Pembakaran[sunting | sunting sumber]
Mesin Utama Pesawat Ulang-alik membakar hidrogen dengan oksigen, menghasilkan nyala yang nyaris
tak terlihat pada dorongan penuh.
Hidrogen sangatlah mudah terbakar di udara bebas. Peristiwa meledaknya pesawat Hindenburg pada
tanggal 6 Mei 1937.
Gas hidrogen (dihidrogen atau molekul hidrogen) sangat mudah terbakar dan akan terbakar
pada konsentrasi serendah 4% H2 di udara bebas.[15] Entalpi pembakaran hidrogen adalah
−286 kJ/mol.[16] Hidrogen terbakar menurut persamaan kimia:
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l) + 572 kJ (286 kJ/mol)[c]
Hidrogen akan meledak sendiri pada temperatur 500 °C.[17] Hidrogen membentuk campuran yang
bisa meledak dengan udara dalam konsentrasi hidrogen 4–74%[18] dan dengan klorin dalam
konsentrasi 5–95%. Reaksi ledakan dapat dipicu oleh percikan api, panas, atau sinar matahari.
Lidah api[sunting | sunting sumber]
Lidah api hasil pembakaran hidrogen-oksigen murni memancarkan gelombang ultraviolet dan
hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. Deteksi kebocoran hidrogen yang terbakar mungkin
memerlukan detektor api; kebocoran semacam itu bisa sangat berbahaya. Nyala api hidrogen
dalam kondisi lain berwarna biru, menyerupai nyala api gas alam berwarna biru.
[19]
Kasus meledaknya pesawat Hindenburg adalah salah satu contoh terkenal dari pembakaran
hidrogen.[20] Karakteristik lainnya dari api hidrogen adalah nyala api cenderung menghilang
dengan cepat di udara, sehingga kerusakan akibat ledakan hidrogen lebih ringan dari ledakan
hidrokarbon. Dalam kasus kecelakaan Hindenburg, dua pertiga dari penumpang pesawat
selamat dan kebanyakan kasus meninggal disebabkan oleh terbakarnya bahan bakar diesel
yang bocor.[21]
Reaktan[sunting | sunting sumber]
H2 relatif tidak reaktif. Basis termodinamika dari reaktivitas yang rendah ini adalah ikatan H-H
yang sangat kuat, dengan energi disosiasi ikatan 435,7 kJ/mol.[22] Dasar kinetik dari reaktivitas
rendah adalah sifat nonpolar H2 dan polarisabilitasnya yang lemah. H2 bereaksi secara langsung
dengan unsur-unsur oksidator lainnya. Ia bereaksi dengan spontan dan hebat pada suhu kamar
dengan klorin dan fluorin, menghasilkan hidrogen halida berupa hidrogen klorida dan hidrogen
fluorida, yang merupakan asam berbahaya.[23] Lelehan natrium dan kalium bereaksi dengan gas
untuk menghasilkan hidrida masing-masing NaH dan KH. [rujukan?]
Fasa[sunting | sunting sumber]
Hidrogen bertekanan
Hidrogen cair
Hidrogen slush
Hidrogen padat
Hidrogen logam
Bentuk monoatomik[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Atom hidrogen
Atom H, juga disebut hidrogen nasen atau hidrogen atomik, diklaim eksis secara fana namun
cukup lama untuk menimbulkan reaksi kimia. Menurut klaim itu, hidrogen nasen dihasilkan
secara in situ, biasanya reaksi antara seng dengan asam, atau dengan elektrolisis pada katode.
Sebagai molekul monoatomik, atom H sangat reaktif dan oleh karena itu adalah reduktor yang
lebih kuat dari H2 diatomik, namun pertanyaan kuncinya terletak pada keberadaan atom H itu
sendiri. Konsep ini lebih populer di bidang teknik dan di literatur-literatur lama.
Hidrogen nasen diklaim mereduksi nitrit menjadi amonia atau arsenik menjadi arsina bahkan
dalam keadaan lunak. Penelitian yang lebih mendetail menunjukkan lintasan alternatif lainnya
dan bukanlah atom H.
Atom hidrogen dapat dihasilkan pada temperatur yang cukup tinggi (>2000 K) agar molekul
H2 dapat berdisosiasi. Selain itu, radiasi elektromagnetik di atas 11 eV juga dapat diserap H2 dan
menyebabkan disosiasi.
Kadang kala, hidrogen yang terserap secara kimiawi pada permukaan logam juga dirujuk
sebagai hidrogen nasen, walaupun terminologi ini sudah mulai ditinggalkan. Pandangan lainnya
mengatakan bahwa hidrogen yang terserap secara kimiawi itu "kurang reaktif" dari hidrogen
nasen disebabkan oleh ikatan yang dihasilkan oleh permukaan katalis logam tersebut.
