Anda di halaman 1dari 6

1.

Definisi Umum
Paparan Sahul adalah bagian dari lempeng landas kontinen benua Sahul
(benua Australia - Papua) yang terletak di lepas pantai utara Australia dan lautan
selatan pulau Papua. Paparan Sahul membentang dari Australia utara, meliputi
Laut Timor menyambung ke Timur di laut Arafura yang menyambung dengan
Pulau Papua. Kepulauan Aru menonjol di atas paparan Sahul. Paparan Sahul
juga mencakup Paparan Rowley yang terletak di sisi Samudra Hindia di Barat
Laut Australia membentang hingga tanjung di barat laut Australia.

Gambar 1. Paparan Sunda dan Paparan Sahul

2. Sejarah Terbentuknya Paparan Sahul


Nama "Sahull" atau "Sahoel" muncul pertama kali pada peta yang dibuat
orang Belanda pada abad ke-17 yang menandai timbunan pasir dangkal bawah
laut antara Australia dan Pulau Timor. Pada peta tahun 1803, Matthew Flinders
mencatat "Laut Dangkal Sahul Besar" tempat di mana orang Makassar
menangkap teripang (timun laut). Keberadaan Paparan Sahul yang lebih besar
diajukan pada 1845 oleh G.W. Earl yang menyebutnya "Tepian Australia Besar"
dan mencatat Macropodidae (kanguru) selain ditemukan di Australia, juga
ditemukan di Pulau Papua dan Kepulauan Aru. Earl juga menyadari keberadaan
Paparan Sunda yang disebutnya "Tepian Asia Besar". Nama Paparan Sahul dan
Paparan Sunda diberikan oleh G.A.F. Molengraaff dan Max Wilhelm Carl Weber
pada 1919.

Ketika permukaan air laut Australia turun pada zaman es pleistosen


termasuk zaman es maksimum terakhir sekitar 18.000 tahun yang lalu, Paparan
Sahul adalah dataran terbuka di atas permukaan laut. Buktinya adalah tepi
pantai pada masa ini ditandai dengan lokasi yang kini terletak pada kedalaman
antara 100 sampai 140 meter di bawah permukaan laut. Pada waktu suhu bumi
memanas dan lapisan es kutub utara mencair, terbentuklah lautan diberbagai
wilayah Indonesia dan memunculkan banyak pulau. Dataran terbuka di atas
permukaan laut yang pernah menghubungkan Indonesia dengan Australia
disebut Paparan Sahul. Paparan Sahul juga disebut Papara Arafuru yang
membentuk jembatan daratan antara Australia dengan Pulau Papua serta
Kepulauan Aru. Kawasan ini merupakan habitat penyebaran marsupial (hewan
mamalia berkantung), burung darat yang tak dapat terbang seperti emu dan
kasuari, serta ikan air tawar yang sama jenisnya.

3. Persebaran Flora dan Fauna di Paparan Sahul


Flora sering diartikan sebagai dunia tumbuh-tumbuhan. Flora adalah
semua tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu daerah pada zaman tertentu.
Keanekaragaman flora Indonesia tergolong tinggi jumlahnya di dunia, jauh lebih
tinggi dari flora yang ada di Amerika dan Afrika. Demikian pula jika dibandingkan
dengan daerah-daerah yang beriklim sedang dan dingin. Flora di daerah
Paparan Sahul adalah flora di daerah Irian Jaya, yang terdiri atas tiga macam,
sebagai berikut:

Pohon sagu, pohon nipah, dan mangrove.

Hutan hujan tropik.

Jenis Pemetia Pinnata (motea).


Fauna sering juga diartikan dunia hewan. Fauna adalah semua hewan

yang hidup di suatu daerah atau pada zaman tertentu. Uraian fauna Indonesia
terbatas pada zaman sekarang ini. Uraian fauna lebih ditekankan pada hewan
liar, sedangkan hewan yang dibudidayakan akan diuraikan pada peternakan.
Menurut

Wallace

dan

Weber,

keanekaragaman

fauna

berdasarkan

persebarannya di Indonesia dibagi menjadi tiga zona atau wilayah yaitu:


Zona orientalis (wilayah barat Indonesia) yang meliputi: Sumatra, Jawa, Bali,
dan Kalimantan.
2

Zona australis (wilayah timur Indonesia) yang meliputi: Maluku, Papua dan
kepulauan Aru.
Zona peralihan (wilayah tengah Indonesia) yang meliputi: Sulawesi dan Nusa
Tenggara (Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur).
Fauna paparan sahul, menempati bagian timur Indonesia meliputi Papua
dan pulau-pulau di sekitarnya. Di daerah ini tidak didapatkan jenis kera, binatang
menyusuinya kecil-kecil dan jumlahnya tidak banyak. Hewan-hewan di Indonesia
bagian timur mirip dengan hewan Australia. Jenis hewan tipe Australia, antara
lain sebagai berikut:

Burung: terdiri atas cenderawasih, kasuari, nuri, dan raja udang.


Amfibi: terdiri atas katak pohon, katak terbang, dan katak air.
Berbagai jenis serangga.
Berbagai jenis ikan.
Mamalia: terdiri atas kanguru, walabi, beruang, nokdiak (landak papua),

opossum laying (pemanjat berkantung), kuskus, dan kanguru pohon.


Reptilia: terdiri atas buaya, biawak, kadal, dan kura-kura.

