Anda di halaman 1dari 13

HIDROGEN

I. Hidrogen

Hidrogen (H) adalah unsur alam yang memiliki berat atom 1 (1 proton, 1
elektron). Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau,
bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat
mudah terbakar. Dengan masa atom 1,00794 amu, hydrogen adalah unsur teringan
di dunia. Hidrogen memiliki sifat ambivalen terhadap unsur lain, yakni dapat menjadi
anion (H+) atau kation (H-) dalam senyawa ionik. Sebagian besar senyawa hidrogen
sederhana bersifat kovalen dan menghasilkan elektron untuk membentuk ion
hidrida. Hal tersebut menyebabkan hidogen dapat membentuk struktur kimia
bervariasi dan bereaksi menghasilkan beragam senyawa.
Hidrogen adalah unsur paling melimpah dengan persentase kira-kira 75%
dari total massa unsur alam semesta. Senyawa hidrogen relatif langka dan jarang
dijumpai secara alami di bumi, dan biasanya dihasilkan secara industri dari
berbagai senyawa hidrokarbon seperti metana. Unsur ini ditemukan dalam
kelimpahan yang besar di bintang-bintang dan planet-planet gas raksasa.
Hidrogen adalah gas ringan (lebih ringan dari udara), tidak berwarna dan tidak
berbau. Jika terbakar tidak menunjukkan adanya nyala dan akan menghasilkan
panas yang sangat tinggi. Hidrogen juga dapat dihasilkan dari air melalui proses
elektrolisis. Hidrogen atau H2 mempunyai kandungan energi per satuan berat
tertinggi, dibandingkan dengan bahan bakar manapun. Gas hidrogen sangat
mudah terbakar dan akan terbakar pada konsentrasiserendah 4% H2 di udara
bebas. Hidrogen dianggap sebagai pembawa energi yang merupakan sarana untuk
menyimpan dan mentransmisikan energi yang berasal dari sumber energi primer.
Beberapa hal yang membuat hidrogen menarik untuk dikembangkan adalah
banyaknya energi yang dilepaskan ketika hidrogen terbakar dan produk
pembakarannya sebagian besar mengandung air sehingga tidak menimbulkan
masalah lingkungan.

II. Kegunaan Hidrogen


Unsur hidrogen digunakan terutama dalam produksi ammonia, metil
alkool, bahan organik dan sejumlah besar bahan makanan. Hidrogen juga
digunakan untuk menghasilkan nyala api yang sangat panas seperti obor
oksihidrogen dan digunakan sebagai bahan bakar roket. Hidrogen dari elektrolisis
air dengan kemurnian yang tinggi dapat digunakan untuk industri elektronik,
metalurgi, makanan, kaca apung, finechemical, dan aerospace serta digunakan
sebagai campuran bahan bakar bersama compress natural gas (HCNG) di masa
depan, dengan perkiraan tingkat produksi hidrogen sebesar 100-3000 Nm3 / jam.
Konsumsi hidrogen terbesar adalah dalam pembuatan amonia (49%), pemurnian
minyak bumi (37%), untuk memproduksi metanol (8%) dan untuk produksi lain-
lain (6%).