Senyawa-senyawa[sunting | sunting sumber]
Info lebih lanjut: Senyawa hidrogen
Senyawa kovalen dan senyawa organik[sunting | sunting sumber]
Walaupun H2 tidaklah begitu reaktif dalam keadaan standar, ia masih dapat membentuk
senyawa dengan kebanyakan unsur. Jutaan jenis hidrokarbon telah diketahui, namun itu semua
tidaklah dihasilkan secara langsung dari hidrogen dan karbon. Hidrogen dapat membentuk
senyawa dengan unsur yang lebih elektronegatif seperti halogen (F, Cl, Br, I); dalam senyawa ini
hidrogen memiliki muatan parsial positif.[34] Ketika berikatan
dengan fluor, oksigen ataupun nitrogen, hidrogen dapat berpartisipasi dalam bentuk ikatan non-
kovalen yang kuat, yang disebut dengan ikatan hidrogen yang sangat penting untuk menjaga
kestabilan kebanyakan molekul biologi.[35][36] Hidrogen juga membentuk senyawa dengan unsur
yang kurang elektronegatif seperti logam dan metaloid, yang mana hidrogen memiliki muatan
parsial negatif. Senyawa ini dikenal dengan nama hidrida.[37]
Hidrogen membentuk senyawa yang sangat banyak dengan karbon. Oleh karena asosiasi
senyawa itu dengan kebanyakan zat hidup, senyawa ini disebut sebagai senyawa organik.
[38]
Studi sifat-sifat senyawa tersebut disebut kimia organik[39] dan studi dalam konteks
kehidupan organisme dinamakan biokimia.[40] Pada beberapa definisi, senyawa "organik" hanya
memerlukan atom karbon untuk disebut sebagai organik. Namun kebanyakan senyawa organik
mengandung atom hidrogen. Dan oleh karena ikatan ikatan hidrogen-karbon inilah yang
memberikan karakteristik sifat-sifat hidrokarbon, ikatan hidrogen-karbon diperlukan untuk
beberapa definisi dari kata "organik" di kimia.[38] Jutaan hidrokarbon telah diketahui, dan biasanya
terbentuk oleh jalur yang rumit yang jarang melibatkan unsur hidrogen.
Dalam kimia anorganik, hidrida dapat berperan sebagai ligan penghubung yang
menghubungkan dua pusat logam dalam kompleks berkoordinasi. Fungsi ini umum ditemukan
pada unsur golongan 13, terutama pada kompleks borana (hidrida boron)
dan aluminium serta karborana yang bergerombol.[41]
Hidrogen larut dengan mudah dalam banyak logam tanah jarang dan logam transisi[12] dan larut
dalam logam nanokristalin dan amorf.[13] Kelarutan hidrogen dalam logam dipengaruhi oleh
distorsi lokal atau ketidakmurnian dalam kisi kristal.[14] Sifat-sifat ini mungkin berguna ketika
hidrogen dimurnikan dengan melewatkan hidrogen melalui cakram paladium panas, tetapi
kelarutan gas yang tinggi merupakan masalah metalurgi, yang berkontribusi
pada penggetasan banyak logam,[42] mempersulit desain jaringan pipa dan tangki penyimpanan.
[43]
Hidrida[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Hidrida
Senyawa hidrogen sering disebut sebagai hidrida, sebuah istilah yang tidak mengikat. Oleh
kimiawan, istilah "hidrida" biasanya memiliki arti atom H yang mendapat sifat anion, ditandai
dengan H−. Keberadaan anion hidrida, dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis pada tahun 1916
untuk golongan I dan II hidrida garam, didemonstrasikan oleh Moers pada tahun 1920 dengan
melakukan elektrolisis litium hidrida cair (LiH) yang menghasilkan sejumlah hidrogen pada
anode.[44] Untuk hidrida selain logam golongan I dan II, istilah ini sering kali membuat
kesalahpahaman oleh karena elektronegativitas hidrogen yang rendah. Pengecualian adalah
hidrida golongan II BeH2 yang polimerik.
Walaupun hidrida dapat dibentuk dengan hampir semua golongan unsur, jumlah dan kombinasi
dari senyawa bervariasi, sebagai contoh terdapat lebih dari 100 hidrida borana biner yang
diketahui, namun cuma satu hidrida aluminium biner yang diketahui.[45] Hidrida indium biner
sampai sekarang belum diketahui, walaupun ada sejumlah komplek yang lebih besar.[46]
Dalam kimia anorganik, hidrida juga dapat berfungsi sebagai jembatan ligan yang
menghubungkan dua pusat logam dalam kompleks koordinasi. Fungsi ini banyak ditemukan
pada unsur golongan 13, terutama pada borana (hidrida boron) dan kompleks aluminium, serta
pada karboran yang berkerumunan.[47]
Proton dan asam[sunting | sunting sumber]
Informasi lebih lanjut: Reaksi asam basa
Oksidasi H2 secara formal menghasilkan proton H+. Spesies ini merupakan topik utama dari
pembahasan asam, walaupun istilah proton digunakan secara longgar untuk merujuk pada
hidrogen kationik yang positif dan ditandai dengan H+. Menurut teori Brønsted–Lowry, asam
adalah donor proton, sementara basa adalah akseptor (penerima) proton.
Proton H+ tidak dapat ditemukan berdiri sendiri dalam larutan karena ia memiliki kecenderungan
mengikat pada atom atau molekul yang memiliki elektron. Selain pada temperatur tinggi dan
bergabung dengan plasma, proton semacam ini tidak dapat dihilangkan dari awan elektron atom
dan molekul, dan akan tetap terikat pada atom dan molekul tersebut.
Untuk menghindari kesalahpahaman akan "proton terlarut" dalam larutan, larutan asam sering
dianggap memiliki spesies fiktif yang disebut ion hidronium (H3O+) yang bergerombol membentuk
H9O4+.[48] Ion oksonium juga ditemukan ketika air dalam larutan asam dengan pelarut lain.[49]
Walaupun sangat langka di Bumi, salah satu ion yang paling melimpah dalam alam semesta ini
adalah H3+, dikenal sebagai molekul hidrogen terprotonasi ataupun kation hidrogen triatomik.[50]