0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
88 tayangan7 halaman
Essai ini menjelaskan asal usul nama "Indonesia" untuk kepulauan negara kita. Nama ini diperkenalkan oleh James Richardson Logan pada tahun 1850 untuk menggantikan istilah "Kepulauan Hindia" yang sering menyebabkan kebingungan. Nama "Indonesia" kemudian dipopulerkan oleh sarjana seperti Adolf Bastian. Meskipun ada usulan nama lain seperti "Insulinde" dan "Melayunesia", namun "Indonesia"-lah yang akhirny
Essai ini menjelaskan asal usul nama "Indonesia" untuk kepulauan negara kita. Nama ini diperkenalkan oleh James Richardson Logan pada tahun 1850 untuk menggantikan istilah "Kepulauan Hindia" yang sering menyebabkan kebingungan. Nama "Indonesia" kemudian dipopulerkan oleh sarjana seperti Adolf Bastian. Meskipun ada usulan nama lain seperti "Insulinde" dan "Melayunesia", namun "Indonesia"-lah yang akhirny
Essai ini menjelaskan asal usul nama "Indonesia" untuk kepulauan negara kita. Nama ini diperkenalkan oleh James Richardson Logan pada tahun 1850 untuk menggantikan istilah "Kepulauan Hindia" yang sering menyebabkan kebingungan. Nama "Indonesia" kemudian dipopulerkan oleh sarjana seperti Adolf Bastian. Meskipun ada usulan nama lain seperti "Insulinde" dan "Melayunesia", namun "Indonesia"-lah yang akhirny
Disusun Oleh : Nama : Iza Nur Meilia NIM : 13670051
PRODI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013/2014
ASAL USUL KATA INDONESIA Pada zaman purba kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai Nan-hai atau Kepulauan Laut Selatan. Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara, Kepulauan Tanah Seberang, nama yang diturunkan dari kata Sansekerta, dwipa, yang berarti pulau dan antara yang berarti luar atau seberang. Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa, Pulau Emas, yaitu Sumatra (sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara. Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jazair al-Jawi, Kepulauan Jawa. Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sebelum Nusantara menjadi nama resmi kepulauan negara kita pada masa kerajaan Majapahit (1292-1478),namun berabad-abad selanjutnya nama Nusantara tenggelam seiring runtuhnya kerajaan Majapahit, barulah pada tahun 1920-an seorang berkebangsaan Belanda yang bernama Ernest Francois Eugene Douwes Dekker yang dalam sejarah sebagai Dr. Setiabudi (1878-1950) salah seorang cucu adik Multatuli, memperkenalkan nama Nusantara. Nama Nusantara berasal dari dua kata bahasa Sanskerta, yaitu nusa yang berarti pulau dan antara yang berarti luar. Nusantara digunakan untuk menyebut pulau-pulau di luar Majapahit (Jawa). Perkataan Nusantara kita dapatkan dari Sumpah Palapa Patih Gajah Mada yang diucapkan dalam upacara pengangkatannya menjadi Patih Amangkubhumi Kerajaan Majapahit (tahun 1258 Saka/1336 M) yang tertulis di dalam Kitab Pararaton (Raja-raja): Sira Gajah Mada Patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada, Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tajung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa. (Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, Jika telah mengalahkan nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa.) Gurun = Nusa Penida Seran = Seram Tajung Pura = Kerajaan Tanjungpura, Ketapang, Kalimantan Barat Haru = Sumatra Utara (ada kemungkinan merujuk kepada Karo) Pahang = Pahang di Semenanjung Melayu Dompo = Dompu, sebuah daerah/kabupaten di pulau Sumbawa Bali = Bali Sunda = Kerajaan Sunda Palembang = Palembang atau Kerajaan Sriwijaya Tumasik = Singapura Secara historis, kepulauan yang bermakna kepulauan seberang oleh Dr. Setiabudi diberi pengertian nasionalistis dengan mengambil kata melayu asli antara maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu nusa diantara dua benua dan samudera sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi Nusantara modern. Dr. Setiabudi mengambil nama Nusantara dari kitab Pararaton yaitu, kitab yang membahas sejarah para ratu Singosari hingga runtuhnya Majapahit (Naskah kuno zaman Majapahit tersebut ditemukan di Bali akhir abad-19, diterjemahkan J. LA Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920). Kemudian karena tahu asal-usul nama Nusantara adalah sebutan bumi pertiwi dulu dan tidak mengandung kata India maka dengan cepat menjadi populer dalam tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan untuk digunakan sebagai pengganti nama Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie). Sebelum nama Nusantara populer dimasa pergerakan kemerdekaan Indonesia, pernah seorang pujangga asal Belanda yang bernama Eduard Douwes Dekker (1820-1887) dengan nama samaran Multatuli menamakan Tanah Air kita Insulinde (kepulauan Hindia) (latin insula = pulau) dalam bukunya MAX HAVELOR tahun 1860, kemudian dipopulerkan oleh prof. P.J. Veth. Alasan multatuli memberi nama Insulinde karena jijik mendengar nama Nederlandsch Indie (Hindia Belanda) yang diberikan oleh Belanda. Beliau juga menggambarkan bahwa kepulauan Negara kita laksana sabuk yang melingkari garis katulistiwa ditretes intan jamrud. Banyak dari bangsa-bangsa Eropa yang awam dengan benua Asia selalu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Menurut mereka daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah Hindia, Semenanjung Asia Selatan mereka sebut Hindia Muka, dan dataran Asia Tenggara dinamakan Hindia Belakang sedangkan kepulauan Tanah Air kita memperoleh nama kepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian Archipelago, Archipel Indian), pada zaman Belanda nama resminya adalah Nederlandch Indie (Hindia