyak referensi buku yang banyak
dari berbagai sumber yang sesuai dengan artikel yang akan kita tulis maupun kita kaji.
Pencarian referensi ini dilaksanakan oleh para pengkaji lanjutan setelah pengkaji
mengfinalkan topik dan masalah penelitian sebelum melakukan observasi di lapangan
untuk proses mengumpulkan data yang dibutulkan oleh pengkaji maupun penulis
(Darmadi, 2011).

III. PEMBAHASAN

Sejarah nama Indonesia tidak datang dengan sendirinya, atau tidak datang
dari langit langsung, namun terbentuk dari sejarah Panjang dari tahun ke tahun yang
akhirnya terbentuk nama Indonesia. Sebelum bernama Indonesia banyak sebutan
yang disematkan oleh Indonesia diantaranya bangsa Tionghoa menyebut dengan
nama Nan-hai, Orang India menyebut dengan Dwipantara dan Arab menyebut
Indonesia dengan subutan Jazair alJawi. Orang-orang Eropa yang paling awal dating
menganggap bahwa wilayah Asia hanya terdiri dari suku Arab, India, Persia, dan
Tiongkok atau Cina, sehingga hampir seluruh wilayah penamaannya diawali dengan
Hindia, termasuk wilayah kepulauan yang dinamai dengan Hindia timur maupun
kepulauan hindia, sementara wilayah penguasan Belanda disebut mempunyai nama
resmi yaitu Nederlandsch-Indie atau lebih dikenal dengan Hindia Belanda. Pada masa
kedudupan Jepang yaitu pada tahun 1942-1945 Indoneisa disebut dengan sebutan To
Indo atau disbut dengan Kepulauan Timur dalam penyebutan daerah tersebut
menaklukkan pulau-pulau ini. Eduard Douwes Dekker pada tahun 1820 hingga 1887,
terkenal dengan nama khusus yang pernah digunakan dengan julukan samaran
Multatuli menyebutkan sebuah kepulauan di Nusantara yaitu Insulinde, yang memiliki
makna pulau India (Bahasa Latin “insular” artinya pulau). Di bawahnya ada julukan
"Insulin" tidak terkenal, meskipun penulisan ini pernah digunakan dalam nama media
koran dan perkumpulan bisnis pada awal abad keduapuluh.
Ditahun 1847 dari jurnal “Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia
("Journal of the Indian Islands and East Asia")” yang diurus oleh James Richardson
Logan yaitu pada tahun 1819 sampai 1869, yang merupakan orang Skotlandia yang
melakukan studi hukum pada Universitas Edinburgh. Etnolog Inggris yang bernama
George Samuel Windsor Earl pada tahun 1813 hingga 1865 bergabung dengan JIAEA
dan menjadi editor pada jurnal tetrsebut pada tahun 1849. Pada Jurnal tersebut yaitu
, vol. IV, tahun 1850, hlm. 66 sampai 74, George Samuel Windsor Earl membuat jurnal
tentang karakteristik kepemimpinan orang Papua Australia. dan Bangsa Melayu-
Polinesia ( Tentang Karakteristik Luar Biasa Orang Papua, Melayu-Polinesia dan
Australia"). George Samuel Windsor Earl menekankan dalam bahwa sudah saatnya
memberi nama yang khas atau khusus kepada penduduk Nusantara atau Kepulauan
Melayu karena nama India tidak tepat dan sering tertukar dengan nama penduduk asli
Amerika lainnya. George Samuel Windsor Earl memiliki dua opsi nama yaitu Indonesia
atau Malaysia ("nesos" berarti "pulau" dalam bahasa Yunani). Selain itu dalam buku
tersebut menyebutkan bahwa masyrakat Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu
terdiri dari "Orang Indunesia" atau "Orang Malayunesia (logen, 1848).
Dalam Artikelnya George Samuel Windsor Earl menyatakan bahwa nama
Malaya ( Kepulauan Melayu ) lebih cocok dengan nama Indonesia (kepulauan India)
karena Malaya sangat cocok dengan ras Melayu, sedangkan Indonesia juga berarti
Ceylon (sebutan Sri Lanka saat itu) dan Maldives (nama asing untuk Malaya)
Maladewa). George Samuel Windsor Earl juga percaya bahwa bahasa Melayu
dituturkan di seluruh nusantara. George Samuel Windsor Earl menggunakan istilah
Malaya dalam tulisannya, tapi bukan Indonesia. Dalam Jurnal JIAEA Volume IV,
halaman 252 hingga 347, seorang penulis bernama James Richardson Logan menulis
artikel The Ethnology of the Indian Archipelago ( Ethnology of the Indian Archipelago
). Pada awal artikelnya, Logan juga menyadari bahwa pulau-pulau di tanah air kita
membutuhkan nama yang unik, karena istilah Kepulauan Hindia ( Kepulauan Hindia )
menurunya sangat panjang dan membuat ambigu. Sehingga Logan mengambil
sebutan Indonesia yang dikeluarkan George Samuel Windsor Earl dan seditik merevisi
kata ditulisan tersebut diantanya mengganti u dengan o agar ucapannya terdengar
lebih baik. Dari sinilah muncul sebutan Indonesia.