III. Sifat Kimia


Hidrogen adalah atom yang sederhana namun memiliki energi ionisasi
sekitar 1.314 kJ/mol dan kekuatan ikatan H-H dalam molekul diatomik adalah
sekitar 435 kJ/mol. Hal tersebut yang menyebabkan pembentukan ion H+
membutuhkan energi yang cukup besar. Hidrogen memiliki tiga isotop. Isotop
dengan nomor massa 1 dengan symbol H atau disebut dengan Protium yang
memiliki jumlah sekitar 6400 kali lebih banyak dari nomor massa 2 yang disebut
dengan deuterium dengan simbil D. Isotop dengan nomor 17 massa 3 adalah
Tritium dengan simbol T yang merupakan isotop dengan jumlah lebih sedikit
daripada deuterium tetapi dapat diproduksi secara artifisial oleh berbagai reaksi
nuklir.
Atom hidrogen sangat reaktif secara kimia, sehingga sebagian besar
hidrogen di alam terikat atom oksigen atau karbon dan sangat sedikit berada dalam
bentuk unsur bebas. Hidrogen relatif tidak aktif pada temperatur kamar kecuali
diberi energi aktivasi, sehingga dibutuhkan suhu yang sangat tinggi untuk
memisahkan hidrogen molekuler menjadi hidrogen atom. Hidrogen bereaksi
dengan sejumlah elemen untuk menghasilkan hidrida, baik logam dan non logam
seperti NH3, NaH, KH, dan PH3 maupun dengan belerang seperti H2S. Atom
hidrogen bereaksi dengan senyawa organic untuk menghasilkan campuran produk
yang kompleks misalnya saat bereaksi dengan etilena menghasilkan C2H6 dan
C4H10. Hidrogen mudah bereaksi dengan senyawa pengoksidasi seperti
dinitrogen oksida, halogen (terutama dengan fluor dan klor), dan hidrokarbon tak
jenuh dengan menghasilkan panas eksotermik. Hidrogen bereaksi dengan oksigen
ketika dalam proses konversi pembakaran atau secara elektrokimia untuk
menghasilkan energi. Produk samping reaksi yang dihasilkan adalah uap air. Laju
reaksi pembentukan energi dari hidrogen pada suhu kamar sangat lambat, tetapi
dapat dipercepat menggunakan katalis. Pada proses produksi, transportasi, dan
penyimpanan hidrogen biasanya terjadi reaksi antara hidrogen dengan oksigen
membentuk hidrogen peroksida (H2O2).

IV. Sifat Fisika


Sifat-sifat fisik hidrogen menunjukkan, bahwa hidrogen memiliki
kerapatan 0,09 kg/ m3. Gas hidrogen memiliki daya apung di udara 1,2 kg /m3,
kapasitas panas sebesar 14,4 kJ/ kgK dan hidrogen dalam bentuk padatan
memiliki konduktivitas listrik yang lebih besar daripada unsur padat lainnya.
Potensi ionisasi atom hidrogen adalah 13,54 V.
Tabel Sifat-Sifat Fisik Hidrogen
Sifat Fisika Satuan
Lambang H
No Atom 1
Konfigurasi Elektron 1s2
Masa Atom Relatif 1,008
Energi Ionisasi/Kj mol-1 1310
Kerapatan/g cm3 0,00009
Titik Didih/K 20
Temperatur Kritis/K 33
Jari-Jari Atom/nm 0,37
Potensi Elektroda Standard/V 0