Belanda). Nama Hindia asal mulanya buatan Herodotus, seorang ahli ilmu sejarah berkebangsaan Yunani (484-525SM) yang dikenal sebagai bapak ilmu sejarah. Adapun nama Hindia ini baru digunakan untuk kepulauan ini oleh Polemeus (100- 178) seorang ahli ilmu bumi terkenal, dan nama Hindia ini menjadi terkenal sesudah bangsa portugis dibawah pimpinan: Vasco da Gama mendapati kepulauan ini dengan menyusuri sungai Indus. Kemudian pada tahun 1847 terbitlah sebuah majalah tahunan di Singapura dengan nama JOURNAL OF INDIAN ARCHIPELAGO AND EASTERN ASIA (JIAEA), dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869) seorang lulusan sarjana Edinburg (Inggris). Tahun 1849 George Samuel Windsor Earl (1813- 1865) yang berasal dari Inggris pun menggabungkan diri sebagai redaksi Majalah JIAEA. Dalam artikelnya Earl di majalah JIAEA volume 4 tahun 1850 menyatakan pendapatnya bahwa sudah tiba waktunya untuk rakyat di kepulauan melayu memiliki nama khusus (a distinctive name) sebab nama Hindia tidaklah cocok dan sering mengundang kebingungan dengan sebutan India yang lain. Dalam judul artikelnya Embracing Enquiries Into The Continental Relations of the Indo- pacific Islanders, Earl menamakan penduduk India Belanda bagian barat yang berasal dari Proto-Melayu (melayu tua) dan Neutero-Melayu (melayu muda) sebagai indunesians dan Earl memilih nama untuk wilayah kepulauan Negara kita dengan sebutan melayunesia (kepulauan melayu) daripada indunesians sebab melayunesians sangat tepat untuk ras Melayu, apalagi bahasa melayu banyak digunakan diseluruh kepulauan Negara kita. James Richardson Logan tidak sependapat dengan Windson Earl, beliau menulis artikelnya dalam majalah JIAEA volume 4 hal 252-347 dengan judul THE ETHNOLOGY OF THE INDIAN ARCHIPELAGO yang membahas tentang nama bagi kepulauan Negara kita yang oleh Belanda dan bangsa Eropa disebut Indian Archipelago yang menurut Logan sangat panjang dan membingungkan. Melalui tulisan Logan tersebut untuk pertama kalinya nama Indonesia muncul di dunia Internasional Mr. Earl Sugests the Ethnographical term Indonesia, but rejects in favaour of Malayunesian, I prefer the purely geographical term Indonesian, which is merely a shorter synonym for the Indian Island or the Indian Archipelago. Selanjutnya Logan secara aktif dalam setiap karya-karya tulisannya selalu memakai nama Indonesia sehingga banyak dari kalangan ilmuwan bidang Ethnology dan Geografi yang mengikuti pendapat Logan menyebut Indonesia pada kepulauan kita. Logan memungut nama Indonesia yang dibuang oleh Earl, dan huruf U (indunesia) digantinya dengan huruf O agar ucapannya lebih baik, maka lahirlah sebutan INDONESIA sampai sekarang. Earl sendiri tidak suka memakai istilah INDONESIA dengan alasan bahwa INDUNESIA (kepulauan Indonesia) bisa juga digunakan untuk wilayah Ceylon (Srilanka) dan Maldevies (Maladewa). Earl mengajukan dua pilihan nama Indonesia atau Melayunesia pada halaman 71, artikelnya itu tertulis ..the in habitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago Would become respectively Indonesia or Malayunesians(majalah JIAEA volume 4 tahun 1850, judul artikel On the leading characteristict of the Papuan, Australian and malay-polynesian nations). Seorang guru besar bidang ethnology universitas berlin yaitu Adolf Bastian. Mempopulerkan nama Indonesia dengan menerbitkan sebuah buku yang berjudul Indonesia Ordeer Die Inseln Des Malaysichien Archipel sebanyak lima volume. Isi dari buku-buku tersebut membahas penelitiannya ketika pengembaraannya ke Tanah Air kita, pada tahun 1864-1880. Melalui buku Bastian tersebut nama Indonesia semakin populer dikalangan sarjana, hingga pernah muncul suatu pendapat bahwa Adolf Bastian adalah pencipta nama Indonesia, pendapat yang keliru tersebut tercantum dalam Encyclopedie Van Nederland-Indie, tahun 1918 bahkan di Indonesia dimasukkan dalam buku sejarah kebangsaan jilid I untuk SLTP dan yang sederajat, penerbit Asia Afrika tahun 1969. Selain Adolf Bastian prof. Van Vollen Hoven (1917) juga mempopulerkan nama Indonesia sebagai ganti Indisch (India) begitu juga istilah Inlander (pribumi) diganti sebutan Indonesier (orang Indonesia). Orang pribumi yang mula-mula menggunakan istilah Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke Belanda pada 1913, beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers- bureau. Nama Indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch (Hindia) oleh Prof. Cornelis van Vollenhoven (1917). Pada 1922, atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk pad 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya: Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut Hindia Belanda. Juga tidak Hindia saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik, karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya. Di Indonesia, Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada 1925, Jong Islamieten Bond membentuk Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama Indonesia. Akhirnya nama Indonesia dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda. Pada Agustus 1939, tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat / parlemen Hindia Belanda); Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama Indonesia diresmikan sebagai pengganti nama Nederlandsch-Indie. Namun, Belanda menolak mosi ini. Ketika pendudukan Jepang pada 8 Maret 1942, secara otomatis lenyaplah nama Hindia Belanda. Lalu pada 17 Agustus 1945, seiring dengan proklamasi kemerdekaan, lahirlah Republik Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdiri sendiri tanpa penjajahan dari bangsa asing.