Gambar 2. Persebaran faun di Indonesia

4. Fisiografi Laut Indonesia


Secara fisiografi wilayah laut Indonesia dapat dibagi menjadi tiga wilayah
yaitu: Paparan Sunda terletak di bagian barat Indonesia; Paparan Sahul di
bagian timur Indonesia, dan zona transisi. Paparan Sunda meliputi daerahdaerah perairan Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan Laut Jawa dengan
kedalaman rata-rata mencapai 120 meter membentuk paparan sedimen yang
tebal dengan penyebaran yang cukup luas. Paparan Sahul meliputi daerahdaerah di selatan Laut Banda dan Laut Aru. Daerah ini sangat dipengaruhi oleh
sistem benua Australia, sehingga sedimen di daerah ini ditafsirkan sebagai
3

sedimen asal kontinen Australia. Sedangkan daerah transisi meliputi daerahdaerah perairan Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Banda dan Laut Flores.
Perbedaan yang menyolok antara Indonesia bagian barat dan Indonesia
bagian timur adalah batas antara keduanya berimpit dengan apa yang semula
disebut sebagai garis wallace (wallace line). Garis ini membujur dari arah utaraselatan melalui Selat Makasar dan Selat Lombok (antara Pulau Bali dan Pulau
Lombok), semula garis ini adalah suatu garis yang mumbatasi fauna dan flora
yang berbeda antara bagian timur dan barat, tetapi garis ini ternyata juga
mamperlihatkan bentuk fisiografi yang barbeda. Ada satu istilah garis lagi yang
fungsinya sama seperti garis Wallace yaitu garis Lydekker. Garis Lydekker yang
merupakan garis khayal yang membatasi penyebaran fauna Australis. Garis
Lydekker terletak memanjang di batas barat Dangkalan Sahul, dan wilayah
Indonesia yang merupakan tempat penyebaran fauna Australis adalah Papua
dan pulau-pulau kecil di dekatnya, yaitu Kepulauan Raja Ampat, Kepulauan
Yapen dan Biak.

Gambar 3. Garis batas paparan


Dari kenampakkan fisiografi wilayah laut Indonesia maka dapat ditafsirkan
secara geologi bahwa perkembangan tektonik antara Indonesia bagian barat dan
bagian timur mempunyai perbedaan. Indonesia bagian barat

terdiri dari

beberapa pulau-pulau besar dimana antara pulau satu dengan lainnya


dipisahkan oleh laut dangkal serta mempunyai tatanan tektonik yang lebih
saderhana apabila dibandingkan dengan Indonesia bagian timur yang terdiri dari
sederetan pulau pulau berbentuk busur lengkung dengan perbedaan bentuk
relief yang sangat menonjol dan dipisahkan oleh laut dalam yang mempunyai
palung-palung dalam dan pegunungan yang tinggi sehingga mempunyai tatanan
tektonik lebih rumit.

5. Morfologi Dasar Laut


Kawasan Timur Indonesia (KTI) memperlihatkan kedalaman yang besar,
mulai 2000 meter (Timor Trough) hingga lebih 7000 meter (Cekungan Weber).
Pada umumnya cekungan di KTI yang terbentuk sangat bervariasi dan terisi oleh
sedimen laut dalam yang sangat tipis. Daerah tinggian memperlihatkan bentuk
tonjolan-tonjolan dan lembah sempit yang tajam sebagai penciri utama batuan
dasar (Basement Rock). Bentuk-bentuk tersebut tidak terlepas dari pengaruh
tumbukan intra mikrokontinen Australia dengan busur Kepuluan Banda. Proses
tersebut masih berlangsung hingga saat ini sehingga sedimen-sedimen yang ada
selain terdorong ikut penyusupan juga terakresi bahkan membentuk gunung api
bawah laut (Sub-marine volcano).
Posisi kawasan Indonesia yang terletak pada jalur tektonik tersebut telah
memberi pengaruh yang besar terhadap bentukan roman dan morfologi dasar
laut Indonesia. Pengaruh langsung tersebut adalah terbentuknya wilayah
paparan, tepi margin dan busur kepulauan. Kondisi morfologi dasar laut
Indonesia mempunyai perbedaan mencolok antara kawasan barat dan kawasan
timur. Laut Jawa yang merupakan sistem Paparan Sunda (Sunda Shelf)
mempunyai kedalaman dasar laut rata-rata 130 meter, sedangkan Laut Flores
dan Laut Banda yang merupakan laut tepi mempunyai kedalaman lebih 5000
meter. Karakteristik laut dan samudra secara umum didasarkan pada kedalaman
dasar laut yang dengan mudah dapat diamati dari nilai garis kontur peta
batimetri.

Untuk

sistem

samudera

terdapat

hubungan

empiris

yang

memperlihatkan hubungan antara kedalaman dan umur pembentukannya. Makin


tua umur samudera serta proses-proses geologi yang berjalan, akan makin
dalam dasar laut tersebut.

Gambar 4. Morfologi dasar laut Indonesia

6. Daftar pustaka
http://dokumen.tips/documents/oceanografi-55938bc1502cc.html
[30 September 2016]
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195502101980
02 [30 September 2016]
http://hmgi.or.id/garis-wallace-dan-weber/. [30 September 2016]
http://id.sciencegraph.net/wiki/paparan_sunda [30 September 2016]
https://id.wikipedia.org/wiki/Paparan_Sahul [30 September 2016]
http://ilmuhutan.com/keanekaragaman-hewan-berdasarkanpersebarannya-di-indonesia/ [30 September 2016]
http://www.mgi.esdm.go.id/content/morfologi-dasar-laut-indonesia
[30 September 2016]
http://www.zonasiswa.com/2016/05/persebaran-flora-dan-fauna-diindonesia.html [30 September 2016]

Anda mungkin juga menyukai