V. Sifat Hidrogen Sebagai Bahan Bakar


Hidrogen memiliki kandungan energi tertinggi per unit massa
dibandingkan dengan bahan bakar apa pun. Hidrogen memiliki kandungan energi
perberat sebesar 140,4 MJ / kg atau sekitra 39,42 kWh/kg, hampir tiga kali lipat
dari bensin yang hanya sebesar 48,6 MJ/kg. Kandungan energi hidrogen
pervolume menunjukkan keadaan yang sebaliknya, yaitu sebesar 8.491 MJ / m3
(hidrogen cair) bila dibandingkan dengan bensin yaitu 31.150 MJ/m3. Kepadatan
volumetrik hidrogen yang rendah menyebabkan kesulitan dalam penyimpanan
hydrogen terutama sektor otomotif. Kepadatan energi hidrogen tersebut
dipengaruhi oleh sifat fisik yaitu berupa cairan atau gas. Hidrogen sangat menarik
untuk dikembangkan karena memiliki sifat elektrokimia yang dapat dimanfaatkan
dalam sel bahan bakar. Sel bahan bakar H2/O2 beroperasi pada efisiensi 50-60%
dengan masa pakai hingga 3000 jam dan output sekitar 440 hingga 1720 A / m2
dari permukaan elektroda sehingga dapat 20 memberikan keluaran daya mulai
dari 50 hingga 2500 W. Pemanfatan hidrogen sebagai bahan bakar lebih aman
dibandingkan dengan bahan bakar konvensional dikarenakan beberapa sifat
hidrogen diantaranya:
1) Difusi
Hidrogen memilliki laju dispersi cukup tinggi karena hidrogen berdifusi
melalui udara lebih cepat daripada bahan bakar gas lainnya, dengan
koefisien difusi di udara sebesar 61 cm2/s.
2) Gaya Apung
Hidrogen memiliki gaya apung yaitu 1,2 kg/m3 pada kondisi standar, lebih
kecil daripada metana yang memiliki gaya apung sebesar 1,32 kg/m3,
propana yaitu 4,23 kg/m3, ataupun uap bensin dengan gaya apung sebesar
5,82 kg/m3.
3) Warna, bau, rasa, dan toksisitas
Hidrogen memiliki kemiripan dengan metana yaitu tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa, dan tidak beracun.
4) Sifat mudah terbakar
Sifat mudah terbakar dari hidrogen yang adalah merupakan fungsi tingkat
konsentrasi. Kemudahan terbakar hidrogen lebih besar daripada metana
atau bahan bakar lainnya. Hidrogen terbakar dengan nyala api visibilitas
rendah. Batas mudah terbakar dari campuran hidrogen dengan udara,
oksigen, atau pengoksidasi lainnya tergantung pada energi pengapian,
suhu, tekanan, keberadaan pengencer, dan ukuran dan konfigurasi
peralatan, fasilitas, atau peralatan. Batas mudah terbakarnya hidrogen di
udara pada kondisi sekitar adalah 4–75%, metana
5) Energi penyalaan
Hidrogen dapat dinyalakan dengan jumlah energi yang sangat kecil karena
energi penyalaannya yang rendah yaitu 0,02 mJ dibandingkan dengan
energi penyalaan bensin dan metana yaitu sebesar 0,24 mJ dan 0,28 mJ
dengan catatan konsentrasi hirogen dalam kisaran mudah terbakar.
6) Tingkat ledakan
Hidrogen sulit diledakkan bisa dalam keadaan bebas dan dapat diledakkan
pada berbagai konsentrasi ketika diberi tekanan seperti bahan bakar
lainnya.
7) Kecepatan nyala api
Hidrogen memiliki kecepatan nyala api 1,85 m/s, lebih cepat daripada bahan
bakar lainnya seperti uap bensin 0,42 m/s dan metana 0,38 m/s.
8) Suhu nyala api
Api hidrogen-udara memiliki temperatur yaitu 2207° C yang lebih tinggi
daripada api metana-udara (1917°C) dan lebih rendah daripada bensin pada
kondisi stoikiometrik (2307°C).

VI. Pembuatan Hidrogen


Hidrogen merupakan unsur yang sangat aktif secara kimia, sehingga
jarang sekali ditemukan dalam bentuk bebas. Di alam, hidrogen terdapat dalam
bentuk senyawa dengan unsur lain, seperti dengan oksigen dalam air atau dengan
karbon dalam metana. Sehingga untuk dapat memanfaatkanya, hidrogen harus
dipisahkan terlebih dahulu dari senyawanya agar dapat digunakan sebagai bahan
bakar. Sejumlah besar hidrogen diproduksi dari produk minyak bumi dengan
reformasi katalitik atau dehidrogenasi. Ada beberapa metode pembuatan gas
hidrogen antara lain:
1) Steam Reforming

Dalam proses ini, gas alam seperti metana, propana atau etana
direaksikan dengan steam (uap air) pada suhu tinggi (700 - 1000oC)
dengan bantuan katalis, untuk menghasilkan hidrogen, karbon dioksida
(CO2) dan karbon monoksida 7 (CO). Sebuah reaksi samping juga terjadi
antara karbon monoksida dengan steam, yang menghasilkan hidrogen dan
karbon dioksida. Persamaan reaksi yang terjadi pada proses ini adalah:
CH4 +H2O CO + 3H2
CO + H2O CO2 + H2
Gas hidrogen yang dihasilkan kemudian dimurnikan, dengan
memisahkan karbon dioksida dengan cara penyerapan. Saat ini, steam
reforming banyak digunakan untuk memproduksi gas hidrogen secara
komersil di berbagai sektor industri, diantaranya industri pupuk dan
hidrogen peroksida (H2O2). Akan tetapi metode produksi seperti ini sangat
tergantung dari ketersediaan gas alam yang terbatas, serta menghasilkan
gas CO2, sebagai gas efek rumah kaca.
2) Gasifikasi Biomasa

Metode yang kedua adalah gasifikasi biomasa atau bahan alam


seperti jerami, limbah padat rumah tangga atau kotoran. Di dalam
prosesnya, bahanbahan tadi dipanaskan pada suhu tinggi dalam sebuah
reaktor. Proses pemanasan ini mengakibatkan ikatan molekul dalam
senyawa yang ada menjadi terpecah dan menghasilkan campuran gas yang
terdiri dari hidrogen, karbon monoksida dan metana. Selanjutnya dengan
cara yang sama seperti pada steam reforming, metana yang dihasilkan
diubah menjadi gas hidrogen. Gasifikasi biomasa atau bahan organik
memiliki beberapa keunggulan, antara lain menghasilkan lebih sedikit
karbon dioksida, sumber bahan baku yang berlimpah dan terbarukan, bisa
diproduksi di hampir seluruh tempat di dunia serta biaya produksi yang
lebih murah.
3) Gasifikasi Batu Bara

Gasifikasi batu bara merupakan metode pembuatan gas hidrogen


tertua. Biaya produksinya hampir dua kali lipat dibandingkan dengan
metode steam reforming gas alam. Selain itu, cara ini pula menghasilkan
emisi gas buang yang 8 lebih signifikan. Karena selain CO2 juga
dihasilkan senyawa sulfur dan karbon monoksida. Melalui cara ini, batu
bara pertama-tama dipanaskan pada suhu tinggi dalam sebuah reaktor
untuk mengubahnya menjadi fasa gas. Selanjutnya, batu bara direaksikan
dengan steam dan oksigen, yang kemudian menghasilkan gas hidrogen,
karbon monoksida dan karbon dioksida.

4) Elektrolisis Air

Elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyawa air (H2O)


menjadi oksigen (O2) dan hidrogen gas (H2) dengan menggunakan arus
listrik yang melalui air tersebut. Pada katode, dua molekul air bereaksi
dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion
hidroksida (OH-). Sementara itu pada anode, dua molekul air lain terurai
menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron
ke katode. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk
kembali beberapa molekul air. Faktor yang memperngaruhi elektrolisis
air:
a. Kualitas Elektrolit
b. Suhu
c. Tekanan
d. Resistansi Elektrolit
e. Material dari elektroda
f. Material pemisah
5) Fotoelektrolisis
Fotoelektrolisis adalah proses menghasilkan hidrogen dengan
memanfaatkan energi dari cahaya matahri yang diserap dengan bantuan
fotokatalis. Sistem fotolektrolisis meliputi sistem fotokatalis dan
dekomposisi air menjadi satu sistem seperti yang terlihat pada gambar
dibawah,

Fotokatalis merupakan bahan semikonduktor berbentuk seperti


pita yang mmiliki celah dan biasanya sekaligus bertindak sebagai
elektroda. Foton berasal dari cahaya matahari yang diserap, memiliki
energi yang sama atau lebih besar dari energi di celah pita akan mengenai
permukaan anoda, sehingga pasangan elektron dihasilkan dan akan
mengalir melalui sirkuit eksternal dari anoda ke katoda. Air pada lubang
di anoda terurai menjadi H+ yang kemudian mengalir melalui elektrolit
menuju katoda membentuk hidrogen dan oksigen terbentuk terdispersi ke
air.
6) Proses Termokimia Water Splitting (Termolisis)
Proses termokimia ini yaitu dengan cara memanaskan air pada
temperatur yang tinggi sehingga terdekomposisi menjadi hidrogen dan
oksigen (Nikolaidis and Poullikkas, 2017). Salah satu contoh dari proses
ini adalah termokimia Siklus sulfur-iodine (S-I) dengan persamaan kimia
ditunjukkan pada persamaan dibawah ini :
H2SO4 H2O + SO2 + ½ O2
I2 + SO2 + 2H2O 2HI + H2SO4
2HI 2I2 + H2
H2O H2 + ½ O2
Proses termokimia Siklus sulfur-iodine (S-I), mempunyai
kelebihan yaitu memproduksi hidrogen secara efisien dengan tidak
menghasilkan emisi gas CO2. Reaksi pertama merupakan dekomposisi
asam sulfat, menghasilkan H2O, SO2 dan gas oksigen. Gas SO2 yang
terjadi didaur ulang untuk digunakan di reaksi ke dua. Reaksi dua adalah
reaksi antara I2, SO2 dan H2O, yang merupakan reaksi eksotermal dengan
iodine cair yang berlebihan. Pada reaksi ini dihasilkan dua fase produk,
yaitu fase yang lebih berat adalah fase HI, dan yang lebih ringan adalah
fase H2SO4 yang kemudian dapat dipisahkan secara gravitasi. Reaksi
ketiga, dekomposisi HI menggunakan distilasi. Semua reaktan, selain air
diregenerasi dan didaur ulang untuk diumpankan ke reaksi ke dua.

VII. Hydrogen storage


Berbagai teknologi penyimpanan gas hidrogen telah dikembangkan
dengan mempertimbangkan biaya, berat dan volume, efisiensi, keawetan, waktu
5 pengisian dan pengosongan (charge and discharge), temperatur kerja serta
efisiensinya. Jenis-jenis teknologi penyimpanan hidrogen:
1) Tangki Bertekanan Tinggi
Teknik penyimpanan hidrogen dalam tangki bertekanan tinggi
merupakan teknologi yang paling umum dan simpel walaupun
secaravolumetrik dan grafimetrik tidak efisien. Semakin tinggi tekanan,
semakinbesar energi per unit volume. Hidrogen tidak terkompresi
mempunyaidensitas energi 10,7 kJ/L, pada saat dikompresi pada tekanan
750 bar,densitas energinya meningkat menjadi 4,7 MJ/L. Namun masih
jauh lebihkecil daripada gasoline, yaitu 34,656 MJ/L.
2) Tangki Hidrogen Cair (Cryogenic)
Pada teknologi ini, gas hidrogen dicairkan pada suhu yang sangat
rendah. Pada tekanan 1 atm dibutuhkan temperatur hingga 22 K. Energi
untuk mendinginkan hidrogen cukup besar, hingga mencapai 1/3 dari
energi yang disimpan. Densitas energi hingga mencapai 8,4 MJ/L.
Walaupun sangat berat, namun volumenya lebih kecil daripada tangki
tekanan tinggi sehingga cocok untuk aplikasi statis.
3) Kimiawi
Pada metode ini, hidrogen disimpan dalam bentuk senyawa kimia
lain yang lebih aman. Pada saat akan digunakan, baru senyawa ini diubah
menjadi hidrogen melalui reaksi kimia.
a. Metanol Infrastruktur untuk distribusi metanol sangat mudah
karena sama dengan gasolin. Pada saat digunakan, metanol akan
diubah menjadi gas H2 dengan melepaskan gas CO dan CO2.
b. Ammonia Efisiensi volumetrik sedikit lebih tinggi daripada
metanol namun bersifat toksik. Harus dikatalisi pada suhu 800-
900oC agar dapat melepaskan hidrogen. Biasanya didistribusikan
dalam bentuk cair pada tekanan 8 atm.
c. Hidrida logam Merupakan senyawa reaktif yang akan segera
melepaskan hidrogen apabila bereaksi dengan air. Contohnya
adalah NaH, LiH, NaAlH4, NaBH4, LiBH4, dan CaH2.
4) Adsorption Storage
Pada metode ini, hidrogen diadsorpsi pada permukaan bahan
berpori seperti nanofiber grafit, karbon, zeolit dan Metal Organic
Framework (MOF). Metode penyimpanan hidrogen dengan menggunakan
sistem adsorpsi dalam material karbon dapat dilihat sebagai sebuah proses
dengan dua mekanisme yaitu adsorpsi awal dari hidrogen pada permukaan
dari adsorben dan mass transfer dari hidrogen molekul masuk ke bagian
dalam dari adsorben
Material karbon aktif yang digunakan sebagai adsorben yang baik
untuk gas storage harus memiliki kapasitas adsorpsi yang cukup tinggi
dalam basis volumetrik. Untuk mencapai kondisi ini karbon harus:
a. Jumlah mikropori yang besar, karena mikropori merupakan
komponen yang banyak menyerap molekul yang kecil
b. Memiliki bentuk yang sangat kompak, hal ini akan meningkatkan
bulk density dan akhirnya juga volumetric storage capacity
c. Memiliki ukuran pori yang sesuai dengan diameter molekul
adsorbat, yang akan mengoptimalkan jumlah zat yang teradsorpsi
d. Memiliki mesoporosity yang relatif rendah, karena mesopori
memiliki kontribusi yang kecil terhadap kapasitas adsorpsi dan
mengurangi bulk density
e. Memiliki global heat and mass transfer dari material karbon yang
cukup tinggi.
Penyimpanan hidrogen pada material berpori dilakukan melalui
metode adsorpsi, dimana material berpori berperan sebagai adsorben dan
gas hidrogen berperan sebagai adsorbat. Adapun mekanisme
penyimpanan hidrogen pada material berpori melibatkan proses fisisorpsi.
Proses fisisorpsi merupakan mekanisme penyerapan molekul-molekul gas
hidrogen pada permukaan material berpori yang terjadi secara reversible
dengan kecepatan adsorp yang relatif besar. Pada proses tersebut, molekul
hidrogen dapat dengan mudah teradsorb dan terlepas secara berulang
tanpa kehilangan energi dan umumnya tidak ada energi aktivasi yang
terlibat pada proses adsorpsi hidrogen.
Hal ini menyebabkan proses adsorpsi dan desorpsi hidrogen
berlangsung dengan cepat. Kemudian setelah adsorben dengan adsorbat
saling kontak, terjadi difusi pada permukaan adsorben. Tahap berikutnya
terjadi migrasi ke dalam pori adsorben yang dilanjutkan dengan adanya
pembentukan monolayer adsorbat. Pada proses penyimpanan H2 oleh
material berpori dipengaruhi oleh luas permukaan, sehingga adsorben
yang memiliki luas permukaan yang besar akan sangat baik untuk
menyimpan molekul-molekul hydrogen. Kapasitas adsorpsi material
berpori dideskripsikan melalui isoterm adsorpsi. Kapasitas adsorpsi
hidrogen ini menyatakan banyaknya hidrogen yang tersimpan setelah
proses fisisorpsi berlangsung, dan dinyatakan dalam persen berat (% berat)
ataupun dalam persen volume (%).
Daftar Pustaka

Hayuningtyas, I. (2018, January 22). OPTIMALISASI PRODUKSI HIDROGEN


MELALUI ELEKTROLISIS AIR SEBAGAI SUMBER ENERGI (BAB III).
Retrieved from repository.ump.ac.id:
http://eprints.polsri.ac.id/5084/3/FILE%20III.pdf

Pasca, M. E. (2021, january 08). KAJI EKSPERIMEN PRODUKSI HIDROGEN


MELALUI PROSES ELEKTROLISIS AIR ALKALI BERBASIS SOLAR CELL DI
KOTA SEMARANG. Retrieved from eprints.undip.ac.id:
http://eprints.undip.ac.id/82233/3/BAB_II.pdf

Anda mungkin juga menyukai