Pada tahun 1884, Adolf Bastian, sebagai guru besar etnologi di Universitas
Berlin, menegeluarkan lima jilid buku tentang Indonesia or the Islands of the Malay
Archipelago, yang memuat hasil penelitiannya. Penelitian selama perjalanan ke pulau-
pulau antara tahun 1864 -1880. Pada kalangan Sarjana belanda Buku Bastian
tersebut mempopulerkan julukan "Indonesia", sehingga diasumsikan ternyata nama
"Indonesia" diciptakan oleh Bastian. Pendapat keliru ini antara lain diungkapkan dalam
Encyclopedie van Nederlandsch-Indië (1918). Bahkan, Bastian meminjam istilah
"Indonesia" dari tulisan Logan. Orang Indonesia pertama yang menggunakan istilah
"Indonesia" adalah Suwardi Suryangrat atau lebih dikenal dengan nama Ki Hajar
Dewantara. Setelah dideportasi ke Belanda pada tahun 1913, ia mendirikan kantor
pers bernama Persbiro Indonesia. Profesor Cornelis van Vollenhoven (1917) juga
memperkenalkan nama Indonesia (pengucapan bahasa Belanda untuk Indonesia)
untuk menggantikan bahasa Indonesia ("India"). Dengan demikian, julukan Inlander
("pribumi") dirubah menjadi Indonesieri ("warga Negara Indonesia").
Pada tahun sekitar 1920, Figur-figur pergerakan ataupun perjuang untuk
kemerdekaan Indonesia mengadopsi sebutan nama Indonesia, istilah ilmiah yang
diambil dari etnologi dan geografi, sehingga nama Indonesia pada akhirnya
mempunyai arti politik, yaitu sebagai identitas pejuang kemerdekaan. untuk
kemerdekaan. Alhasil, pemerintah Belanda mempunyai kecurigaan terhadap
pemakaian nama tersebut. Sehingga di tahun 1922 organisasi mahasiswa India yang
ada di Belanda (didirikan pada tahun 1908 dengan nama Indien Vereeniging) berganti
nama menjadi bahasa Indonesia. Vereeniging atau Perhimpoena Indonesia.
Pada tahun 1942 orang Indonesia yang ada di Indoneisa yaitu dr. Sutomo
mendirikan Klub Studi yang ada Namanya Indonesia. Pada tahun yang sama, Partai
Komunis Indonesia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada
tahun 1925, Jong Islamieten Bond mendirikan gerakan pramuka Padvinderij Nasional
Indonesia (Natipij). Inilah tiga organisasi Indonesia yang awalnya menggunakan nama
Indonesia. Dan Pada Akhirnya di tanggal 28 Oktober 1928, nama Indonesia disebut
sebagai nama tanah air, bangsa, dan bahasa dalam kepadatan Pemuda dan pemudi
Indonesia yang sekarang dikenal dengan Sumpak Pemuda. Pada bulan Agustus
tahun 1939, terdapat 3 orang Indonesia yang bernama M.H Tamrin, Wiwoho
Purbohadidjojo dan Sutandjo Kartohardikusumo yang merupakan angota dari Dewan
Rakyat atau Volksraad yang merupakan bagian dari anggota parlemen hindia belanda,
mengusulkan kepada pemerintah belanda untuk mengesahkan atau meresmikan
nama Indonesia sebagai pengganti nama Nederlandsch Indie, namun oleh pihak
belanda nama tersebut ditolak. Dan selanjutnya pada Kependudukan Jepang yaitu
pada tanggal 8 Maret 1942, nama "Hindia Belanda" menghilang. Kemudian setelah
Jepang mengaku kalah pada tanggal 17 Agustus 1945,Bangsa Indonesia
mengplokamirkan kemerdekaan dan secara resmi bangsa Indonesia Lahir.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang sudah dijabarkan, maka dapat ditarik kesimpul
bahwa nama Indonesia lahir dari perjalanan yang sangat Panjang, secara tertulis
nama Indonesia pertama tertulisa pada Journal of the Indian Archipelago and Eastern
Asia (JIAEA, BI: "Journal of the Indian Islands and East Asia") dengan tulisan
Indunesia kemudian huruf u diganti dengan huruf o untuk memudahkan pengucapan.
Dan kata Indonesia itu diambil dari Bahasa Yunani yang artinya kepulauan. Orang
Pribumi pertama yang menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryangrat
(Ki Hajar Dewantara). Kemudian setelah itu banyak istilah Indonesia digunakan dalam
perkumpulan-perkumpulan organisasi dan akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945
secara resmi lahirnya Republik Indonesia.

V. DAFTAR PUSTAKA

Chaer. Abdul, 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: pendekatan Proses. Jakarta: Rineka
Cipta

Darmadi. Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Logan. J. R. (1848). Customs common to the hill tribes bordering on Assam of the
India Archipelago and Eastern Asia. The journal of the indian archipelago and
eastern asia 2, 229-236.

Purwanto. Ngalim. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Rahmawati. Dian. 2013. Pemaknaan Orang Tua terhadap Pemberian Nama Anak
(Studi Deskriptif pada Masyarakat Jawa Muslim di Desa Gambiran
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang. Jurnal Media Komunitas 2(2):1-
15

Widodo. Sahid Teguh. 2013. Konstruksi Nama Orang Jawa : Studi Kasus Nama-Nama
Modern di Surakarta. Jurnal Humaniora 25(1):82-91

Zed. Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai